Siapa Capres yang Meraih Poin Pertama dalam Penunjukkan Cawapres?

Minggu, 12 Agustus 2018 | 06:50 WIB
0
600
Siapa Capres yang Meraih Poin Pertama dalam Penunjukkan Cawapres?

Tulisan saya ini sesungguhnya mengambil dari berbagai sumber atau pendapat dari berbagai tokoh dan pakar politik. Juga analisa penulis sendiri yang mungkin mendekati kebenaran secara realita politik menjelang peristiwa yang bersejarah tahun ini, yaitu detik-detik pencalonan presiden dan wakil presiden untuk pilpres 2019 dan pasca deklarasi pencalonan serta pendaftaran capres dan cawapres.

Politik sungguh dinamis dan itu tidak dipungkiri. Sebelumnya Mahfud MD sudah hampir dipastikan akan mendapingi Jokowi namun detik terakhir sekitar pukul 17.00 WIB, namun akhirnya secara tak terduga partai koalisi petahana sepakat mencalonkan seorang ulama KH. Ma'ruf Amin sebagai cawapres. Ini terjadi untuk menepis isu agama yang menjadi problem kubu petahana selama ini.

Tidak dapat dipungkiri, kubu petahana maknanya lebih mengedepankan politik identitas karena elektabilitas Jokowi masih paling unggul dibanding kubu oposisi yang mencalonkan Prabowo Subianto jadi tidak begitu memerlukan elektabilitas cawapresnya.

Di samping keengganan partai koalisi terutama peran Cak Imin yang sangat khawatir terhadap Mahfud MD sebagai satu-satunya loyalitas pendukung Gus Dur yang masih tersisa.Cak Imin tidak ingin nantinya kubu Gus Dur berkuasa kembali di PKB jika Mahfud MD nantinya menjadi wakil presiden. Ibarat memelihara anak singa Mahfud MD bisa  menjadi calon presiden yang kuat di pilpres 2024 dibanding tokoh dan ketua partai koalisi kubu petahana.

Terpilihnya KH Ma'ruf Amin sebagai cawapresnya Jokowi juga untuk menghindari hal tersebut, di samping pertimbangan umur yang sudah sepuh tidak mungkin lagi bisa bertarung di pilpres 2024.

Itulah politik syarat dengan kepentingan. Dan akhirnya para Ahoker yang juga pasti pendukung Jokowi pun kecewa terhadap pilihan tersebut, karena secara tidak langsung KH Ma'ruf Amin ikut andil dalam memenjarakan Ahok.

Sementara di kubu oposisi sengaja menunggu deklarasi dari kubu petahana sambil terus berunding untuk mendapatkan cawapresnya. Sandiaga Uno yang tidak masuk daftar bursa cawapres Prabowo sebulan terakhir tiba-tiba muncul dari salah seorang petinggi partai Demokrat Andi Arief, yang membuat isu tentang mahar politik yang diberikan kepada PAN dan PKS sebesar masing-masing Rp500 M.

Isu tidak populer itu mungkin sengaja dibesar-besarkan sebab calon dari Demokrat yang sebelumnya akan berkoalisi dalam pencalonan capres dan cawapres dengan calon cawapres AHY tidak diterima oleh Prabowo. Sandiaga Uno sendiri hanya menganggap isu tersebut sebagai dinamika politik yang perlu disyukuri.

Sandiaga Uno sesungguhnya sudah sangat dipertimbangkan oleh Prabowo dengan segala resiko yang akan dihadapi nantinya sebab elektabilitas Sandiaga Uno sangat rendah. Prabowo sesungguhnya hanya ingin komitmen terhadap kesejahteraan bangsa yang sejak pilpres 2014 sudah diperjuangkan olehnya.

Untuk menyakinkan partai pendukungnya PAN dan PKS bahwa Sandiaga Uno adalah pilihan yang tepat untuk Indonesia ke depan perlu waktu berjam-jam dan lobi-lobi politik, sebab PKS dan PAN juga bertahan atas cawapres yang diusungnya.

Akhirnya dengan alasan bahwa kubu petahana sudah ada ulama, Prabowo tidak ingin terjadi perpecahan antar umat Islam dan demi Indonesia satu alasan ini bisa diterima oleh PKS dan PAN, meski satu jam sebelumnya Prabowo tetap berkunjung di kediaman SBY dalam upaya menyakinkan pilihan terhadap Sandiaga Uno sebagai cawapres.

Partai Demokrat tidak hadir dalam deklarasi pencalonan Prabowo dan Sandiaga Uno. Pilihan serba sulit buat Demokrat. Ibarat tidak ingin menjilat ludah sendiri akhirnya partai Demokrat ikut serta mendapingi saat pendaftaran di KPU, karena tidak ingin didiskualifikasi di pemilu 5 tahun mendatang jika tidak ikut mencalonkan capres dan cawapres. Mendukung Koalisi Petahana tidak mungkin lagi.

Jika dilihat dari perjalanan detik-detik pencalonan dan pasca pencalonan terlihat siapa yang lebih unggul satu poin jelang pilpres 2019, terserah anda menilainya karena perbedaan itu adalah sebuah kewajaran selama dunia belum kiamat, dan tak akan indah hidup ini tanpa perbedaan. Bukankah pelangi itu terlihat indah karena berbeda warna?

Pilpres 2019 yang akan datang akan lebih membawa perubahan dan lebih santun jika antara dua kubu tidak membawa isu SARA, sebab sikap kenegarawan Prabowo ditunjukan kepada bangsa dengan tidak memilih ulama juga sebagai cawapresnya sebagai upaya untuk menghindari perpecahan bangsa.

Sementara kubu petahana tetap yakin dengan elektabilitas calonnya dan mengambil cawapres untuk menutupi kekurangannya. Tetap cerdas dalam memilih sesuai hati nurani, lihat programnya bukan orangnya, fanatisme berlebihan terhadap seorang atau makhluk bisa jadi membuat rasa kecewa di masa akan datang, hasil akhir adalah kehendakNya semoga terbaik buat bangsa Indonesia.

Aamiin...

***