Selamat Datang di Burmanesia. Indonesia serasa Burma. Burma sebelum tahun 2010. Sebelum Aung San Su Kyi dibebaskan dari tahanan rumah. Su Kyi dijuluki sebagai “prodemocracy leader” (pemimpin prodemokrasi). Dia memimpin partai yang dinamakan National League for Democracy (Liga Nasional untuk Demokrasi, NLD).
Itu dulu. Sekarang, pemimpin prodemokrasi itu telah menjadi pemimpin negara Burma yang berubah nama menjadi Myanmar. Dan, sangat disayangkan sekali bahwa dalam perjalanannya kemudian si pemimpin “prodemokrasi” Burma ini malah berubah menjadi “pembunuh demokrasi”. Dia ikut menindas kaum muslimin Rohingya.
Terlepas dari kasus Rohingya, Aung San Su Kyi adalah pejuang demokrasi yang berhadapan langsung dengan jenderal-jenderal diktator tangan besi di Burma.
Nah, mengapa Su Kyi disebut “prodemocracy leader”? Jawabnya: karena di Burma tidak ada demokrasi. Dia menjadi simbol perjuangan demokrasi.
Sekarang, Indonesia perlahan berubah nama menjadi Burmanesia. Maksudnya, suasana politik di Burma “tempo doeloe” diaktivasikan di Indonesia, hari ini.
Itu terjadi karena tiba-tiba saja demokrasi di Indonesia dibekukan. Kebebasan berpendapat ditiadakan. Tidak boleh ada rapat umum. Walaupun rapat umum yang membahas penggantian presiden sesuai konstitusi. Tidak boleh.
Sekarang, kegiatan demokrasi yang diberi nama #2019GantiPresiden, yang tidak melanggar aturan mana pun, sedang dipersekusi. Dikejar-kejar. Dibubarkan. Pertama di Batam, kemudian di Pekanbaru, terus di Surabaya, hari ini.
Ini membangkitkan ingatan tentang suasana persekusi yang dialami oleh pemimpin prodemokrasi Burma, Aung San Su Kyi.
Di Burmanesia, Ustazah Neno Warisman sejak malam tadi juga terpaksa berubah julukan. Tidak lagi “ustazah”. Kini beliau digelari “prodemocracy leader” (pemimpin prodemokrasi). Sama seperti julukan untuk Aung San Su Kyi.
Mengapa julukan “pemimpin prodemokrasi” dinobatkan kepada Neno Warisan? Ya itu tadi. Karena demokrasi untuk sementara ini ditiadakan di Indonesia. Karena demokrasi masih harus diperjuangkan di Burmanesia. Neno tak boleh berbicara untuk menyadarkan rakyat tentang pilihan politik.
Dia digagalkan hadir di acara deklarasi ganti presiden di Batam. Dia dipaksa pulang dari Pekanbaru ke Jakarta, malam tadi (25/8/2018). Di bandara Sultan Syarif Kasim, mobil yang ditumpangi Neno dilempari dengan batu. Persekusi yang luar biasa!
Belajar dari perkembangan suasana kemarin, para pendukung Neno bertekad akan terus memperjuangkan demokrasi. Mereka juga akan mencontoh kegiatan prodemokrasi yang dimotori oleh Su Kyi. Kelihatannya rakyat oposisi akan membentuk partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) di Burmamesia.
Sejalan dengan suasana yang ada ini, Ustazah Neno Warisman akan berganti nama menjadi “Aung San Neno” di tanah Burmanesia. Dia pemimpin partai NLD. Di Burmanesia disebut LND —Liga Nasional untuk Demokrasi.
Copypaste dari pengalaman Aung San Su Kyi, maka Aung San Neno pun mulai dijadikan target operasi penguasa yang bekerja sama dengan elemen komunitas bayaran.
Jadi, bersiap-siaplah para pendukung Aung San Neno untuk menghadapi para penguasa tangan besi di Burmanesia.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews