Artikel PepNews ini berwarna-warni. Ada yang kritis terhadap pemerintah, ada yang mati-matian bela pemerintah, ada yang berada di tengah- tengah dengan gaya sentil sana sentil sini. Saya pikir, pikiran penulis menjadi terbuka. Ada banyak penulis dengan latar belakang profesi menuangkan pikiran lewat platform dengan prinsip “interpretative Journalism” ini.
Pada intinya PepNews mengusung tagline "Ga Penting Tetapi perlu” mungkin sebetulnya mirip-mirip Tempo dengan motto Enak di baca dan perlu. Nah berdasarkan tagline itu saya ingin menulis tidak penting amat sih tetapi pembaca pasti selalu dengar tentang kata "Nyinyir". Sejak media sosial amat akrab di telinga dan selalu penuh komentar-komentar beragam kata nyinyir hampir selalu terucap.
Sebenarnya menurut kamus "Nyinyir" itu apa sih? Lalu bila di telaah bedanya apa dengan Menyindir, atau sindir atau lebih jelasnya sindirian. Bukannya dalam pergaulan menyindir itu hal biasa, bahkan terasa garing jika ngobrol hanya lurus-lurus saja.
Sesekali membully- sesekali menyindir khan akirnya muncul emosi, muncul reaksi. Bagi yang biasa tersindir mungkin ia sudah kenyang dan cuek dengan sindiran dari teman-temannya. Tetapi bagi yang tidak terbiasa disindir, ya pasti emosilah. Kalau perempuan biasanya ditumpahkan dengan menangis sesenggukan.
Akibat sindiran antar teman bisa menyebabkan kasus fatal yaitu saling bunuh. Tetapi amit-amitlah harus dihindari agar tidak terjadi kasus fatal seperti ini. Hati-hati menyindir orang dengan menyinggung masalah orang tua atau masalah suku, ras dan agama bisa fatal akibatnya. Gara-gara menyindir orang menjadi korban pengeroyokan, persekusi.
Sindiran itu bukan hanya lewat kata-kata tetapi bisa juga dengan bahasa gambar. Menurut Kamus KBBI kata sindir adalah: ejekan, celaan, mengata-ngatai (seseorang), tetapi perkataan itu ditujukan ke orang lain. Sedangkan menyindir bisa dikatakan mengritik (mencela, mengejek, mengata-ngatai) seseorang secara tidak langsung.
Lalu apa arti Nyinyir yang sering muncul kala media sosial sedang menyoroti perdebatan antara kampret dan Kecebong ( istilah poluler untuk menamai pendukung presiden petahana dan pendukung Prabowo Subianto). Kata- kata nyinyir itu selalu hadir. Konotasi nyinyir itu adalah mengulang- ngulang kata- tidak senonoh dengan berulang-ulang.
Kamus KBBI mengatakan bahwa nyinyir adalah mengulang-ngulang kata atau perintah: Kata kata seperti Oh dasar Kampret, Kaum bumi datar…" sedangkan kubu Kampret mengatakan "Yahh.. dasar cebong, Kaum serbet pro aseng, asing." Dari perkataan itu berkembang menjadi banyak kata sindiran. Dan karena berulang-ulang disebutkan maka muncullah istilah nyinyir.
Tidak terasa artikel-artikel di blog kalau ditelaah dalam-dalam banyak muncul kata-kata nyinyir.
Selain kritikan, Kenyinyiran juga terasa di artikel yang berisi opini pribadi. Menurut interpretasi masing- masing dan kecenderungan pemihakan seorang penulis. Dan sering muncul juga komentar nyinyir dari akun tidak jelas dengan mengulang-ngulang sampai bosan membacanya.
Bagi yang emosian, kata-kata nyinyir itu tentu mengganggu, menyebalkan dan bikin muak, tapi seorang penulis akhirnya tetap harus menahan diri supaya tidak muncul perang komentar yang ngeri-ngeri sedap.
Okelah kalau begitu rasanya itu saja yang ingin penulis bahas, tidak penting amat sih tetapi bolehlah anda para pembaca mengangguk-angguk bahwa media sosial memang menjadi sarana tepat untuk saling menyindir, saling nyinyir, terutama bila menyangkut ideologi, politik yang sensitif bila dibicarakan.
Baru baru ini ketika pujian bertubi-tubi datang saat seremoni pembukaan ASIAN Games yang memukau, tetap ada suara nyinyir dari penduduk negeri ini lewat media sosial atau portal berita online yang menyindir tentang peran Presiden Jokowi saat mengendarai motor gede. Dari mulai mengapa harus pakai stuntman, ah pencitraan terus sampai peran gubernur dijadikan sindiran atau ungkapan nyinyir yang mengesalkan dari anak negeri sendiri.
Tagar-tagar di media sosial yang menggerakkan masyarakat untuk membenci presiden, membenci lawan politiknya menjadi aktifitas sehari-hari yang kalau dibaca dan ditanggapi bikin “Capek ati”, “Lelah jiwa”
Ya begitulah kelakuan manusia yang berdosa tetapi tetap merasa paling suci di antara makhluk lain, seperti sayapun yang kelihatannya santun tetapi bisa garang dan bisa membuat seseorang tersedu-sedu gara-gara tulisan saya (atau kenyinyiran saya). Maaf ya … Aku memerlukan kalian untuk menjadi sasaran sindiran.”
Jawaban orang Jogja seperti yang fasih dilafalkan Butet atau Djaduk. “Asuok”
Lalu sindir dan nyinyir apa bedanya… pikir sendiri ah masak diajari… Hehehe.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews