Di dalam proses kehidupan semua makhluk, ada “regenerasi” dan ada pula kebalikannya yaitu “degenerasi”. Secara umum, makhluk apa saja pasti melakukan regenerasi secara otomatis. Kecuali terjadi kondisi yang ekstrem.
Kita lihat dulu sebentar pengertian kedua kata itu agar kita tidak tersesat membaca tulisan ini. Ini penting karena kalau sampai ada yang memahaminya sambil nyasar, tentu akan menimbulkan rasa jengkel. Bisa juga akan berlanjut dengan polemik.
Baik. Kata “regenerasi” (regeneration) maksudnya adalah pergantian generasi. Ada proses penerusan atau pelanjutan kehidupan. Tak keliru kalau mau disebut kelanjutan pembangunan, dsb.
Sedangkan kata “degenerasi” (degeneration) memiliki makna yang berlawanan dengan “regenerasi”. Yaitu, ada semacam proses pemunduran kehidupan. Atau, memundurkan capaian yang telah diraih. Lebih lugas lagi, memundurkan progres yang telah digapai.
Nah, kalau kita aplikasikan kedua terminologi di atas ke proses politik, dalam hal ini proses pilpilres 2019 yang sedang berlangsung saat ini, maka akan kita peroleh dua “movement” (pergerakan atau perjalanan) yang berlawanan arah. Konkritnya, satu paslon pilpres yang sifatnya regenerasi, dan satu lagi paslon pilpres yang sifatnya degenerasi.
Dengan berat hati, tetapi faktual, saya harus mengatakan bahwa paslon Jokowi-Ma’ruf Amin jelas sekali merepresentasikan Degenerasi. Dalam arti bahwa Pak Jokowi tidak didampingi oleh cawapres yang memiliki potensi untuk meneruskan estafet generasi.
Kalau misalnya Pak Jokowi terpilih lagi (meskipun kecil peluangnya), maka setelah berjalan lima tahun kecil kemungkinan Pak Ma’ruf akan “disambut gembira” untuk mencapreskan dirinya di tahun 2024. Karena 5-6 tahun mendatang komposisi demografi Indonesia semakin didominasi oleh generasi muda ‘fully digital’.
Pak Ma’ruf akan terlihat memundurkan proses pergantian generasi kalau beliau berminat menjadi capres. Sebab usia beliau akan mencapai 80-an.
Sebaliknya, paslon Prabowo-Sandi sangat jelas melambangkan proses Regenerasi. Karena pendamping Pak Prabowo sebagai wapres, yaitu Sandiaga Uno, berada pada usia yang sangat pas dalam rangkaian penerusan generasi. Sandi sangat “connectable” dengan semua lapisan masyarakat pada 2024. Usia Sandi baru mencapai 50-an.
Dalam arti, setelah Pak Prabowo menyelesaikan jabatan lima tahun, maka pada pilpres 2024 Sandi Uno akan melanjutkan estafet generasi. Dia semakin matang dan mapan dalam kepemimpinan sehingga tidak berjalan mundur.
Dengan demikian, sangat logis kalau di pilpres tahun depan para pemilih akan tersedot ke paslon PADI. Bukan ke KORUF. Sebab, PADI menyandang status sebagai Paslon Regenerasi, sedangkan KORUF terlihat sebagai Paslon Degenerasi.
Selamat memilih!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews