The Fed

Pemilik saham mayoritas The Fed terdiri atas 10 bank besar milik orang Eropa. Kemudian kelompok ini membentuk kartel, The Ten Club yang berpusat di London.

Rabu, 16 Oktober 2019 | 13:40 WIB
0
385
The Fed
The Fed (Foto: bankrate.com)

Di planet ini ada satu lembaga yang sangat powerful, yang kekuatannya bisa menjangkau seluruh belahan dunia. Lembaga ini bisa mengatur arus pergerakan dan mengubah nilai tukar semua mata uang di dunia. Lembaga itu adalah The Federal Reserve, bank sentral Amerika Serikat. Tapi mungkin tidak banyak yang tahu kalau lembaga ini lahir dari kolaborasi hanky panky sejumlah bankir dan politisi anggota Kongress pada tahun 1913.

Amerika Serikat yang merdeka pada 4 Juli 1776 wilayahnya belum seluas saat ini, hanya beberapa negara bagian di pantai timur. Kemudian negara-negara lain bergabung, ada yang dengan sukarela, ada juga yang melalui peperangan, hingga wilayahnya seperti saat ini.

Pada periode 1791–1913 otoritas moneter dipegang oleh lembaga Federal Reserve System, semacam bank sentral di masing-masing negara bagian. Sementara untuk skup nasional, peran bank sentral dilaksanakan oleh bank yang sifatnya ad hoc. Namun saat itu di Amerika sudah banyak bank swasta milik orang-orang Eropa.

Terbentuknya The Fed, Bank Sentra Amerika Serikat, tidak terlepas dari perdebatan panjang antara Menteri Keuangan di masa Pemerintahan George Washington, Alexander Hamilton, dengan Thomas Jefferson, yang kemudian menjadi Presiden ke-3 Amerika Serikat. Keduanya berbeda pandangan pada hampir semua aspek kenegaraan, khususnya sifat pemerintahan, sentralisasi kekuatan politik, dan peran pemerintah dalam ekonomi, kebijakan fiskal, serta kebijakan moneter.

Soal pengelolaan moneter, Hamilton ingin meng-copy paste Bank of England (didirikan 1694). Bank Sentral Inggris ini sukses ‘mendanai’ militer Inggris hingga negara pulau di Eropa itu menjadi adidaya penguasa dunia selama berabad-abad. Hamilton ingin ekonomi Amerika tumbuh cepat, karena potensinya sangat besar.

Ia berencana menerapkan pajak, tarif bea masuk, punya bank sentral dan mata uang sendiri. Baru pada tahun 1792 Amerika punya mata uang Dollar Amerika Serikat, berupa koin. Itu pun meniru Dollar Spanyol. Sebelumnya, transaksi menggunakan Poundsterling atau Dollar Spanyol.

Sementara Jefferson yang anti-Inggris berpendapat, ekonomi harus dibangun di mana sektor pertanian sebagai platfom utama. Menurut dia, ekonomi berbasis industri yang kekuatannya terkonsentrasi di lembaga-lembaga keuangan seperti bank, memiliki ancaman potensial terhadap kebebasan, karena akan mendorong masyarakat untuk menghasilkan uang dengan cara spekulasi ketimbang dengan kerja nyata yang jujur. Sistem ekonomi yang demikian itu bisa menjadi sumber korupsi.

Namun yang terjadi kemudian, dengan kekuatan konstitusi yang dimilikinya, Kongres mengadopsi seluruh konsep yang dikemukakan Hamilton, termasuk pendirian Bank Amerika pada 25 Februari 1791. Bank Amerika yang kemudian dikenal dengan Bank Amerika I ini diproyeksikan beroperasi selama 20 tahun, untuk menggantikan Bank of North America (berdiri 26 Mei 1781) yang selama ini secara de facto menjalankan peran sebagai bank sentral.

