Mengapa Pendukung ACT Marah?

Tapi sekali lagi, akal akal sempit akan susah diajak mikir, karena hanya orang cerdas saja yang tau bahwa hujan akan turun dengan prakiraan ilmiah.

Minggu, 10 Juli 2022 | 05:44 WIB
0
110
Mengapa Pendukung ACT Marah?
ACT (Foto: tribunnews.com)

Banyak pendukung ACT yang marah dengan analisa saya.

Mereka sibuk mencari kesalahan pribadi, afiliasi partai saya, dan masalah masalah yang gak substansial lainnya. Ini memang sudah menjadi kelakuan built-in mereka dari dulu.

Mereka sibuk marah dan ngamuk, bahkan mereka saya yakin gak membaca dengan lengkap 4 tulisan panjang saya soal ACT.

Padahal, jika mereka membaca dengan cermat dan dengan teliti. Saran saran saya justru bisa membuat mereka terhindar dari hal hal yang ACT alami saat ini di kemudian hari.

Padahal, jika masukan masukan saya dibaca dengan baik, akan meningkatkan kualitas lembaga mereka ke level yang lebih baik dan lebih naik kelas.

Padahal, jika mereka membaca dengan teliti analisis saya, mereka akan tau apa yang harus diperbaiki agar kedepannya tidak mengalami masalah yang lebih besar.

Tapi itu tadi, mereka lebih sibuk mengurus urusan urusan pribadi saya, menyerang saya secara personal dst. Mereka pikir itu ngefek buat saya.

Padahal, apa yang saya tulis bertujuan memperbaiki tatakelola organisasi agar berkualitas dan tidak Abal Abal. Saya selalu mendorong organisasi muslim atau partai politik berplatform dunia.

Mereka terlalu fokus dengan bahasa dan vocabulary yang saya pakai. Tidak fokus dengan substansi masalah utama nya.

Mereka terlalu fokus ke masalah masalah pribadi si pengamat apabila pengamat memberikan analisa yang tidak cocok dengan otak kanan mereka.

Padahal, tulisan saya hanya menjagakau ribuan orang atau puluhan ribu orang saja. Tapi mereka tutup mata bahwa ada jutaan mata rakyat Indonesia saat ini yang sedang mengutuk dan sedang mencela mereka.

Mereka tidak paham peta politik dan geopolitik internasional yang ada kaitannya dengan isu isu ACT ini. Akhirnya mereka tidak sadar musuh mereka sedang mengincar mereka karena kecerobohan yang mereka lakukan.

ACT sudah rahasia umum diketahui oleh masyarakat intelijen Indonesia bahkan dunia, bahwa lembaga ini punya afiliasi politik, bukan hanya sebatas lembaga filantropi.

Dan sekarang lah saat yang tepat lembaga ini dihancurkan dengan semua afiliasi politik mereka. Karena kecerobohan yang dilakukan ACT dkk nya.

Hal hal yang substansial begini tidak pernah mereka lihat lebih luas. Karena akal yang sempit memang susah diajak mikir yang lebih luas.

Masukan masukan saya sebenarnya, adalah masukan masukan yang mahal yang saya tulis secara gratis agar mereka bisa terhindar dari bahaya yang lebih besar yang sedang mengincar mereka.

Tapi, pikiran pikiran sempit akan terus berupaya mencari dan menyerang personal. Dengan alasan saya membenci mereka. Jadi, SE objektif apapun tulisan saya jika dibaca oleh kepala kepala orang kerdil gak akan ketemu esensi nya.

Walaupun saya punya afiliasi politik berbeda dengan mereka, tapi bagi saya nama Islam lebih utama untuk diselamatkan. Bukan nama mereka saja atau nama afiliasi politik mereka.

Jika saya memang benar membenci mereka, maka tentu saya punya cara yang lebih powerfull untuk memukul mereka dengan semua data yang saya punya dan jaringan politik yang saya miliki.

Tapi tidak, saya gak kerdil. Walaupun mereka begitu, mereka masih saya anggap saudara yang saya Hindari untuk saya hancurkan. Saya justru memberikan masukan yang benar walaupun pahit di telinga mereka.

Kalau saya memusuhi mereka, bukan urusan yang sulit membuat mereka semakin terpojok, terperosok, dan jatuh sampai gak bisa bangun. Dengan semua data yang ada di meja kerja saya.

Saya sadar betul, perbedaan itu tidak boleh membuat saya kehilangan akal sehat untuk tetap berlaku adil dan proporsional terhadap mereka, dengan tujuan tetap menjaga Islam sebagai entitas politik yang harus berlevel dunia. Itu misi saya.

Tapi sekali lagi, akal akal sempit akan susah diajak mikir, karena hanya orang cerdas saja yang tau bahwa hujan akan turun dengan prakiraan ilmiah.

Sedangkan orang orang bodoh dalam membaca peta, dia baru tau hujan turun kalau hujan itu sudah mengenai hidungnya. Padahal itu sudah telat untuk mencari payung.

Tengku Zulkifli Usman, Pengamat GeoPolitik Internasional.

***