"Hokki Te It, Pun Su Te Ji"

Jadi, meskipun Anda sudah kerja keras, kerja super keras, akhirnya, jika tak ada "hokki" atau faktor "luck" atau keberuntungan, maka tidak akan memperoleh kesuksesan.

Minggu, 15 Maret 2020 | 17:25 WIB
0
258
"Hokki Te It, Pun Su Te Ji"
Ilustrasi keberuntungan (Foto: Heepwe.com)

Saya lahir di kota Medan sebagai anak keturunan Tionghoa yang tentu mengerti dialek bahasa HOKKIAN.

Kali ini saya ingin menulis sedikit mengenai bahasa Hokkien.

Tahun 1991 saya bekerja di perusahaan otomotif terbesar di Indonesia. Siapa yang tidak kenal Astra.

Untuk bisa diterima di Astra waktu itu tidak mudah. Mula-mula saya kirim surat lamaran. Lalu ada panggilan untuk tes termasuk psikotes, tes kemampuan berhitung, dan dasar bahasa Inggris. Setelah lulus tes, saya masih harus dikirim ke laboratorium untuk periksa kesehatan, cek darah, urine dan faeces.

Setelah cek kesehatan lolos, barulah saya diterima dan mulai bekerja.

Sebagai salesman baru saya diberi modal jabatan sebagai "Sales Representative" dan diberi sekotak kartu nama dan di-training mengenai product knowledge, yakni pengetahuan tentang produk yang dijual, yaitu kendaraan mobil.

Saya ingat waktu itu sebagai sales person yang baru diterima bekerja diberi target oleh branch manager harus mampu menjual minimum 2 unit mobil per bulan.

Singkatnya, saya berhasil menjual 3 unit mobil dalam waktu sebulan. Saat itu branch manager saya bilang sembari berguyon bahwa saya ini pakai ilmu "Hokki Te It, Pun Su Te Ji", yang arti harafiahnya adalah "Rejeki nomor satu, Pengetahuan atau pengalaman nomor dua".

Maksud perkataan yang diucapkan oleh branch manager saya itu dalam bahasa Hokkien itu adalah untuk menyindir saya sebagai guyonan yang artinya "Untuk meraih sukses tak perlu pengalaman atau pengetahuan. Yang penting mempunyai Hokki atau faktor luck, faktor keberuntungan". Faktor pengalaman dan pengetahuan itu nomor dua. Yang penting andalkan faktor keberuntungan.

Meskipun saya salesman baru yang belum mempunyai pengalaman dan pengetahuan tetapi saya bisa berhasil menjual mencapai target yang ditentukan. Begitulah.

Tetapi, "hokki te it, pun su te ji" memang benar adanya. Begini ceriteranya.

Saya mempunyai seorang kawan yang sudah saya kenal sejak SMP. Di kemudian hari dia sukses sebagai pengusaha. Saya tahu persis perjalanan karirnya.

Seusai lulus kuliah, Sarjana muda ilmu akuntansi, dia pun bekerja dari satu perusahaan pindah ke perusahaan lain. Singkat cerita dia menemukan gadis pilihannya. Lalu mereka menikah. Dan setelah menikah dia bersama istrinya memulai bisnis. Beberapa tahun kemudian bisnisnya meningkat tajam.

Tulang punggung perusahaannya bukanlah dia yang lulusan akuntansi, tapi justru istrinya yang hanya lulusan SMA. Tanpa memiliki pengalaman atau pengetahuan tentang ilmu bisnis, atau ilmu marketing. Istrinya hanya berbekal keuletan, rajin, tahan banting, berani, luwes, dan hokki dan hokki dan hokki.

Mau tahu bisnis apa kawan itu? Perusahaannya mensuplai segala bahan building material ke proyek-proyek besar.

Adalah tidak gampang untuk masuk ke proyek-proyek besar. Butuh orang yang ulet, jago lobby, dan tahan banting serta berani dan tidak kikir.

Tetapi, istrinya kawan itu bisa dan sukses.

Untuk menguatkan perkataan dialek Hokkien "hokki te it, pun su te ji", baiklah saya ambil satu contoh kisah nyata lagi.

Saya kenal dengan seorang motivator manajemen dan bisnis yang namanya cukup dikenal di tanah air khususnya Jakarta. Dia itu lulusan S2 atau master ilmu bisnis alias MBA (Master of Business Administration). Sering tampil sebagai motivator di media radio dan TV serta event-event seminar. Ilmu bisnisnya sangat mumpuni tentunya.

Artinya kawan itu mempunyai "pun su", yg artinya pengetahuan. Namun, ketika dia berbisnis dengan membuka perusahaan sendiri, dia gagal.

Saya kira kegagalannya ini lebih karena faktor X. Apa itu faktor X? Saya kira "hokki"nya kurang.

Jadi, apa artinya punya pengetahuan tentang ilmu bisnis tapi gagal ketika coba berbisnis. Dalam bahasa Hokkien bunyi begini "pun su te it, hokki te ji" artinya harafiahnya "pengetahuan nomor satu, keberuntungan nomor dua".

Tanpa hokki, meskipun punya pengetahuan, gagallah dia.

Puluhan tahun yang silam ada sebuah majalah bisnis yang mewawancarai beberapa pengusaha besar dengan mengajukan pertanyaan kira-kira begini :

"Apa kunci kesuksesan bisnis Anda?"

Ketika dirangkum rata-rata pemilik bisnis besar itu memberikan jawaban sebagai berikut : "Kunci untuk bisa sukses berbisnis adalah :
1. kerja keras
2. kerja lebih keras
3. Kerja lebih keras lagi
4. Kerja lebih lebih keras lagi.
5. Hokki.

Jadi, meskipun Anda sudah kerja keras, kerja super keras, akhirnya, jika tak ada "hokki" atau faktor "luck" atau keberuntungan, maka tidak akan memperoleh kesuksesan.

***