Bank Dunia Optimis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Mengalami Perbaikan

Fokus utama dari arah kebijakan BI tahun depan adalah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. BI meyakini stabilitas nilai tukar rupiah adalah yang terpenting bagi ekonomi Indonesia.

Minggu, 26 Desember 2021 | 23:40 WIB
0
118
Bank Dunia Optimis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Mengalami Perbaikan
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi (Foto: antaranews.com)

Bank Dunia optimis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia terus mengalami perbaikan. Proyeksi ini menunjukkan bahwa program pemulihan ekonomi Pemerintah berada dalam jalur yang tepat.

Pertumbuhan ekonomi di Indonesia tentu menjadi kabar baik, Bank Dunia memperkirakan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2021 akan tumbuh kisaran 3,7 persen dan akan kembali meningkat pada tahun depan menjadi 5,2 persen.

Menurut Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor Leste Satu Kahkonen, pemulihan ekonomi di tahun depan dapat dicapai apabila Indonesia tidak mengalami gelombang Covid-19 serta akibat munculnya varian baru.

Selain itu, Bank Dunia juga melihat risiko adanya virus varian baru Omicron yang telah menyerang beberapa negara di dunia, di tengah vaksinasi yang masih belum merata akan memberikan dampak melemahnya bagi perekonomian RI tahun depan.

Bank Dunia mengingatkan bahwa pemulihan ekonomi dapat berlangsung optimal disertai kecepatan vaksinasi Covid-19, seingga mencapai 70% dari populasi pada akhir tahun depan. Kahkonen mengatakan, proyeksi mengasumsikan bahwa vaksin peluncuran akan berkembang dengan sebagian besar provinsi mencapai cakupan vaksin 70% pada tahun 2022, dan Indonesia tidak akan mengalami gelombang baru Covid-19 yang parah.

Ia menambahkan, ketidakpastian pandemi masih menjadi tantangan bagi seluruh negara dan bahkan mencuat istilah bahwa Covid-19 berpotensi menjadi endemik. Lantaran covid-19 tidak akan hilang dalam waktu cepat.

Di sisi lain, Bank Dunia meminta arah kebijakan moneter fiskal domestik yang tetap akomodatif dan mendorong pertumbuhan ekonomi di tahun depan. Dengan dukungan pertumbuhan perdagangan global dan kenaikan harga komoditas yang moderat di tengah pengetatan kondisi keuangan global.

Seperti diketahui, PDB Indonesia tumbuh sebesar 7,07 persen (yoy) pada kuartal ii/2021 setelah empat kuartal berturut-turut mengalami kontraksi sejak kuartal II/2020.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah mengatakan, pihaknya meyakini pada kuartal IV/2021 ekonomi bisa tumbuh lebih baik. Walaupun banyak pandangan bisa mengulang capaian pertumbuhan di kuartal II/2021 ini yaitu tumbuh di atas 7 persen.

Sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat pada kuartal III/2021 menjadi 3.51 persen (yoy). Hal ini merupakan implikasi dari kebijakan PPKM Darurat dan level 3-4 yang diterapkan untuk menangani penyebaran varian Delta di tanah air.

Ke depannya, Piter menilai proses pemulihan akan tetap berlanjut. Salah satu indikatornya yaitu konsumsi masyarakat diperkirakan akan terus membaik. Hal itu terlihat dari berdasarkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Oktober 2021 yang sudah kembali ke level optimis di 113.4. IKK terus meningkat dari level pesimis pada september 2021 sebesar 95,2 dan sebelumnya 77,3 pada Agustus 2021.

Indeks penjualan riil juga mulai membaik walaupun sempat menurun pada kuartal III/2021. Jadi kondisi ekonomi Indonesia juga sangat bergantung pada kondisi pandemi. Oleh sebab itu, Piter menilai penting bagi Indonesia untuk menghindari adanya gelombang ketiga penyebaran Covid-19. Terutama, kenaikan kasus yang dipicu oleh varian terbaru yakni Omicron.

Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menegaskan kebijakan bank sentral pada 2022 akan terus diarahkan untuk mendukung stabilitas dan pertumbuhan ekonomi. Di samping kebijakan moneter, Perry menyampaikan bahwa kebijakan makroprudensial, sistem pembayaran, pendalaman pasar uang, serta ekonomi-keuangan inklusif dan hijau pun akan tetap diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

Di sisi global, Perry menyampaikan bahwa ketidakpastian pasar keuangan global masih berlanjut di tengah pengumuman siklus pengetatan kebijakan moneter the fed yang lebih cepat, serta penyebaran varian baru Covid-19.

Kondisi ini dinilai Perry akan berdampak pada terbatasnya aliran investasi portofolio global ke Emerging Market, termasuk Indonesia, serta berdampak pada perkembangan tingkat imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) dan nilai tukar rupiah.

Oleh karena itu, fokus utama dari arah kebijakan BI tahun depan adalah menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. BI meyakini stabilitas nilai tukar rupiah adalah yang terpenting bagi ekonomi Indonesia.

BI juga tidak segan melakukan langkah stabilisasi untuk menjaga nilai tukar rupiah agar tetap stabil guna mendukung pemulihan ekonomi. Namun tetap memperhatikan mekanisme pasar.
Optimisme Bank Dunia terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia merupakan hal positif yang harus diapresiasi. Respons itu juga menandakan bahwa kerja keras Pemerintah telah mendapatkan kepercayaan dunia internasional.

Sentiaji Kurniawan, Penulis adalah kontributor Pertiwi Insitute