Sudah pernah dengar boys band BTS? Singkatan dari Bangtan Boys, grup band asal Korea. Konon, menurut Sportify, penggemar terbanyak grup band ini ada di Indonesia.
Kalau penasaran, cari saja videonya di Youtube. Tujuh pria muda bernyanyi sambil ngedance. Beat-nya unik, koreografinya enegik. Penampilannya cantik.
Saya katakan cantik karena memang dasarnya orang Korea berkulit putih, setiap tampil—meskipun laki-laki—sepertinya mereka memakai lipstick dan lipgloss tentu saja. Wajahnya mulus. Tak ada yang berkumis apalagi bercambang.
Rupanya penampilan seperti itulah yang sedang mencuri perhatian anak-anak muda, millenials, yang akan menjadi pemilih pemula dalam Pilpres 2019. Mungkin dengan penuh kesadaran, atau mungkin memang pembawaan asli Cawapres Sandiaga Uno, ia mengenakan lipgloss, gelendotan, bahkan memeluk partner kerja yang sesama pria.
Foto-foto yang beredar itu disertai dengan kalimat-kalimat miring. Ulala... Makin BTS gayanya, makin tebal stempel Ulala...
Barangkali ada yang lupa. Sandi representasi anak muda yang hidup serba mudah. Mewakili selera generasi BTS. Apa mereka tidak dianggap sebagai lapisan penyumbang suara?
Tidak mungkin KH Ma’ruf Amin diajak senam kesegaran jasmani. Apalagi gelendotan sambil ulala... Hanya saja, bullying terhadap Sandi bisa berdampak positif bagi elektabilitasnya. Apalagi ia menanggapi santai pada bully yang ditujukan pada dirinya.
Jadi mengapa tidak terus mempopulerkan kelebihan calon sendiri dibanding membully lawan?
Mau menang Pilpres atau memenangkan kepuasan menghina orang?
Ulalaaaa...
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews