Hampir semua peserta lelang terbelalak ketika satu kilo kopi Tiom, Lanny Jaya terjual dengan harga Rp5,3 juta. Mengejar Panama Geisha yang pernah terjual 700 dollar per kg dan mengalahkan kopi Gunung Puntang dari Jawa Barat yang pernah terjual Rp 2 juta per kilo.
Rekor mengejutkan itu terjadi di Festival Kopi Papua 2018 yang diselenggarakan Bank Indonesia di Jayapura. Saya yang tiga pekan lalu sempat berada di Lanny Jaya turut bangga memiliki kopi termahal di Indonesia.
Teringat dari Wamena ke Lanny Jaya, perjalanan darat ditempuh selama kurang lebih tiga jam dengan mobil offroad. Saya duduk di depan, lengkap dengan rompi antipeluru. Tahu kan artinya kalau sudah harus pakai kostum seperti itu?
Di beberapa ruas jalan memang ada yang terjal belum beraspal. Namun untuk ukuran pegunungan, jalanan itu cukup baik bila dibanding jalan darat yang pernah saya lalui di Boven Digoel.
Bisa jadi cerita yang mengiringi perjalanan itulah yang membuat bulu roma bergidik. Melintasi Pirime, diceritakan tahun 2012, Markas Polsek diserang Kelompok Kriminal Bersenjata. Kapolsek pun menjadi korban.
Sopir berpostur kecil ternyata tak hanya lihai bermanuver tetapi juga ringan menceritakan kisah-kisah di sepanjang perjalanan.
Ingin sekali saya tidak mempercayai kisah-kisah itu andai Wakapolres Lanny Jaya, Kompol Arung Ranteupa, tidak menceritakan apa yang terjadi akhir tahun 2017. Mapolres diberondong peluru dari arah pegunungan ketika sedang apel pagi. Tak ada korban jiwa.
Saya memegang erat-erat body vest sambil mata mengikuti telunjuk Wakapolres yang menerangkan di mana Kelompok Kriminal Bersenjata melakukan serangan.
Keamanan menjadi kemewahan di Lanny Jaya. Di kabupaten itulah kenikmatan dari biji kopi red cherry berasal. Ditanam di ketinggian 2.150 meter di atas permukaan laut, bukan diplanting tapi ditanam di atas tanah asli pegunungan.
Baca Juga: PKS, Parpol di Balik Makin Pecahnya Koalisi Kekeluargaan
Piter Tan, pengusaha kopi yang mengelola kopi Arabica Typica dari Tiom, Lanny Jaya, menjamin kualitas rasa karena diproses secara natural. Beruntung upayanya mengangkat ekonomi petani kopi Tiom mendapat uluran Polres Lanny Jaya.
Sampai situasi keamanan memungkinkan, Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengizinkan petani menitipkan biji kopi di Mapolres Lanny Jaya. Dari situ barulah Piter membawa melalui jalan darat ke Wamena, baru diterbangkan ke Jayapura.
Tapi bukan soal keamanan itu saja yang membuat kopi Tiom istimewa. Rata-rata kopi asal Papua kualitasnya memang juara. Itu terbukti dari harga lelang yang membuat peserta berdecak kagum. Robusta asal Yapen yang harga pasaran Rp 20 ribu per kilo terjual satu juta.
Lelang dimulai dengan harga rendah. Buyer berjumlah 40 orang itu berlomba-lomba menawar harga karena tahu semua kopi Papua diproses secara natural. Satu hal lagi, persediaannya sangat terbatas.
Ah… andai mereka yang suka baku tembak itu mau menikmati uluran secangkir kopi Tiom…
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews