Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung sudah mendapatkan suntikan dana yang sangat besar dan diharap akan segera rampung.

Selasa, 16 November 2021 | 07:18 WIB
0
120
Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung
Maket kereta cepat Jakarta-Bandung (Foto: bisnis.com)

Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung sedang digenjot dan akan cepat selesai karena mendapatkan kucuran dana dari pemerintah. Masyarakat patut mengapresiasi karena kereta cepat akan mempermudah mobilitas dan melancarkan pergerakan banyak orang.

Bandung sebagai ibu kota Jawa Barat menjadi daerah yang sering dikunjungi oleh warga Jakarta, karena mereka tempat wisata di akhir pekan. Jarak kedua wilayah tidak terlampau jauh dan bisa ditempuh naik mobil. Akan tetapi ada juga yang suka naik kereta karena karcisnya cukup terjangkau.

Namun ketika naik kereta tentu butuh waktu yang lumayan. Untuk kereta Jakarta-Bandung konvensional bisa butuh 3 jam 35 menit. Padahal kita tahu bahwa waktu adalah uang. Sehingga diadakan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Prediksinya, dengan menaiki kereta cepat maka waktu tempuh hanya berkisar 35 hingga 45 menit saja.

Pemerintah menyuntikkan dana yang tak main-main, sampai 4,3 triliun rupiah. Hal ini dinyatakan oleh Kartika Wirdjoatmojo, wakil menteri BUMN. Kartika juga menambahkan bahwa anggaran sebesar itu diambil dari APBN.

Suntikan dana untuk proyek kereta api cepat Jakarta Bandung adalah hal yang wajar, karena merupakan fasilitas untuk rakyat. Pemerintah memang sering memberi tambahan dana untuk proyek-proyek infrastruktur. Tujuannya agar pembangunan di Indonesia berkembang pesat.
Jadi, jangan ada yang nyinyir karena uang sebanyak itu diambil dari APBN yang merupakan hasil pajak. Penyebabnya karena uangnya dikembalikan lagi dalam bentuk fasilitas bagi warga Indonesia.

Sementara itu, Direktur Riset Core Piter Abdullah menyatakan bahwa gerojokan dana dari pemerintah pada proyek kereta cepat ini akan berdampak positif, karena proyek dijamin tidak akan mangkrak. Ia meyakini bahwa proyek ini bisa meningkatkan perekonomian, khususnya di DKI Jakarta dan Jawa Barat.

Masyarakat jelas mendukung proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung karena memudahkan mobilitas dan memang mendukung sektor perekonomian. Jika ada kereta maka mayoritas pebisnis bisa ulang-alik ke 2 daerah tersebut menggunakan kendaraan ini, tanpa takut kena macet di jalan. Memang biasanya jalan ke Bandung atau sebaliknya saat kembali ke ibu kota rawan kemacetan karena padatnya kendaraan bermotor, terutama di akhir minggu.

Ketika perjalanan lancar menggunakan kereta cepat Jakarta-Bandung maka bisnis akan lancar juga. Pasalnya, wirausaha sering berprinsip time is money. Saat bisa sampai ke parahyangan dengan cepat, mengapa harus berlambat-lambat? Mereka bisa langsung kulakan barang (terutama tekstil yang harganya miring) atau langsung meeting dengan klien, lalu kembali ke ibu kota keesokan harinya.

Infrastruktur di bidang transportasi memang perlu segera disempurnakan untuk menaikkan sektor perekonomian. Masyarakat sudah ingin meningkatkan kondisi finansialnya dan bangkit walau masih pandemi, karena daya beli warga sudah mulai naik. Salah satu usahanya adalah dengan berdagang, dan ketika ada kereta cepat maka memudahkan mobilitas mereka, apalagi yang belum punya kendaraan pribadi.

Selain itu, keberadaan kereta cepat Jakarta-Bandung juga berpengaruh besar terhadap perekonomian warga Parahyangan, khususnya di sektor pariwisata dan kuliner. Masyarakat ibu kota bisa liburan akhir pekan di Bandung dan menikmati tempat-tempat-tempat wisata, lalu makan-makan. Sehingga pemilik bisnis akan tersenyum lebar ketika melihat tempatnya mulai didatangi pengunjung lagi. Tentunya harus menaati prokes.

Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung sudah mendapatkan suntikan dana yang sangat besar dan diharap akan segera rampung. Penyebabnya karena jika ada kereta ini akan mempersingkat waktu tempuh dan menguntungkan masyarakat, terutama yang sering kulakan ke Bandung. Masyarakat Kota Kembang juga diuntungkan karena keberadaan kereta bisa meningkatkan kunjungan ke tempat usahanya.


Made Prawira, Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute

***