Kita tidak kaget sebenarnya melihat perangainya yang "berangasan". Saat di menolak jabatan Pangkostrad diperpanjang karena dia berniat menjadi calon Gubernur Sumut, adalah melanggar sumpah prajurit. Gayanya adalah gaya militer zaman orba, dia tidak mau dibantah, petentengan, dan arogan.
Tiga kejadian beruntun dalam dua minggu terkahir makin membuat kita shock. Di negara yang berdemokrasi, dan sedang berproses membangun masyarakat yang lebih toleran, ada kepala daerah kelakuannya seperti preman. Ibu-ibu diusir dari acaranya, suppoter bola di tampar ( walau dia tidak mengaku ) tapi statement telapak tangannya besar dan bisa terbang kalau menampar orang, adalah bentuk arogansi phisik tanpa otak.
Wartawanpun kena sasaran, dia menjadi terlihat "dungu" bahwa profesi wartawan itu ada kaidahnya, mereka bebas bertanya, dan kita bebas menjawab, tapi bukan bebas marah.
Dua Gubernur yang kita punya yang telah merusak tatanan sosial bahkan akhlak, adalah Gubernur DKI yang sama sekali tidak layak bahkan jadi tukang parkirpun bisa salah, karena membedakan kanan kiri mungkin dia tak mengerti. 11-12 dengan DKI sekarang Sumut menandingi, hanya yang ini marahnya yang didulukan daripada rencana kerjanya untuk Sumut.
Rangkap jabatan menjadi ketua PSSI dan Gubernur saja sudah kelihatan bahwa dia gila jabatan, dan serakah kekuasaan.
Apa yang dia akan abdikan kepada warga Sumut, disisi tanggung jawab sebagai Gubernur harusnya dia konsen terhadap perbaikan daerah yang termasuk parah. Kota Medan sebagai Ibu Kota di depan mata, puluhan tahun urusan got dan jalan saja tak bisa diselesaikan. Harusnya dia marah kepada walikota bukan kepada Ibu-Ibu, Supporter dan Wartawan yang bukan urusannya.
Tidak perlu kita bahas panjang lebar, karena nasi sudah jadi bubur, sayangnya kita bakal makan bubur basi, encer berlendir dan tidak bisa mengenyangkan, yang pasti membuat mules dan menyakitkan.
Gambaran di atas adalah cermin untuk kita pakai dalam pilpres, jangan pula kita memilih presiden yang suka tebar ancaman dan rasa takut. Kalau ditanya wartawan dia jawab ; gaji kalian kecil ya, kelihatan dari tampang kalian. jangan pernah menyalahkan, bisa dilempar hengpong kita.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews