Antisipatif (2): Pengendara Mobil yang Selalu Dianggap Salah

Minggu, 30 September 2018 | 04:24 WIB
0
904
Antisipatif (2): Pengendara Mobil yang Selalu Dianggap Salah

Anda kesal dengan pola pikir orang-orang yang menganggap pengendara mobil selalu salah dalam insiden, biarpun kejadiannya karena pengendara motor yang seenaknya sendiri? Saya juga. Pola pikir seperti ini memang salah. Masalahnya, apa yang bisa dilakukan?

Mau marah-marah menyalahkan mereka? Rugi emosi dan waktu. Orang bermental seperti mereka tidak akan bisa diajak berpikir. Percuma menjelaskan sampai mulut berbusa-busa, mereka tetap ngotot tidak salah. Ujungnya, kita yang salah.

Mau mengubah pola pikir itu? Mendekati tidak mungkin jika inginnya langsung segera. Sistem pendidikan karakter yang harus digodok, belum lamanya waktu yang diperlukan untuk mencetak generasi baru yang pola pikirnya berbeda. Iya, kalau pejabat yang berwenang di bidangnya mau memikirkan ini, lha sektor pendidikan saja termasuk sektor yang jarang diperhatikan sungguh-sungguh. Bakal makin lama.

Apa yang bisa kita lakukan? Deal with it. Itulah pentingnya mengemudi secara antisipatif. Berusaha agar tidak perlu ikut rugi dengan kelakuan orang-orang yang semaunya sendiri tetapi tidak mau bertanggung jawab atas kelakuan mereka itu.

Pemotor-pemotor itu gimana? Ya monggo mau kepeleset, nabrak, jungkir balik, apalah, terserah. Yang jelas, jangan sampai mereka membuat kita terlibat dalam kebodohan mereka itu.

Caranya bagaimana? Anda punya otak untuk memikirkan kecepatan yang aman, jarak aman dengan sekitar. Mata Anda berfungsi baik, gunakan untuk menyelidiki situasi sekitar, memperkirakan apa yang akan terjadi beberapa detik ke depan.

Spion mobil, bukan cuma untuk dandan. Mobil Anda ada gas dan rem untuk mengatur kecepatan. Oh iya, lampu jauh dan klakson juga penting untuk menunjukkan keberadaan Anda.

Simpel saja sih. Anda tidak bisa mengharapkan orang-orang lain secerdas Anda. Anda tidak bisa mengubah perilaku mereka. Ya Anda harus mengantisipasi mereka, supaya Anda tidak ikut-ikutan apabila mereka celaka. Anda punya pilihan untuk tidak cari perkara dengan mereka, dengan bertindak antisipatif.

Tidak jauh beda dengan bermedia sosial. Anda punya pilihan untuk tidak perlu berperkara atas hal sepele dengan orang lain. Anda punya pilihan untuk mengatur konten dan audiens dari kiriman Anda di medsos, sehingga tidak memancing perkara dengan orang-orang bodoh.

Anda tidak akan bisa mencerdaskan orang lain di medsos, namun Anda bisa mengantisipasi berbagai hal sehingga tidak perlu menurunkan tingkat kecerdasan Anda untuk menghadapi orang-orang bodoh.

Dalam posting ini, saya bagikan kutipan dari semacam kakak saya, Amalia Raissa, yang pas sebagai panduan bertindak antisipatif di medsos.

***

Semarang, 28 September 2018