Israel punya undang-undang dasar baru. Sejak 19 Juli lalu. Intinya: Israel itu negara Yahudi. Untuk orang Yahudi yang beragama Yahudi.
Geger.
Di dalam negeri.
Di luar negeri.
Kok di zaman modern seperti ini lahir negara jenis itu: hanya untuk ras tertentu yang beragama tertentu.
Jadilah Israel negara yang paling rasialis. Negara Vatikan memang hanya untuk Katolik. Tapi Katolik dari ras apa pun. Banyak negara Islam lahir: tapi tidak untuk satu ras tertentu.
Ini, Israel itu, hanya untuk agama Yahudi dari ras Yahudi. Rasnya Nabi Ibrahim dari istri yang Sarah.
Parlemen Israel memang dikuasai ekstrim kanan. Sebagian orang Israel sendiri malu: kok jadi negara apartheid seperti ini.
Tapi UUD itu sudah sah. Sudah berlaku pula.
Protes dan oposisi hanya jadi angin lalu.
Ada 20 persen suku Arab di Isreal. Sebagian besar beragama Islam. Sebagian lagi Kristen. Tidak dianggap berarti. Apalagi yang beragama Druze. Yang hanya dua persen.
Tapi orang Druze tidak tahan. 20.000 orang Druze turun ke jalan. Dua hari lalu. Memprotes UUD itu.
Tentu banyak juga kelompok lain yang protes. Tapi protesnya Druze menarik perhatian.
Mengapa?
Druze adalah kelompok minoritas yang paling dekat Yahudi. Juga paling taat pada pemerintahan Yahudi. Kebijakan Israel apa pun tidak pernah ditentang. Loyal.
Agama Druze dulunya Islam. Disebut satu aliran dalam Islam. Tapi kemudian dimusuhi oleh Islam. Dianggap sesat. Lantas menamakan dirinya menjadi agama sendiri. Agama Druze. Agar tidak lagi dimusuhi Islam. Mirip agama Baha’i. Yang dulu juga hanya satu aliran dalam Islam. Saya tahu itu: beberapa teman asing saya beragama Baha’i.
Sudah begitu loyalnya Druze ke Israel. Pun diabaikan. Kini orang Druze dianggap warga kelas dua juga. Dianggap sama dengan orang Israel-Arab. Yang dianggap tidak loyal dengan keberadaan Israel.
Padahal, sebelum lahirnya UUD baru ini orang Druze tidak dianggap beda: bisa jadi tentara Israel, anggota legislatif dan tenaga profesional.
Kini penganut Agama Druze sekitar 2 juta orang. Terbanyak di Syiria. Lalu Libanon. Lantas Israel.
Dalam Islam agama Druze ini mirip aliran tasawuf. Mengajarkan jalan menuju Tuhan lewat tiga tingkatan: lahiriah, batiniah dan batinnya batiniah. Mirip tingkatan syariat, hakikat dan ma’rifat. Tapi ada campuran Yahudi, Kristen dan Hindunya.
Setelah ditolak sebagai Islam, Druze kian jauh dari Islam. Mereka mengakui Al Quran tapi tidak mau mengajarkannya. Kata mereka: ”Qur’an itu rahasia Tuhan. Tidak ada manusia yang bisa benar-benar memahaminya”.
Yang mereka ajarkan adalah kitab Al Hikmah. Yang bersumber dari Quran. Yang ditulis oleh pimpinan awal mereka: Al Hakim.
Mereka percaya Al Hakim akan kembali ke dunia. Kelak. Dekat-dekat kiamat. Semua penganut agama Druze akan bangkit bersama Al Hakim.
Mereka akan berkumpul di padang luas di Tiongkok. Untuk berangkat menguasai dunia.
Salatnya Kamis malam. Panutan utamanya Nabi Syuaib.
Kalau dalam Islam ada lima nabi utama, di Druze ada tujuh: Adam, Nuh, Ibrahim, Syuaib, Musa, Anak Syuaib (maksudnya: Isa Al Masih atau Jesus), Muhammad.
Masjid mereka disebut Khalwat. Cerai itu haram. Sunat tidak perlu. Tidak boleh murtad.
Di awal kelahirannya dulu Druze dimusuhi Sunni. Dianggap Syiah. Kemudian dimusuhi Syiah. Dianggap Sunni-Hanafi.
Setelah secara agama ditolak oleh Islam kini secara ras mereka ditolak oleh Israel. Jadilah mereka minoritasnya minoritas.
Tapi keyakinan ternyata tidak bisa mati.
***
Dahlan Iskan
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews