Hiruk-pikuk impor beras, semakin panas. Dirut Bulog Budi Waseso (Buwas) mengatakan dia tahu siapa-siapa saja mafia impor beras. Yaitu, orang-orang yang bercokol mencari keuntungan dari impor beras. Impor yang dilakukan dengan sesuka hati itu. Tanpa perhitungan.
Inilah salah satu yang dijelaskan secara lugas dan gamblang oleh mantan Kepala BNN itu. Tetapi, Buwas mengatakan dia tak bisa berbuat apa-apa karena bukan wewenang beliau. Dikatakannya, soal mafia impor beras itu adalah wewenang kepolisian dan instansi penegak hukum lainnya.
“Saya tahu, banyak mafia beras. Percuma saya menjadi polisi, masa enggak tahu mafia beras,” ujar Buwas di depan para wartawan, belum lama berselang.
Banyak pihak yang kemudian meradang dengan sikap Buwas menyampaikan kekesalannya secara terbuka. Nah, mengapa Buwas “go public”? Karena beliau tampaknya tak bisa lagi membiarkan impor beras berlanjut seperti tanpa batas.
Buwas merasa jengkel karena tidak ada lagi gudang yang bisa menampung beras impor. Dia bertambah berang setelah mendengar respon Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita yang mengatakan bahwa masalah gudang bukan urusan pemerintah. Sampai-sampai Pak Buwas menjawab singkat: “Matamu itu!”
Sejak keluar jawaban “Matamu itu” bermunculanlah reaksi dari berbagai pihak. Yang paling menarik adalah komentat defensif (bernada membela) yang disampaikan oleh politis Partai NasDem, Hamdhani, yang juga duduk sebagai anggota Komisi VI DPR. Menurut Hamdhani, sebaiknya gaduh impor beras diselesaikan di internal kabinet.
Kenapa Hamdhani defensif? Ada kemungkinan karena Mendag Enggar Lukita berasal dari NasDem. Dalam kericuhan ini, Pak Enggar menjadi sorotan. Sebab, impor beras termasuk dalam wewenang Mendag.
Ok. Apakah kejengkelan Pak Buwas terhadap Pak Enggar hanya gara-gara gudang? Kelihatannya lebih dari itu. Berbagai pihak menduga impor beras yang dianggap berlebihan sekarang ini terjadi karena permainan para mafia seperti yang disebutkan oleh Pak Buwas. Permainan yang dilakukan demi keuntungan pribadi atau kelompok.
Sangat patut diduga para mafia beras berkolaborasi dengan para oknum pejabat Kemendag. Agak-agak bisa tercium kepentingan pribadi dan kelompok yang memainkan impor beras.
Pak Buwas tegas mengatakan bahwa beliau tahu mafia-mafia itu. Sayangnya, Dirut Bulog ini belum mau menyebutkan nama-nama mafia tsb.
Publik berhak mengetahui siapa-siapa saja mafia impor beras itu. Pak Buwas “wajib” membeberkan informasi ini. Apalagi beliau mencap mereka sebagai mafia. Yang berarti mereka telah melakukan bisnis impor yang merugikan rakyat dan negara.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews