Gerakan #2019GantiPresiden, awalnya memang diinisiasi oleh Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera. Gerakan ini sengaja dijadikan sebagai gerakan di luar partai. Tujuannya agar bisa merangkul semua lapisan masyarakat yang ada di luar partai politik. Tujuannya menggalang dan mengumpulkan masyarakat yang tidak menghendaki lagi terpilihnya Joko Widodo (Jokowi) sebagai Presiden
Karena diorientasikan sebagai gerakan di luar partai, #2019GantiPresiden banyak memunculkan figur-figur yang sudah dikenal publik, seperti Neno Warisman, Ratna Sarumpaet, atau Ahmad Dhani, yang semuanya adalah orang-orang yang selama ini "membenci" Jokowi. Mereka termasuk golongan "Salawi", semua salah Jokowi.
Inilah salah satu upaya agar gerakan ini seakan-akan murni datang dari masyarakat yang terpinggirkan, sehingga kehadiranya begitu masif.
Alasan lainnya, partai-partai pendukung Prabowo Subianto, seperti Partai Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Demokrat, tidak menjadikan Gerakan #2019GantiPresiden sebagai bagian dari kampanye yang diatur di dalam struktur partai, karena partai-partai tersebut tidak memiliki kader yang cukup bisa diandalkan untuk menyaingi Presiden Inkumben Jokowi.
Meskipun begitu, masifnya gerakan ini, tentu saja ada campur tangan mesin partai oposisi di dalamnya.
Misi dari #2019GantiPresiden adalah mengalahkan Jokowi. Mereka tidak lagi peduli siapa yang menjadi lawan tanding Jokowi.
Dengan kata lain, karena pasangan capres dan cawapres yang mengikuti kontestasi Pilpres 2019 hanya ada dua pasang, maka pasangan Prabowo-Sandiaga yang paling diuntungkan dari gerakan ini.
Masyarakat pun tak sedikit yang menolak gerakan #2019GantiPresiden. Buktinya, di beberapa tempat, ada upaya penolakan kedatangan Neno Warisman atau yang lainnya. Artinya, selain ada pihak yang menolak Jokowi kembali menjadi Presiden, ada juga kelompok lain yang tetap menginginkan Jokowi terpilih kembali.
Lebih Halus dari "Obor Rakyat"
Seperti yang sudah disebutkan di atas bahwa gerakan #2019GantiPresiden adalah gerakan yang tidak menghendaki terpilihnya kembali Jokowi sebagai Presiden di Pilpres 2019, maka gerakan ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan penerbitan Tabloid Obor Rakyat di Pilpres 2014 lalu.
Saat itu, Tabloid Obor Rakyat memang tidak diakui sama sekali sebagai bagian dari kampanye kubu Koalisi Merah Putih (KMP) yang mengusung Prabowo-Hatta. Namun, isi dari Tabloid Obor Rakyat yang cenderung negatif bagi Jokowi, tentu saja kehadirannya ditujukan untuk menguntungkan posisi Prabowo-Hatta.
Jika dikaji lebih dalam, hadirnya gerakan #2019GantiPresiden memang tidak memberikan solusi konkret untuk memperbaiki kondisi bangsa ini.
Apa yang ada di dalam gerakan ini adalah semata-mata agar Jokowi tak lagi terpilih. Soal siapa yang akan menjadi Presidennya, kemampuan dan integritasnya bukan lagi jadi pertimbangan.
Begitulah motif gerakan itu, Teman!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews