Erick Thohir Bikin Sandiaga Uno Insyaf dan Keluar dari Politik Kardusan

Sabtu, 8 September 2018 | 07:17 WIB
0
849
Erick Thohir Bikin Sandiaga Uno Insyaf dan Keluar dari Politik Kardusan

Sebagai sahabat dekat, Erick Thohir dapat meyakinkan Sandiaga Uno agar berbicara jujur kepada publik soal kasus pemberian mahar politik  Rp1 triliun yang dilakukannya untuk membungkam PKS dan PAN.

Kemarin secara mengejutkan pasangan capres/cawapres Joko Widodo-Ma'ruf Amin menunjuk Erick Thohir sebagai Ketua Tim Kampanye atau Timses dari sejumlah profesional muda seperti Najwa Shihab dan Wisnutama.

Dengan ditunjuknya Erick Thohir insya Allah akan dapat membuat Sandiaga insyaf dan kembali ke jalan yang benar.

Sebagaimana ramai diberitakan, Sandiaga Uno melenggang maju menjadi bakal cawapres mendampingi capres Prabowo Subianto setelah memberi uang mahar kepada PKS dan PAN masing-masing Rp500 miliar.

Uang mahar diberikan kepada dua partai rekan sekoalisi untuk "membungkam" PKS dan PAN agar tidak ngotot mencalonkan bakal cawapresnya mendapingi Prabowo, juga agar PKS dan PAN tidak "mutung" yang bisa berakibat menarik dukungan.

PAN mengusulkan Zulkifli Hasan, PKS mendorong Salim Segal Aljufri yang direkomendasikan Ijtima Ulama selain Ustad Abdul Somad, namun belakangan UAS menyatakan tidak bersedia.

Sedangkan Partai Demokrat yang melakukan pendekatan intensif kepada Prabowo melalui peran Susilo Bambang Yudhoyono mengusung Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY.

Adapun mahar politik Rp500 milar kepada masing-masing PAN dan PKS diungkapkan Wasekjen Demokrat Andi Arief, sekaligus menunjukkan kekecewaannya karena Prabowo tidak memilih AHY sebagai bakal cawapresnya. Andi bahkan menyebut Prabowo sebagai "Jenderal Kardus".

Sandiaga sendiri pernah mengakui dana itu bukan dimaksudkan sebagai mahar politik, tetapi sebagai dana kampanye. KPU berniat menyelidikinya, tetapi Bawaslu menolak menyelidiki dugaan mahar politik Sandiaga dengan alasan Andi Arief mangkir empat kali.

Sebaiknya Sandiaga Uno secepatnya keluar dari aneka modus politik kardusan yang licik, yang bertentangan bukan saja dengan etika politik, tetapi sudah melanggar hukum.

***