Ape Lo! Ape Lo!
Emang Lo aja yang bisa?
Banyak makna yang bisa dilahirkan publik dari peristiwa pelukan "teletubbies" Jokowi dengan Prabowo saat atlet Pencak Silat Hanifan Yudani Kusuma naik ke podium dan menyatukan kedua tokoh politik tersebut.
Hanifan Yudani Kusuma si olahragawan itu "cuma" punya bekal sportivitas. Bahwa lawan cuma ada di arena tanding. Pun saat laga, lawan bukan untuk dihentikan karier dan kehidupannya. Sedetik usai laga, lawan adalah kawan dan saudara. Kegembiraan kemenangan tak menindas kesedihan kekalahan.
Pendukung Jokowi tersentak, pendukung Prabowo terhenyak. Emak-emak berkedut dan membasah terharu. Bapak-bapak diam seribu bahasa. Om dan Tante kehilangan kata. Mas-mas dan mbak-mbak bermumam tak jelas. Elo pade diem. Gue pun diem. Ape Lo?
Pada detik-detik itu, Kecebong dan Kampret sejenak mengheningkan cipta, bukan mengenang perjuangan dan kematian masa lalu. Tapi menikmati kemenangan faktual dan suka cita kehidupan profan. Bahwa drama itu kadang tanpa perlu skenario, melainkan spontanitas. Bahwa spontanitas itu milik kemanusian yang lama menempati ruang batin setiap orang. Juga pada kedua "teletubbies" hebat, yakni ; Jokowi dan Prabowo.
Dalam Teletubbies, tokoh Tinky Winky adalah Teletubby lelaki tertua, tergemuk dan terbesar. Berwarna ungu dengan bentuk segitiga di kepalanya. Barang kesayangannya adalah tas tangan. Sedangkan tokoh Dipsy adalah Teletubby lelaki berwarna hijau. Benda favoritnya adalah topi bercorak hitam putih. Punya bentuk garis lurus di atas kepalanya.
Lalu di mana posisi karakter tokoh teletubbies Jokowi dan Prabowo?
You know, sodara-sodara...pada momen berpelukan di arena Pencak Silat itu, tak perlu ada kejelasan siapa yang jadi Tinky Winky dan siapa yang jadi Dipsy. Kalau pun anda mencoba memilah, tak ada gunanya karena momen itu tak hendak menghadirkan dualisme ketokohan, melainkan penyatuan kegembiraan untuk kebersamaan. Satu senyawa Indonesia.
Pelukan itu teletubbies adalah aksi satu senyawa. Peleburan dua atau lebih berbagai atom yang selama ini jadi satelit yang mengelilingi dua inti atom yang berbeda. Ketika Jokowi dan Prabowo berpelukan teletubbies mereka adalah satu senyawa, yang mencoba menarik satelit atom atau serakan atom yang berada di sekelilingnya. Pada saat itu dua atom menjadi satu senyawa dan mendefinisikan dirinya dalam satu jiwa kegembiraan Indonesia.
Ape lo! Ape lo!
Okelah, kampret tetap kampret. Cebong tetap cebong. Sejatinya begitulah politik. Layaknya atom-atom dalam senyawa, tidak berubah sifat fisiknya. Tapi haruslah disadari ketika menjadi satu senyawa, dalam satu senyawa, atom cebong dan kampret tak perlu saling meniadakan. Melainkan membentuk kekekalan energi baru. Energi Indonesia. Energy of Asia!
Ape lo! Ape lo! Prabowo pemilik 14 emas Pencak Silat. Prabowo kunci keberhasilan cabang pencak silat. Ape lo! Ape lo! Jokowi pemilik semua medali emas, Jokowi arsitek kesuksesan Asian Games. Ape lo..! Ape lo! Ape lo!
Itu seruan udah basi. Tak kau lihat emak-emak membasah terharu. Bapak-bapak terdiam. Om dan Tante kehilangan kata. Mas-mas dan mbak-mbak bermumam. Elo diem. Gue diem. Iya, kaaan? Iyaa kaan? Kaaan? Kaan?
Gue atom cebong, elo atom kampret. Tapi kaka mesti inga'...kitorang basodara, heeh! Benar sikit, bang? Eeh, iki tenan mas! Bah, mantap kali kutengok!
Sudah masuk barang tu!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews