Masyarakat kita yang awalnya sehat pikirannya bisa berubah dalam hitungan menit menjadi tidak waras atau edyaaan. Itu semua berawal dari rasa kebencian yang menjangkiti banyak masyarakat kita. Atau istilahnya: "Darurat akal sehat".
Menerima berita atau informasi ditelan mentah-mentah tanpa melakukan konfirmasi terlebih dahulu, tetapi langsung diterima sebagai kebenaran informasi atau berita.
Makanya dulu sering kita dengar dalam dunia kesehatan,makan yang benar itu harus dikunyah 32x baru ditelan. Supaya pencernaan menjadi sehat dan tidak merusak onderdil lainnya.
Begitu juga dalam hal ketika menerima berita atau informasi, harus hati-hati dan dilakukan kroscek terlebih dahulu, jangan sampai menyesal dikemudian hari, ternyata berita atau informasi yang disebarkan ternyata tidak benar atau hoax.
Seperti yang terjadi pada seorang aktivis perempuan yang sangat terkenal akhir-akhir ini, yaitu Ratna Sarumpaet. Ada warga Papua namanya Ruben, ia mengadu kepada Ratna Sarumpaet bahwa uangnya yang berjumlah 23,9 triliun yang berasal dari Bank Dunia tidak bisa dicairkan atau diblokir oleh Bank Indonesia.
Tentu ini bukan uang yang sedikit karena jumlahnya sangat fantastis. Menurut cerita Ruben, uang itu untuk pembangunan Papua.
Mendengar cerita seperti itu Ratna Sarumpaet seakan mendapat peluru untuk menyerang pemerintah bahwa pemerintah telah melakukan tindakan sewenang-wenang kepada Ruben yang uangnya tidak bisa dicairkan. Cerita dari Ruben yang diterima oleh Ratna Sarumpaet dianggap sebagai kebenaran dan tanpa melakukan kroscek atau berfikir secara rasional.
Ratna Sarumpaet yang tidak punya basic perbankan atau keuangan, tetapi merasa lebih tahu. Harusnya berfikir kritis. Mana ada Bank Dunia mentransfer ke rekening atas nama orang atau individu. Bukankan bank dunia suatu lembaga perbankan yang hanya berhubungan dengan suatu negara? Bukan kepada individu-individu.
Mungkin Ratna Sarumpaet menyamakan Bank Dunia itu seperti Bank Nasional atau lokal, seperti Bank BCA, Bank Mandiri, Bank BRI atau Bank lainnya.
Bahkan Ratna Sarumpaet tetap keukeuh bahwa uang itu nyata ada dan menurut yang bersangkutan uang itu berasal dari raja-raja yang ada di Nusantara. Tambah edyaaan tenan iki.
Bagaimana seorang aktivis tapi tidak berfikir kritis. Karena dilandasi rasa kebencian kepada pemerintah, maka ketika mendapat informasi dari masyarakat langsung ditelan mentah-mentah yang akhirnya malah keselek.
Jangankan Ratna Sarumpaet, seorang cendekiawan muslim perempuan yang juga seorang profesor yang seharusnya berfikir secara rasional dan mengandalkan data, malah bisa terjebak dalam penggandaan uang dan menjadi anak buahnya Dimas Kanjeng. Dan ceritanya juga mirip dengan cerita Ruben.
Kasus seperti Ruben yang mendapat uang dari Bank Dunia bukanlah kasus yang pertama kali. Sebelumnya kasus serupa juga terjadi di Jogjakarta, malah berakhir di pengadilan karena ternyata modus penipuan.
Kasus di Jogja bermula M Khoirul bertemu dengan R Kusumo pada tahun 2013. M Khoirul meyakinkan kepada M Kusumo bahwa ia mempunyai uang yang ditransfer oleh Bank Dunia sebesar 15 triliun dan uang itu sekarang tersimpan di Bank Indonesia.
Kepada M Kusomo, Khoirul membutuhkan uang adminitrasi untuk mencairkannya uang yang tersimpan di bank Indonesia tersebut. Sebagai imbalan apabila uang sudah cair, M Kusumo akan mendapatkan imbalan sebesar 250 milyar.
Ternyata itu hanya modus peniupuan, M Kusumo yang ingin kaya mendadak dan tergiur oleh omongan Khoirul mentransfer uang sebesar 1,08 milyar sebagai uang adminitrasi untuk mencairkan dana 15 triluun yang tersimpan di Bank Indonesia.
Bukannya untung malah buntung. Uang yang ditunggu-tunggu tidak segera cair dan baru menyadari kalau tertipu oleh Khoirul. Akhirnya, Khoirul dihukum 6 tahun penjara.
Tapi bukan Ratna Sarumpaet namanya kalau ia patah arang atau semangat, ia tetap meminta Bank Indonesia untuk tidak memblokir uang Ruben, bahkan katanya sudah telepon langsung ke Bank Dunia. Tambah edyaaan, lha emangnya Ratna Sarumpaet itu siapa, kok sampai telepon ke Bank Dunia?
Janganlah menelan mentah-mentah berita atau informasi, tanpa melakukan konfirmasi terlebih dahulu, kalau perlu bertanya pada ahlinya, supaya tidak timbul fitnah atau berita bombastis.
Sepertinya Dimas Kanjeng akan mendapat pengikut satu lagi.
Ratna Sarumpaet namanya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews