Sebanyak 157 warga negara China masuk ke Indonesia melalui Bandara Soekarno Hatta. Kedatangan mereka sudah dikonfirmasi, bahwa akan bekerja di Indonesia. Bukan untuk traveling seperti yang dituduhkan oleh beberapa pihak.
Pemerintah dengan tegas melarang masyarakat untuk mudik lebaran. Jalan lintas provinsi dan antar kota ditutup dan diawasi oleh aparat.
Begitu juga dengan jalur bus, kereta api, dan pesawat terbang, aka ditutup sementara mulai tanggal 6 hingga 15 mei 2021. Semua ini demi menurunka resiko serangan corona baru karena pergerakan massal.
Ketika ada warga negara asing yang berhasil mendarat di Jakarta, maka masyarakat langsung kasak-kusuk. Mengapa seolah pemerintah tidak adil dengan mengutamakan warga negara asing? Akan tetapi, langsung ada keterangan dari Dirjen Imigrasi Kementrian Hukum dan HAM, Jhoni Ginting. Mereka datang dengan visa kerja, bukan visa wisata.
Jhoni melanjutkan, seluruh WNA China itu telah mematuhi Peraturan Menkumham nomor 26 tahun 2020. Juga telah mendapat rekomendasi clearance dari Kantor Kesehatan Pelabuhan Kementrian Kesehatan.
Rekomendasi ini tidak akan keluar ketika mereka tidak lolos pemeriksaan kesehatan sesuai dengan protokol kedatangan orang dari luar negeri, yang telah ditetapkan oleh tim satgas covid.
Penjelasan dari Dirjen Imigaasi Kemenhukam ini menyejukkan hati masyarakat, karena ternyata WNA tersebut sudah mematuhi aturan yang ada di Indonesia. Karena semua WNA masih dilarang untuk masuk ke Indonesia sejak bulan maret tahun 2020, jika ia memakai visa wisata atau visa on arrival. Hal ini membuktikan bahwa pemerintah tidak mengutamakan warga negara asing daripada WNI.
Apalagi setelah sampai, menurut protokol, para WNA harus melakukan karantina mandiri di tempat khusus, selama 5 hari. Baru boleh beraktivitas seperti biasanya. Sehingga pekerja yang berasal dari Guangzhou, RRC, ini dipastikan tidak membawa bibit virus covid-19 dan tidak berstatus orang tanpa gejala. Karena sudah melewati screening kesehatan yang ketat.
Masyarakat tak akan lagi menuduh bahwa pemerintah pilih kasih. Karena para WNA datang bukan untuk berlibur, melainkan bekerja. Mereka akan ditempatkan di beberapa proyek strategis nasional, bantuan medis dan kemanusiaan, penyatuan keluarga, objek vital, kru alat angkut, dll.
Jika pemerintah mengutamakan proyek strategis nasional, berarti masyarakat yang diuntungkan, karena ketika berhasil akan membuat kondisi finansial negara jadi membaik. Padahal saat ini sudah jelang lebaran, tetapi pemerintah masih memikirkan kelanjutan proyek strategis nasional. Semua pejabat dan pegawai pemerintah benar-benar mencontoh apa yang diteladani oleh Presiden Jokowi, yaitu kerja, kerja, dan kerja.
Syarief Abdullah Alkadrie, Wakil Ketua Komisi V DPR RI menyatakan bahwa kedatangan para WNA jangan sampai membuat WNI merasa dianaktirikan. Ia mencoba menjelaskan bahwa pelarangan mudik jangan dibandingkan dengan pembolehan masuknya para WNA. Karena tidak apple to apple.
Dalam artian, mudik dilarang untuk mencegah penyebaran corona. Sedangkan WNA masuk untuk bekerja. Meskipun mereka berasal dari China, bukan berarti memiliki misi negatif untuk menyebarkan virus covid-19. Karena sebelum masuk ke Indonesia, mereka harus dites dan hasilnya negatif corona. Jadi jangan berpikiran buruk terlebih dahulu.
Posisi para WNA yang bekerja di proyek strategis nasional juga tidak akan menggeser para pekerja lokal. Karena dalam 1 proyek ada aturan maksimal bagi pekerja asing. Bukan berarti proyek strategis nasional yang didanai oleh investasi asing, akan dikerjakan oleh warga negara asing. Ini adalah pemahaman yang sangat keliru.
Kita wajib melihat kedatangan WNA dari China dengan kacamata positif. Mereka datang jauh-jauh dari Guangzhou, merantau dan bekerja di Indonesia yang jauh dari kampung halaman. Sebagai tuan rumah, sebaiknya kita beramah-tamah kepada mereka dan tidak menuduh sembarangan tanpa ada saksi dan bukti yang valid.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews