Pagi ini saya sarapan bareng Bapak Mertua. Tentu ditemani Ibu Mertua, istri saya, dan kedua anak saya. Ada rawon, tahu, tempe, telur dadar, roti bikinan Holland Bakery, sejenis buah mirip apel dari Osaka (Jepang), kurma, dan teh manis hangat di atas meja makan.
Bapak Mertua saya tidak suka kalau saya menyebut beliau sebagai Bapak Mertua saat mengenalkan kepada beberapa teman saya yang sedang main ke rumah. "Panggil Bapak, jangan Bapak Mertua. Karena kamu, kan, sudah menjadi anak saya," ungkapnya.
Bapak saat ini sudah berusia 86 tahun, tepatnya pada 1 Agustus pekan lalu. Tapi beliau masih sangat energik. Masih suka mengurusi tanaman, pergi ke pasar, dan ngobrol dengan anak-anak, cucu-cucu, cicit-cicit, dan mantu-mantunya.
Beliau suka dengan tanaman karena sepanjang hidupnya Bapak selalu berurusan dengan tumbuhan dan pepohonan di dalam hutan. Bapak adalah alumni Fakultas Kehutanan UGM angkatan pertama, satu angkatan dengan mantan Menteri Kehutanan Djamaloedin Soeryohadikoesoemo.
"Dulu Bapak kuliah pakai celana pendek dan berjalan kaki ke kampus. Pilih Fakultas Kehutanan karena dapat beasiswa dan tak mau merepotkan orangtua," katanya mengenang. Bapak tujuh bersaudara, dua laki-laki dan lima perempuan. Ayahnya dulu seorang penghulu. Saudara sepupunya banyak yang jadi tentara dan polisi.
Bapak menjadi ahli pemetaan hutan pertama dan satu-satunya saat itu. Belajarnya khusus di Belanda selama beberapa tahun. Selama kariernya Bapak mengabdi di Perhutani dan kerja berpindah-pindah keliling kepulauan Indonesia, paling lama bertugas di Pulau Kalimantan.
Dalam bekerja Bapak dikenal tegas, disiplin, dan taat menjalankan prosedur peraturan. "Dulu tiap satu pohon yang akan ditebang harus diberi nomor satu per satu. Karena pohon-pohon yang ditebang harus diganti sesuai jumlahnya. Tidak seperti sekarang yang serampangan asal tebang," paparnya.
Karena sikap dan pendiriannya itu ada orang-orang yang "mengisengi" Bapak. Suatu kali Bapak yang berperawakan kurus dan "six pack" tiba-tiba perutnya menjadi "buncit". Tiga dokter ahli angkat tangan. Perut "buncit" Bapak kembali "six pack" setelah "ditangani" seorang pamannya yang dikenal sebagai "orang pintar".
Setelah pensiun dari Perhutani, Bapak pernah menjadi konsultan ahli dan komisaris di beberapa perusahaan kehutanan swasta nasional milik beberapa konglomerat. Sampai akhir tahun 1999 kalau tidak salah.
Ternyata, Bapak bangga sekali dengan Presiden Jokowi. Bukan karena Jokowi itu adik kelasnya di Fakultas Kehutanan UGM. Tapi karena kerja dan kinerjanya. "Menurut saya Jokowi itu presiden hebat. Terutama karena dia membangun Papua," jelas Bapak sembari minum teh manis hangat kesukaannya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews