Gubernur Salah Pilih

Jumat, 28 September 2018 | 05:19 WIB
0
612
Gubernur Salah Pilih

Kita tidak kaget sebenarnya melihat perangainya yang "berangasan". Saat di menolak jabatan Pangkostrad diperpanjang karena dia berniat menjadi calon Gubernur Sumut, adalah melanggar sumpah prajurit. Gayanya adalah gaya militer zaman orba, dia tidak mau dibantah, petentengan, dan arogan.

Tiga kejadian beruntun dalam dua minggu terkahir makin membuat kita shock. Di negara yang berdemokrasi, dan sedang berproses membangun masyarakat yang lebih toleran, ada kepala daerah kelakuannya seperti preman. Ibu-ibu diusir dari acaranya, suppoter bola di tampar ( walau dia tidak mengaku ) tapi statement telapak tangannya besar dan bisa terbang kalau menampar orang, adalah bentuk arogansi phisik tanpa otak.

Wartawanpun kena sasaran, dia menjadi terlihat "dungu" bahwa profesi wartawan itu ada kaidahnya, mereka bebas bertanya, dan kita bebas menjawab, tapi bukan bebas marah.

Dua Gubernur yang kita punya yang telah merusak tatanan sosial bahkan akhlak, adalah Gubernur DKI yang sama sekali tidak layak bahkan jadi tukang parkirpun bisa salah, karena membedakan kanan kiri mungkin dia tak mengerti. 11-12 dengan DKI sekarang Sumut menandingi, hanya yang ini marahnya yang didulukan daripada rencana kerjanya untuk Sumut.

Rangkap jabatan menjadi ketua PSSI dan Gubernur saja sudah kelihatan bahwa dia gila jabatan, dan serakah kekuasaan.

Apa yang dia akan abdikan kepada warga Sumut, disisi tanggung jawab sebagai Gubernur harusnya dia konsen terhadap perbaikan daerah yang termasuk parah. Kota Medan sebagai Ibu Kota di depan mata, puluhan tahun urusan got dan jalan saja tak bisa diselesaikan. Harusnya dia marah kepada walikota bukan kepada Ibu-Ibu, Supporter dan Wartawan yang bukan urusannya.

Tidak perlu kita bahas panjang lebar, karena nasi sudah jadi bubur, sayangnya kita bakal makan bubur basi, encer berlendir dan tidak bisa mengenyangkan, yang pasti membuat mules dan menyakitkan.

Gambaran di atas adalah cermin untuk kita pakai dalam pilpres, jangan pula kita memilih presiden yang suka tebar ancaman dan rasa takut. Kalau ditanya wartawan dia jawab ; gaji kalian kecil ya, kelihatan dari tampang kalian. jangan pernah menyalahkan, bisa dilempar hengpong kita.

***