Tentu saja itu ditentang Jefferson. Bank Amerika sebagai bank sentral, akan lebih menguntungkan kaum kapitalis yang sebagian besar tinggal di utara. Jika Bank Amerika membuka cabang di tiap negara bagian, maka bank itu akan mengambil pasar bank-bank lokal. Sehingga pemasukan bagi pemerintah negara bagian menjadi berkurang. Baik Hamilton maupun Jefferson, masing-masing punya kelompok-kepompok pendukungnya yang cukup besar.

Proposal pendirian Bank Amerika diajukan ke Kongres sebelum masa sidang pertama tahun 1790. Modal awa Bank Amerika sebesar US$10 juta, di mana US$2 juta di antaranya dari penjualan saham kepada Pemerintah Amerika. Namun karena waktu itu Pemerintah tidak punya uang, Hamilton mengusulkan agar Pemerintah meminjam ke bank. Sisanya, saham senilai US$8 juta dijual kepada publik, termasuk warga negara asing.

Di tahun-tahun berikutnya, peran bank sentral Amerika dijalankan oleh Bank Amerika II (1816 - 1836), ‘Free’ Bank (1837 – 1863), National Bank (1863 – 1913). Revolusi industri (di Inggris) yang mulai bergulir pada tahun 1850 dengan cepat merembet ke Amerika, dan menjadikan Amerika Serikat sebagai negara adidaya, secara ekonomi juga militer di awal abad 20.

Meskipun pengelolaan ekonomi Amerika menerapkan konsep Hamilton, namun sektor pertanian, khususnya di selatan dan barat, juga dimodali dan dikembangkan dengan baik. Sehingga muncul istilah Cotton Belt, perkebunan kapas yang melintang dari Florida hingga California.

Namun hingga saat itu, bank sentral Amerika sifatnya masih ad hoc, sementara. Guna mengakhiri beda pendapat terkait bank sentral, sejumlah banker bersama para anggota Kongres dari Partai Demokrat secara diam-diam menyusun draft Federal Reserve Act, undang-undang tentang bank sentral nasional. Waktu itu, tahun 1913 sedang berlangsung kampanye Pemilihan Presiden. Kelompok ini mendukung Wodrow Wilson, kandidat dari Pardai Demokrat yang kemudian terpilih menjadi Presiden ke-28.

Menjelang Natal tahun 1913, Senator Nelson Aldrich, kakeknya Rockofellers, mendorong sejumlah anggota Kongres untuk menggelar sidang pada tanggal 23 Desember guna mengesahkan The Federal Reserve Act. Sidang itu berjalan lancar, karena sebagian besar anggota Kongres yang dipastikan menentang rancangan undang-undang tersebut sudah pergi berlibur akhir tahun. Meski waktu itu sudah ada telepon, namun belum ada pesawat terbang komersial. Setelah tahu Kongres menggelar sidang, mereka tidak bisa buru-buru balik ke Washington DC. Ingat, Pan Am baru beroperasi tahun 1927.

Pada tanggal 23 Desember 1913 itu pula Presiden Wodrow Wilson menandatangani The Federal Reserve Act. Kabarnya, di kemudian hari Presiden Wilson mengatakan, “I have unwittingly ruined my country.” (secara tidak sadar saya telah mengancurkan negara saya.) The Fed mulai beroperasi 16 November 1914 dengan Gubernur pertama Benjamin Strong Jr., seorang bankir mantan Presdir Bankers Trust Company.

Di tahun-tahun berikutnya, Henry Gonzales, Ketua Komite Perbankan di Kongres, mengkampanyekan undang-undang untuk mencabut The Federal Reserve Act 1913. Namun selalu gagal. Bahkan, media-media besar seperti tidak menghiraukannya. Itu terjadi karena para bankir pemilik saham The Fed juga menguasai industri media yang justru mendukung anggota Kongres yang merancang dan mengesahkan The Federal Reserve Act 1913.

Selain Gonzales, ada Wright Patman yang selama 40 tahun menjadi anggota Kongres yang juga menjabat Ketua Komisi Perbankan, selama 20 tahun mengkampanyekan pencabutan The Federal Reserve Act 1913, juga gagal. Bahkan, Presiden Abraham Lincoln, Andrew Jackson, dan John F. Kennedy pernah mencoba memangkas kewenangan The Fed dengan mencetak uang tanpa membebankan bunga. Mereka juga gagal.

Nyatanya hingga kini, jika Pemerintah mengalami defisit anggaran, The Fed mencetak uang melalui Kementerian Keuangan Amerika dan membeli surat utang (QE), untuk menjaga likuiditas agar ekonomi terus berjalan. Tentu saja Pemerintah harus membayar bunganya di kemudian hari. Setiap keputusan The Fed tidak saja mempengaruhi ekonomi Amerika, tapi juga dunia. Posisi ini membuatnya sebagai aktor ekonomi paling powerful di dunia. The Fed bukan perusahaan, juga bukan lembaga pemerintah.

The Fed memang dirancang seperti perusahaan swasta, seperti bank komersial pada umumnya, menerima simpanan dan menyalurkan kredit. Saham The Fed dimiliki oleh 300 pihak, individu dan bank, dengan nilai saham US$100 per lembar. Namun saham The Fed tidak diperdagangkan.

Pemilik saham mayoritas The Fed terdiri atas 10 bank besar milik orang Eropa, yaitu Rothschild Bank of London, Warburg Bank of Hamburg, Rothschild Bank of Berlin, Lehman Brothers of New York, Lazard Brothers of Paris, Kuhn Loeb Bank of New York, Israel Moses Seif Banks of Italy, Goldman, Sachs of New York, Warburg Bank of Amsterdam, Chase Manhattan Bank of New York. Kemudian kelompok ini membentuk kartel, The Ten Club yang berpusat di London.

Sementara pihak-pihak lain sebagai pemilik saham minoritas adalah First National Bank of New York, James Stillman National City Bank New York, Mary W. Harnman, National Bank of Commerce New York, A.D. Jiullard, Hanover National Bank New York, Jacob Schiff, Chase National Bank New York, Thomas F. Ryan, Paul Warburg, William Rockefeller, Levi P. Morton, M.T. Pyne, George F. Baker, Percy Pyne, Mrs. G.F. St. George, J.W. Sterling, Katherine St. George, H.P. Davidson, J.P. Morgan, dan Edith Brevour T. Baker.

Sebagai penghargaan kepada yang berjasa bagi negara Amerika, foto tokoh-tokoh itu terpampang pada uang kertas Dollar Amerika Serikat. Foto Thomas Jefferson ditera pada uang kertas pecahan US$2, sementara foto Alexander Hamilton pada pecahan US$10. Uang kertas dengan nominal tertinggi yang hingga kini beredar di seluruh dunia, adalah pecahan US$100 dengan foto Benjamin Franklin, tokoh revolusi dan salah satu penandatangan Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat pada 4 Juli 1776.

Sementara Presiden Wodrow Wilson yang menandatangani The Federal Reserve Act 1913, fotonya dipajang pada uang kertas pecahan US$100,000. Namun uang pecahan ini tidak pernah diedarkan, hanya digunakan oleh The Fedl untuk mentransfer uang pada masa resesi ekonomi Amerika (Great Depression) tahun 1929 – 1939.

Di hampir sepanjang karir politiknya Thomas Jefferson terus berseteru dengan Alexander Hamilton, dan banyak orang berpendapata: berdirinya The Fed hingga kini adalah bukti kemenangan Hamilton. Meski demikian Jefferson sangat menghormati Hamilton, begitu juga sebaliknya. Jefferson memajang patung dirinya dan patung Hamilton di serambi rumahnya yang dinamai Monticello di Albemarle County, Virginia.

***