Imbas Kematian Jenderal Qassem Harga Saham Global dan Regional Terkoreksi

Posisi Amerika makin terjepit di wilayah Irak, karena kehadirannya tidak diharapkan oleh pemerintah Irak.

Selasa, 7 Januari 2020 | 10:37 WIB
0
295
Imbas Kematian Jenderal Qassem Harga Saham Global dan Regional Terkoreksi

Imbas atau dampak kematian Jenderal Qassem Soleimani membawa kekhawatiran tersendiri di bursa saham global atau regional. Praktis bursa global dan regional merasakan imbas dari kematian Jenderal Qassem. Bahkan bursa regional pada hari Senin, 6 Januari 2020 mengalami koreksi yang cukup dalam yaitu minus 65 point atau -1,04 %.

Harga emas juga melonjak tinggi. Diikuti harga minyak dunia juga mengalami kenaikan pasca kematian Jenderal kharismatis yang disegani di negerinya ini.

Mengapa kematian Jenderal Qassem Soleimani membawa dampak yang negatif bagi bursa global dan regional?

Karena market khawatir akan dampak atau imbas kematian Jenderal Qassem akan memicu perang antara Iran vs Amerika. Tentu ini yang tidak diinginkan oleh market. Karena market butuh ketenangan dan jaminan keamanan.

Ini bukan perang dagang lagi, tapi perang sungguhan yang akan memanaskan situasi di kawasan Timur Tengah dan akan melibatkan sekutu masing-masing.

Apalagi kalau pasokan minyak dunia terganggu, karena Selat Hormuz masuk wilayah dan dikendalikan oleh Angkatan Laut Iran.

Pasca kematian Jenderal Qassem, Amerika via atau lewat Kedutaan Swiss (penghubung atau mediator Iran dan AS) di Teheran  mengirimkan pesan yang berisi kurang lebih: agar konflik setelah kematian Jenderal Qassem diselesaikan melalui jalur diplomasi dan apabila Iran ingin menuntut balas, balaslah yang setimpal atau yang sesuai menurut ukuran seperti yang kami (AS) lakukan. Hal ini disampikan oleh pejabat militer  Iran (IRGC), Brigadir Ali Fadavi.

Ternyata Amerika sendiri juga khawatir setelah melakukan eksekusi kepada Jenderal Qassem, terlalu gegabah melakukan pembunuhan kepada Jenderal yang sangat disegani atau dihormati. Amerika dan Inggris juga sudah mengevakuasi warganya yang berada di Irak karena khawatir akan menjadi target sasaran imbas kematian Jenderal Qassem.

Apalagi parlemen Irak baru saja meloloskan rancangan undang-undang pengusiran atau penarikan pasukan Amerika dari Irak pasca kematian Jenderal Qassem dengan suara bulat. Dan ini juga didukung oleh ulama Irak yang sangat dihormati dan menguasai suara di parlemen Irak yaitu Moqtada al-Sadr.

Posisi Amerika makin terjepit di wilayah Irak, karena kehadirannya tidak diharapkan oleh pemerintah Irak. Tapi Amerika tetap bersikukuh ingin tetap bercokol di Irak. Amerika bercokol di Irak hampir 17 tahun sejak tergulingnya presiden Saddam Husein.

Kita tunggu episode berikutnya-banyak yang cinta damai-tapi perang semakin ramai.

***