Merah segarnya bikin air liur ngences. Beberapa kali sempat mencobanya, selain nasi goreng merah atau mie goreng merah ala India.
Dulu sering melihat, kalau di Kualalumpur atau Johore Bahru masakan sup tulang merah ini warnanya beda. Tampilannya lebih gelap. Gak terlalu merah. Tapi tampilan yang acap terlihat versi Singapore lebih memancing selera.
Merah segarnya bikin air liur bakalan ngences...hehehe. Beberapa kali sempat mencobanya, selain nasi goreng merah atau mie goreng merah ala India.
Karena tahu bahwa abang sulung saya adalah raja makan, sayapun pengen memberinya kejutan dengan mengenalkan menu ini. Kesibukannya membuat gak mudah untuk mendapatkan kesempatan bertemu sejak beliau lulus dari ITB dan berkarir di mancanegara.
Di tengah wira-wiri abang sebagai manajer rekrutmen Schlumberger Overseas, saya mencoba curi waktunya untuk bisa bertemu. Saat itu posisi beliau sedang di Moscow, Rusia. Sementara saya sedang posisi di New Delhi, India. Kami sepakat memilih ketemuannya di Singapore. Rencananya bertemu 2-3 hari saja. Judulnya hanya untuk kulineran.
Karena dari India saya yang duluan mendarat di Singapore, sayapun nginep di hotel disekitaran Orchard. Gerai sup tulang merah yang ingin saya bikin surpraisnya gak jauh dari kawasan Orchard. Persisnya di kawasan Newton Circus.
Besoknya abangpun tiba dari Moscow. Malamnya, dari hotel kamipun bertaksi ke TKP untuk makmal. Gak lama, pesanan saya sup tulang merah pun terhidang di meja. Lengkap dengan roti John. Plus minuman ais air tebu.
Sambil makan, saya coba melirik. Abang terlihat sumringah. Makannya sangat bersemangat.
Tiba-tiba abang nyerocos nanya, "Sejak kapan tahu sup tulang merah? Koq baru sekarang kasih tahu kuliner ini? Apalagi menu lain yang gokil-gokil? Besok ke sini lagi ya ?
Saya pun jawab...ahsiaaap, mang... eeeh...bang !
***
.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews