Buah Simalakama Itu Bernama Migas Impor

Apa yang dilakukan menteri Rini Soewandi dan Ignasius Jonan juga tidak salah, karena demi untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri yang mengalami kekurangan atau penurunan produksi.

Rabu, 10 Juli 2019 | 17:35 WIB
0
356
Buah Simalakama Itu Bernama Migas Impor
Rini Soewandi dan Ignasius Jonan (Foto: Bisnis.com)

Dalam sidang kabinet di Istana Bogor pada hari Senin 8 Juli 2019 presiden Jokowi mengingatkan menteri Rini Soewandi dan Menteri Ignasius Jonan terkait tingginya impor migas. Sebenarnya rapat sidang kabinet ini rapat rutin yang dilakukan oleh presiden Jokowi untuk melakukan evaluasi terkait permasalahan ekonomi dan mencari solusi.

Karena berdasarkan data, nilai ekspor dari Januari sampai dengan Mei mengalami penurunan secara year of year sebesar 8,6% dan impor turun sebesar 9,2%.

Hal ini menjadikan neraca defisit perdagangan semakin melebar. Antara nilai ekspor dan impor-lebih banyak melakukan impor yang menjadikan defesit transaksi berjalan.

Dan menurut presiden Jokowi, biang kerok penyebab besarnya defisit perdagangan yaitu impor migas. Maka, presiden memberikan atensi atau mengingatkan kepada dua menteri yaitu Rini Soewandi dan Ignasius Jonan.

Menurut opini pribadi, Presiden mengingatkan kepada pembatunya atau menteri adalah hal yang wajar. Tetapi ada hal yang menarik menurut saya.

Apa itu hal yang menarik?

Melakakukan impor migas, pasti ada sebabnya atau ada alasannya. Bisa jadi produksi dalam negeri tidak mencukupi atau sesuai target. Maka, jalan atau solusinya adalah melakukan impor migas. Impor minyak dan gas dilakukan untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri.

Bagaiamana kalau tidak usah melakukan impor migas, apa yang akan terjadi?

Yang terjadi yaitu akan terjadinya kelangkaan minyak dan gas yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat atau industri.

Kalau sampai terjadi kelangkaan justru bisa menyebabkan terjadinya guncangan ekonomi. Seperti dalam bulan puasa sampai dengan lebaran pasti konsumsi bahan bakar minyak akan meningkat. Dan ini diperoleh dari impor minyak dan gas.

Ini seperti buah simalakama. Tidak impor migas akan terjadi kelangkaan yang bisa menyulut masalah sosial. Melakukan impor akan menyebabkan defisit transaksi berjalan. Sekarang presiden tinggal pilih yang mana?

Jadi, apa yang dilakukan menteri Rini Soewandi dan Ignasius Jonan juga tidak salah, karena demi untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri yang mengalami kekurangan atau penurunan produksi.

Kalau air laut itu bisa disulap jadi bensin tentu kita tidak akan impor minyak.

Ada juga solusi untuk mengatasi defisit transaksi berjalan?

Penghematan anggaran. Nah, dalam hal ini justru pemerintah terkesan boros. Seperti THR PNS dan gaji ke-13, sangat menyedot anggaran yang tidak sedikit. Ini juga menjadi dilema bagi pemerintah dalam hal ini presiden. Memangkas THR PNS dan gaji ke -13 juga hampir mustahil. Karena juga sudah terjadi dengan pemerintahan sebelumnya.

Pokoke mumet dan mumet, wis ngono wae!

***