Penegasan Inayah Wahid, Gusdurian Tetap Netral dan Tak Memihak

Sabtu, 29 September 2018 | 15:49 WIB
0
606
Penegasan Inayah Wahid, Gusdurian Tetap Netral dan Tak Memihak

Menurut putri bungsu almarhum KH Abdurrahman Wahid itu, banyak yang menyebut, dukungan putri pertama mendiang Presiden RI ke-4 yang akrab disapa Gus Dur tersebut akan diikuti oleh Gusdurian, pengikut setia Gus Dur itu.

Putri bungsu Gus Dur, Inayah Wulandari Wahid, dalam akun twitter pribadinya menegaskan bahwa dukungan Yenny dan Barisan Kader (Barikade) Gus Dur, tidak serta merta membuat Gusdurian juga ikut-ikutan mendukung Jokowi – Ma’ruf.

“Teman-teman, yang tadi memberikan deklarasi adalah Mbak Yenny Wahid dan Barisan Kader Gus Dur (Barikade Gus Dur) ya, bukan Gusdurian. Gusdurian sendiri sebagai gerakan kultural tetap netral dan tidak memihak,” tulis Inaya dalam akunnya @inayawahid seperti dikutip VIVA.co.id, Kamis (27/9/2018).

Setidaknya ada sembilan pihak yang mewakili Konsorsium Gus Dur dalam memberikan sikap itu. Mereka adalah Barikade Gus Dur (Barisan Kader Gus Dur), Gatara (Gerakan Kebangkitan Nusantara), Forum Kyai Kampung Nusantara (FKKNU).

Kemudian ada juga Garis Politik Al Mawardi (GP Al Mawardi), Komunitas Santri Pojokan (KSP), Jaringan Perempuan NKRI (JPN), Millenial Political Movement, Forum Profesional Peduli Bangsa, dan Satuan Mahasiswa Nusantara.

Yenny mengatakan, pihak-pihak tersebut mewakili segenap kader dan murid Gus Dur. Tapi, Inayah Wahid menyebut, Gusdurian secara institusi tetap netral. Itu dijelaskannya, menjawab pertanyaan nitizen bahwa meski netral tetapi orang-orang yang mendeklarasikan mendukung Jokowi adalah Gusdurian juga.

Maka, lanjut Inayah, tak boleh membawa institusional Gusdurian pada wilayah politik praktis. Tetapi adanya Barikade Gus Dur itu sebagai institusi atau wadah dalam menyuarakan aspirasi politik anggotanya. “Fungsi Barikade Gus Dur ya untuk menyuarakan aspirasi politik yang nggak bisa dimunculkan lewat Gusdurian,” katanya.

Inayah mengakui, setiap individu memiliki pilihan politik masing-masing. Tetapi itu bukan arahan dari Gusdurian. Sehingga, tidak boleh ada klaim-klaim politik yang mengatasnamakan gerakan kultural Gusdurian itu.

Menurut pakar Sejarah Peradaban Islam UIN Sunan Gunung Djati (SGD) Bandung Moeflich Hasbullah Hart, ucapan Inayah Wahid itu sebenarnya sudah cukup membantah ucapan Yeni Wahid. “Bagus itu,” katanya kepada Pepnews.com.

Belakangan beredar pula foto rapat di Rumah Perjuangan saat akan menentukan dukungan ke Jokowi – Ma’ruf itu. Dalam foto digambarkan, rapat dipimpin oleh Antonius Beny Susetyo, tokoh Nasrani yang dikenal dengan panggilan Romo Beny.

Hadir dalam rapat itu, cawapres Ma'ruf Amin, Ny. Sinta Nuriyah, Mahfud MD, dan Yeny Wahid sendiri. Mereka duduk saling berhadapan mengarah kepada Romo Beny yang duduk sendiri yang menggambarkan dialah yang memimpin rapat.

Ada IG terbaru Inayah Wahid yang dikutip Jack Separo Gendeng @sudjiwotedjo, “nendang banget nih akhir caption di IG terbaru Inaya Wahid”.

Well, trm kasih Pak Jkw-MA, Pak Prb-SU sudah main2 ke rumah. Ditunggu kehadirannya lagi di rumah bbrp tahun (maksud Inay 5 thn?) lagi ya”. “Sayang, pers terlalu serius dan fokus ke Yeni dan Alissa.. lupa hati Inaya,” komentar Sutjiwo Tedjo.

Melansir Liputan6.com, Rabu (26/9/2018) putri kedua Gus Dur, Yenny Wahid menyatakan sikap politik keluarganya pada Pilpres 2019. Dalam pernyataannya itu, Yenny menegaskan dukungan terhadap paslon Jokowi – Ma’ruf.

“Dengan ini kami nyatakan mendukung pasangan nomor 1 Jokowi – Ma'ruf Amin,” katanya di Sekretariat Gusdurian, Kalibata, Jakarta Selatan, Rabu (26/8/2018). Ditegaskan, Indonesia harus dipimpin dengan sosok yang tidak berjarak dengan rakyat.

Serta menghadirkan keadilan sosial bagi mereka yang tak tersasar. “Pemimpin itu mendengar nurani rakyat. Yang tidak berjarak dengan rakyat dan sederhana. Bangsa ini dipenuhi dengan kebutuhan hak dan dasarnya untuk hidup,” kata dia.

Sementara istri Gus Dur, Sinta Nuriyah, menegaskan sikap politiknya padaPilpres 2019. Dia mengatakan, dalam pilpres ini dirinya hanya berperan sebegai ibu bangsa. Dia mengingatkan, Pilres 2019 menjadi ajang untuk mempererat persaudaraan.

“Bukan tempat untuk saling hujat saling fitnah dan melontarkan kebencian. Karena itu, pesta rakyat itu harus kita lakukan secara santun damai secara adil jujur dan dilakukan secara kesatria,” pesan Ibu Bangsa ini.

“Itu yang saya harapkan, karena ini demi keutuhan bangsa dan negara RI. Itu pesan politik saya,” kata Sinta Nuriyah usai bertemu cawapres Ma'ruf Amin di kediamannya, Ciganjur, Jakarta Selatan, Rabu (26/9/2018).

Sebelumnya, mantan Ketua MK Mahfud MD juga tampak menyambangi kediaman keluarga Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid alias Gus Dur di Ciganjur tersebut. Kehadiran Mahfud Md ini bersamaan dengan jadwal pertemuan cawapres Ma'ruf dengan Sinta Nuriyah.

Mahfud MD mengatakan, kehadirannya wajar dalam pertemuan ini sebagai keluarga Gus Dur secara ideologis. “Saya ini kan termasuk bukan secara biologis, tapi secara ideologis dan hubungan kesantrian saya ini kan keluarga Gus Dur. Jadi, karena Gus Dur ini mau nerima tamu sesama NU,” kata Mahfud MD kepada wartawan di kediaman Gus Dur.

Dia kembali menegaskan bahwa dirinya merupakan anak ideologis Nahdlatul Ulama (NU), sekaligus murid Gus Dur. Karena itu, kehadirannya untuk bertemu Ma'ruf sebagai kerabat keluarga Gus Dur.

“Sampe sekarang menjadi mudridnya Bu Sinta, juga saudaranya Mbak Yenny, Mbak Allisa, makanya datang ke sini karena mau ada tamu penting dari NU itu saja,” kata Mahfud, seperti dilansir Liputan6.com, Rabu (26/9/2018).

Empat Srikandi

Dalam pernikahannya dengan Ny. Sinta Nuriyah, Gus Dur dikaruniai empat putri: Alissa Qotrunnada, Zannuba Ariffa Chofsah (Yenny), Anita Hayatunnufus, dan Inayah Wulandari. Meski Gus Dur telah wafat, cita-cita dan ide-idenya terus bergema.

Istri dan keempat putrinya berjuang demi mewujudkan impian Gus Dur. Membangun hidup yang lebih manusiawi menjadi salah satu mimpi Gus Dur yang diperjuangkan keluarganya. Selain Sinta Nuriyah Wahid yang aktif dalam pemberdayaan perempuan lewat PUAN Amal Hayati, keempat putrinya pun meneruskan cita-cita sang ayah.

Empat srikandi ini berkiprah di bidangnya masing-masing. Putri kedua, Yenny Wahid lebih menggeluti bidang politik, ikut jejak sang ayah. Sementara Alissa Wahid, Annita Wahid, dan Inayah Wahid berjuang melalui bidang: pendidikan, sosial, advokasi, riset hingga gerakan motivasi untuk orang muda.

Alissa Wahid meneruskan perjuangan Gus Dur dalam bidang budaya. Si sulung ini ambil bagian dalam perkembangan The Wahid Institute, mengelola kelas pemikiran Gus Dur.

Alissa bertutur, persoalan kehidupan kaum Muslim itu sendiri sangat relevan, bagaimana menghidupi semangat Islam.

“Kalau orang mengenal Islam yang identik dengan kekerasaan, kita mesti tunjukkan wajah Islam yang damai. Ramadhan dan Idul Fitri menjadi kesempatan bagi Islam untuk menjadi rahmat bagi semesta,” paparnya saat ditemui di The Wahid Institute, awal Juli 2013.

Menurutnya, di tengah persoalan bangsa dan negara, Gur Dur akan berjuang mewujudkan 3 level ukwah: islamiah, fatoniah, dan insaniah. Dalam pelaksanaannya, Gus Dur tak akan membedakan agama masyarakat.

Yang lebih penting ialah mengutamakan kepentingan masyarakat, keputusan pemimpin bagi kemaslahatan umat. Tauhid dalam Islam menjadi nilai utama yang dihidupi Gus Dur. Nilai itu bisa dikatakan sebagai spiritualitas.

Alissa menambahkan, kemanusiaan juga jadi nilai yang dijunjung tinggi dan dilibati Gus Dur. Ayahnya itu pernah memperkenalkan rukun kemanusiaan, yaitu keadilan, kesetaraan, dan persaudaraan. Melihat carut marut Republik ini, Gus Dur pasti gelisah.

Apakah Gus Dur juga gelisah ketika putri keduanya itu menyatakan dukungannya kepada Jokowi – Ma’ruf? Rasanya sulit mendapat jawabannya. Padahal Gus Dur pernah bilang, "Prabowo (Subianto) itu orang yang paling ikhlas!"

***