Bagi Amien Rais, melawan dan bersaing dengan kepentingan-kepentingan asing itu berat. Amien masih bermental inlander yang pasrah bongkokan pada kompeni.
Makanya dia pernah sesumbar, menantang Jokowi untuk mengambil alih Blok Rokan dari tangan Chevron.
Kenapa Amien yang dikenal memusuhi Jokowi itu berani menantang pemerintah untuk mengambil blok Rokan? Karena baginya gak mungkin Jokowi berani melakukan langkah itu. Setelah Jokowi gak berani mengambil Blok Rokan sebagaimana prediksi Amien, dia akan nyinyirin pemerintah habis-habisan.
Kesalahan Amien yang utama adalah mengukur mental orang sama dengan mental dirinya. Dia menggambarkan seluruh kepentingan AS itu luar biasa, gak bisa diotak-atik. Sebagai inlander, mana bisa Indonesia melawan perusahaan raksasa AS. Begitu yang ada dipikiran Amien.
Sama seperti orang udik masuk ke gedung mewah dan hendak naik lift. Dia melepas sendalnya di pintu lift. Di kepalanya gak mungkin kita bisa mengalahkan AS. Wong naik lift aja lepas sendal.
Pas sampai di lantai atas, keluar dari pintu lift dia bingung. Kok sendalnya hilang?
Tapi mental Jokowi beda dengan Amien. Amien boleh sekolah di AS. Mengenyam pendidikan dan kehidupan di sana. Hanya saja mentalnya gak beranjak dari sekadar inlander.
Jokowi hanya sekolah di Indonesia. Tapi baginya kita harus berdiri sejajar dengan seluruh bangsa di dunia. Tidak perlu minder berhadapan dengan asing. Hadapi saja dengan baik. Bagi Jokowi, soal naik lift itu biasa saja. Gak perlu lepas sendal.
Apalagi ini soal pengelolaan sumber daya alam yang ada di Indonesia. Pemerintah harus percaya diri. Bukan jadi pengecut di tanahnya sendiri.
Makanya baru dua hari Amien menunjukan mental inlander, dengan sok menantang pemerintah mengambil blok Rokan, eh bener, kementrian ESDM mengumumkan nanti pada 2021 pengelolaannya diserahkan ke Pertamina.
Sebetulnya bukan sesuatu hal yang luar biasa untuk memindahkan pengelolaan Blok Rokan dan Chevron yang berpusat di AS, ke Pertamina yang berpusat di Jakarta. Gak ada yang istimewa seperti yang diperkirakan Amien Rais.
Lagi pula, diambil alihnya Blok Rokan gak ada hubungannya dengan sesumbar Amien Rais. Proses tender sudah lama berjalan di Kementerian ESDM. Ketika pemerintah menunjuk Pertamina sebagai pemenang tender, ya normal. Biasa banget.
Sama seperti saat Jokowi bernegosiasi untuk mengambil 51% saham PT Freeport Indonesia. Semua dilakukan dengan cermat dan sebagai langkah normal dalam proses bisnis. Bukan main power-poweran.
Ketika pada akhirnya Indonesia berhasil mendapatkan saham mayoritas Freeport, itu langkah bisnis yang bagus. Bukan hal yang luar biasa. Bukan seperti yang digambarkan Amien Rais sebagai sesuatu yang gak mungkin.
Mereka yang teriak anti asing, aseng, asu itu sebetulnya memang pada dirinya ada rasa gak pede. Perasaan minder itu juga yang membuat dia jadi over acting.
Sekali lagi, mentalnya kayak orang udik masuk ke toilet mewah. Dia mau cuci muka. Dia bingung, kok toilet ini sama sekali gak ada airnya. Yang ada air cuma di closet. Lalu dengan air itulah dia cuci muka. Padahal masalahnya hanya karena dia gak ngerti cara buka kran.
"Sikat giginya pakai air closet juga, mas?" tanya Abu Kumkum
Mbuh...
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews