Mulai 22 Januari 2019 hari ini, maskapai penerbangan dalam negeri, Lion Air menerapkan kebijakan tidak ada lagi bagasi gratis untuk penumpang. Kalau biasanya penumpang bisa mendapatkan bagasi gratis sebanyak 20 kilogram, kini sudah tidak lagi.
Apabila penumpang ingin memasukkan barang ke bagasi, harganya bukanlah murah. Menurut pemberitaan, untuk bagasi 5 kilogram saja, harganya mencapai 155.000. Untuk 10 kilogram 310 ribu. Bukan sesuatu yang sangat murah.
Apa sebenarnya yang akan menerima dampak kebijakan seperti ini?
Kalau sebagai penumpang, bepergian dalam kurun waktu beberapa hari, seperti ketika saya ke Sumatera Utara dua pekan lalu, tidak masalah. Saya bisa memasukkan barang dalam bagasi saja.
Tapi bagaimana kalau bepergian dalam rangka tugas kerja bisa sampai sepekan? Atau mungkin lebih. Tentunya ini akan menambah biaya kalau kita membawa pakaian yang cukup banyak dan tidak bisa masuk bagasi.
Dampak lain yang akan sangat berasa adalah oleh-oleh. Saya menyadari ini, ketika saudara saya memposting di facebook, dengan kebijakan Lion Air ini dan nantinya Citilink, kita bisa mengucapkan “say goodbye to oleh-oleh”.
Yep, kebiasaan kita adalah ketika kita bepergian ke sebuah daerah, kita akan membawa oleh-oleh ketika kembali. Oleh-oleh ini bisa berupa makanan khas, cinderamata lainnya seperti kain, atau pakaian.
Dan kadang-kadang, sakin banyaknya, oleh-oleh ini berat dan mau tidak mau dimasukkan ke dalam bagasi. Nah, kalau bagasi sudah kena biaya, apa mau kita bawa oleh-oleh yang banyak?
Bisa saja karena kebijakan ini, kita akan mengurangi pembelian oleh-oleh dan bisa saja mungkin akan tidak membeli oleh-oleh sama sekali karena kalau bawaan barang kita saja sudah banyak dan memasukkan ke cabin saja sudah sulit.
Tidak mungkin juga kita akan “bela-belain” bawa oleh-oleh dan kemudian kita akan kena biaya bagasi tambahan dengan harga yang tidak murah.
Say goodbye to “mana oleh-oleh?”
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews