Resto M2M, Sukses Manajemen Kuliner Ala Santri

Rabu, 7 November 2018 | 18:48 WIB
0
1637
Resto M2M, Sukses Manajemen Kuliner Ala Santri
Resto M2M di Sumenep dengan mitra KH Imam Mawardi. (Foto: Mochamad Toha).

Resto cepat saji ala Indonesia M2M yang didirikan oleh pengusaha kuliner berlatar-belakang santri dan ulama kini sudah merambah Sumenep, Madura. “M2M Sumenep ini adalah cabang M2M yang ke-27,” ungkap Ustadz Muhammad Ali kepada Pepnews.com.

M2M Sumenep dibuka oleh KHA Imam Mawardi, ulama nasional kharismatik asal Sumenep. Menurut pengusaha kuliner yang sudah tak asing lagi di Jawa Timur dengan gerai kulinernya itu, M2M ini bermitra dengan Kiai Imam Mawardi dan pengusaha Zainuddin.

Lokasi M2M Sumenep sangat strategis. Berdiri di pintu masuk Kota Sumenep yang berlokasi di Jalan Raya Sumenep-Pamekasan depan Hotel Mudzalifah dan samping SAM Mobil. M2M Sumenep ini adalah gerai ke-3 yang ada di wilayah Pulau Madura.

Sebelumnya, M2M sudah hadir di Bangkalan dan Pasar Tanah Merah (keduanya di wilayah Kabupaten Bangkalan). Untuk kedua gerai di Bangkalan ini M2M bekerja sama dengan kiai setempat dan BMT Ponpes Sidogiri, Kabupaten Pasuruan.

Menurut Ustadz Muhammad Ali, konsep kemitraan yang dilakukan M2M selama ini adalah berbagi, bukan franchisee murni dengan sistem mudharabah, ada yang mengelola, ada yang menyediakan modal, dan tempat.

“Dengan share pembagian yang saling menguntungkan ketiga belah pihak,” ungkap Ustadz Muhammad Ali. Ia mendirikan M2M pada 2009 bersama pengasuh Ponpes Riyadul Jannah KH Mahfud Syaubari dan Ali Mustofa, jebolan eks resto asing ternama di Surabaya.

Dalam sambutannya, Kiai Imam Mawardi juga menghimbaau agar terus belajar dan berusaha menjadi yang terdepan. “Jangan lupa berdoa, yakin bahwa makanan kita di M2M ini halalan thoyyiban,” tuturnya.

Menurut Kiai Imam Mawardi, ada 5 keunggulan makan di M2M Sumenep. Yaitu: 1. Motong ayamnya dengan menghadap kiblat; 2. Bersertifikasi halal, satu basmalah satu ayam yang dipotong; 3. Makanan dalam negeri asli milik Indonesia;

4. Makan di M2M dijamin halal dan thoyyib dan ada sedekah di dalam kepengelolaannya hasil keuntungannya; Dan, 5. Ikut mewujudkan santri mandiri Indonesia Hebat. Take-line Semakin Indonesia diusung agar menjadikan makanan dan kuliner ini berdaukat di negeri sendiri.

“Insya’ Allah ke depan M2M di Madura akan hadir juga di Pamekasan, Tanjungbumi, dan Arosbaya akhir 2018 dan awal 2019,” lanjut Ustadz Muhammad Ali. Selain Madura, M2M telah hadir pertama kali di Sidoarjo, Malang, Pasuruan, Mojokerto, dan Jakarta.

Menurut Ustadz Muhammad Ali, setidaknya ada 3 tahapan dalam menjalankan bisnis, yaitu Membangun, Mempertahankan, dan Mengembangkan (M2M). Ketiganya menjadi pedoman yang harus dilampaui step by step dengan fokus dan penuh kesungguhan.

“Mengapa? Coba Anda pikirkan, apakah Anda mau bisnis yang dibangun dengan penuh kerja keras dan jerih payah harus jatuh hanya karena tidak mampu bertahan? Dan puaskah anda dengan hasil usaha yang segitu-segitu saja? Tentu, saya yakin tidak,” ujarnya.

Tahap membangun adalah masa merintis usaha. Pada tahap ini pembentukan sistem atau SOP tadi mutlak diperlukan, sehingga semua unsur yang terlibat di dalam usaha ini bisa bergerak senada seirama demi mencapai tujuan yang ditentukan.

“Jadi target harus dipasang lebih dulu agar memiliki sasaran yang jelas. Yang paling mudah adalah menentukan target pendapatan. Tentu saja ini bicara tentang nilai rupiah yang ingin dicapai,” kata Ustadz Muhammad Ali memberikan tips bisnisnya.

Menurutnya, SOP di sini adalah menata menejemen secara keseluruhan. Dimulai dari SDM, pola dan tata cara kerja, sistem produksi, keuangan, standar layanan, promosi dan sebagainya. Semuanya harus tertata dengan rapi.

Sehingga operasional usaha tersebut terkendali oleh sistem yang dibuat dan bukan semata-mata bergantung pada kemampuan person yang mengendalikannya. Ini karena orang yang berproses dalam perjalanan usaha tersebut bisa saja berganti-ganti.

“Jika hanya bergantung pada orang saja, maka usaha tersebut akan oleng saat personelnya berganti,” lanjutnya. Tahap berikutnya adalah menciptakan brand yang mudah dikenal dan diingat oleh public.

M2M yang memiliki jargon Semakin Indonesia, yang ingin menimbulkan kesan bahwa ini adalah restauran food fast yang asli tanah air atau negeri sendiri. Jargon ini juga bertujuan menggugah semangat nasionalis setiap orang Indonesia.

“Kalimat gampangnya, kenapa harus menikmati merk luar negeri kalau produk dalam negeri saja punya kualitas rasa dan layanan serupa namun dengan harga yang lebih murah,” lanjut Ustadz Muhammad Ali.

Saat usaha yang dibangun telah mulai berjalan, maka yang harus dilakukan adalah menjaga keberlangsungannya. Salah satunya dengan menimbulkan trust atau kepercayaan masyarakat, khususnya mereka yang menjadi rekanan dan terutama konsumen.

Trust ini juga berkenaan dengan konsistensi Anda dalam menjalankan bisnis ini. Menjaga kualitas produk dan juga layanan tentu menjadi kunci utama dalam menimbulkan trust ini.

“Dalam hal ini jangan sekali-kali Anda mengecewakan rekan bisnis Anda, apalagi konsumen. Karena kekecewaan itu akan membuat track record Anda buruk di hadapan mereka hingga akan menjadi lubang yang membuat Anda jatuh terperosok,” ungkapnya.

Saat bisnis yang dibangun sudah berjalan stabil, bahkan cenderung meningkat, maka tak ada salahnya mulai berpikir untuk melakukan diversifikasi dalam usaha. “Jangan pernah biarkan keuangan perusahaan berada pada posisi hijau alias aman-aman saja,” ujarnya.

Sebab, kondisi ini akan membuat kita terlena atau bahkan kehilangan energi kreatif. Sehingga kita harus sengaja membuatnya ke posisi kuning. “Caranya dengan mengalokasikan sedikit dari keuntungan itu untuk membuka usaha baru,” kata Ustadz Muhammad Ali.

“Ketika gerai utama M2M sudah berjalan lancar, maka saya coba untuk membuka asapasap. Berikutnya  saya pun membuka cabang M2M di beberapa kota di Jatim,” lanjut alumni Sastra Arab UGM dan jebolan IAIN Sunan Kalijaga, Jogjakarta, ini.

Dengan gerai-gerai baru ini membuat dirinya harus kembali memeras otak dan tenaga seperti saat awal ia membangun bisnis sebelumnya. “Langkah kreatif dan inovatif harus dikerahkan untuk menjadikan cabang-cabang baru ini sebaik induknya,” ujarnya.

Saat melakukan usaha pengembangan tersebut, tumbuhan trust yang ditanam sebelumnya menumbuhkan buah yang lain. “Saya tak pernah kesulitan untuk menuai tambahan modal karena begitu banyak pihak, “ ungkap Ustadz Muhammad Ali.

Modal tersebut diperoleh, baik dari lembaga keuangan maupun pribadi, yang dengan sukarela mempercayakan dananya untuk dikelola karena rasa percaya mereka pada track record-nya. “Dalam tahap pengembangan ini pun harus cermat dan jeli dalam melihat peluang,” ujarnya.

Langkah pengembangan ini juga harus disertai dengan perhitungan dan pertimbangan yang benar-benar matang. Jangan terburu nafsu atau grusa-grusu. Syarat pertama adalah standar keuangan core bisnis harus sudah benar-benar ‘hijau, bukan semu hijau apalagi kuning muda’.

Apalagi jika pengembangan usaha itu berbeda dengan core bisnisnya. Walau menyimpang, ada baiknya pengembangan bisnis itu menunjang usaha utama. Seperti, mencoba peternakan ayam guna menunjang core bisnis berupa restoran yang bahan baku utamanya adalah daging ayam.

***