Janji Kampanye Itu Memang Tidak (Harus) Logis....

Rabu, 12 September 2018 | 16:04 WIB
0
926
Janji Kampanye Itu Memang Tidak (Harus) Logis....

Lama baru saya bisa memahami: ada namanya janji kampanye. Atau secara umum: janji politisi. Atau lebih umum lagi: pernyataan politisi.

Janji dan pernyataan ini beda. Tidak bisa dimaknai seperti biasa. Misalnya, janji membangun sedikitnya 50 ribu Puskesmas selama 5 tahun. Secara logika saja ini sudah tidak mungkin tercapai. Sangat berat. Jumlah Puskesmas terbangun selama lebih dari 25 tahun ini saja "baru" 9 ribuan.

Siapa tahu bisa? Hehehe.... Logis saja lah....

Apa buktinya? Dalam RPJPMN 2015-2019, target total Jumlah "Puskesmas di perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar yang memenuhi standar pelayanan Kesehatan Primer di daerah terpencil dan sangat terpencil" (kalimat apa adanya) adalah 70 per tahun, atau 350 selama 5 tahun. Selama 2017, targetnya  adalah pembangunan 124 Puskesmas.

Sampai Oktober 2017 tercapai 66%. Berita Januari 2018, sebanyak 103 dari target 124 Puskesmas itu (80%) telah melaksanakan pembangunannya.

Jadi, sesuai logika sejak awal. Janji 50 ribu itu jelas tidak logis. Tapi itulah namanya Janji Kampanye. Sulit atau bahkan tidak mungkin sambung logika. Kita mudah temukan contoh-contoh serupa lainnya.

Masalahnya, jangan-jangan itu yang kita senangi? Janji yang tidak sesuai logika? Kita yang "memaksa" politisi harus memberikan janji tidak logis? Begitu juga yang terjadi dalam banyak kesempatan.

Tidak hanya dalam berjanji. Politisi juga senang membuat pernyataan-pernyataan yang ekstrem. Menyangatkan. Melebih-lebihkan. Sampai tidak masuk nalar. Sisi ekstrem mana, tergantung posisi dan kepentingan tentunya. Posisi dan kepentingan saat itu. Bisa beda di saat lain.

Baru saja kemarin ada lontaran: tempe setipis ATM. Kemudian kita menyambutnya dengan: foto tempe tidak setipis ATM. Jelas ini tidak sambung. Pernyataan itu melebih-lebihkan. Kita jawab dengan "foto", dengan fakta.

Lha apa perlu kita foto juga Puskesmas yang "berhasil" terbangun?

Ini sekedar contoh, karena sekali lagi, mudah kita temukan hal-hal serupa sehari-hari. Teurtama hari-hari ini.

Sebenarnya ada satu target yang lebih terukur: jumlah peserta JKN menjadi dua kali lipat. Padahal 2019 itu targetnya harus minimal 95% penduduk. Sampai hari ini baru tercapai: 201.660.548 (per 1 September 2018). Baru 77,56%. Waktu tinggal 3 bulan. Lebih tepat target seperti ini yang dikejar. Di"foto"kan capaiannya. Jelas target dan pencapaiannya. Tidak ekstrem.

Saya berharap, kita lebih baik di Pemilu 2019. Khususnya di Pilpres 2019 nanti. Kita perbaiki ekspektasi kita. Agar politisi juga membuat janji lebih terukur. Lebih SMART: Specific, Measurable, Attainable, Relevant and Timely.

Mari songsong Pilpres 2019!

***