Selamatkan Citarum, Selamatkan Masa Depan

Rabu, 1 Agustus 2018 | 21:09 WIB
0
820
Selamatkan Citarum, Selamatkan Masa Depan

Sungai Citarum, yang merupakan Ibu Kandung yang melahirkan Kota Bandung, kondisinya sangat memprihatinkan. Bahkan Harian KOMPAS pernah menjadikan headline Halaman 1 dengan judul "Citarum Makin Rusak" dalam laporan khususnya. Faktanya, memang, Citarum menjadi sungai paling kotor di dunia.

Bayangkan. Citarum menjadi semacam tempat pembuangan sampah terbesar yang panjangnya beberapa kilometer. Sampah itu berupa sampah dari alam akibat kerusakan di hulu sungai, sampah buangan dari masyarakat, dan sampah limbah buangan pabrik. Citarum pun kotor, berbau busuk, dan jadi sumber penyakit.

Saking padat dan rapatnya sampah yang memenuhi Sungai Citarum orang bisa berjalan di atas sampah seperti jalan di atas jembatan. Ikan-ikan di sana sebetulnya tak bisa dikonsumsi karena sudah terkontaminasi dengan polusi air dan plastik.

"Banyak penyakit yang timbul, terutama stunting (orang yang pertumbuhan badannya tidak bisa berkembang atau kuntet). Biaya BPJS Jawa Barat menghabiskan anggaran hampir Rp 2 triliun (20% BPJS Nasional) hanya untuk mengobati warga di sekitar Citarum," ungkap Deputi Bidang SDM, Iptek, dan Budaya Maritim Safri Burhanuddin dalam paparannya tentang Restorasi Sungai Citarum pada Rabu (1/8) siang di Kantor Kemenko Kemaritiman, Jakarta Pusat.

Pada Oktober 2017 Presiden Jokowi menugaskan Menko Maritim Luhut B. Pandjaitan untuk membereskan Sungai Citarum. Targetnya dalam delapan tahun, tepatnya tahun 2015, harus selesai.

Megaproyek ini melibatkan tiga kementerian dan sembilanbelas instansi/institusi terkait, termasuk Perguruan Tinggi, TNI, Polri, dan Kejaksaan. Keterlibatan TNI, Polri, dan Kejaksaan ini dibutuhkan untuk penegakan hukum.

"Sungai Citarum adalah masalah besar bangsa kita yang tak bisa kita biarkan lagi. Karena ini menyangkut masa depan kita. Terutama terkait dengan sumber daya alam dan sumber daya manusia," jelas Sekretaris Menko Maritim Agus Purwoto.

Rabu pagi tadi Menko Luhut sudah bertemu dengan para pengusaha yang mempunyai pabrik di sepanjang Sungai Citarum. Luhut meminta para pengusaha di sana berkomitmen membantu pemerintah untuk membersihkan dan memulihkan Sungai Citarum.

Bila pengusaha tidak mengikuti komitmen yang sudah disepakati maka pemerintah akan bertindak tegas dengan menutup pabrik yang melanggar aturan yang sudah disepakati bersama. Pemerintah meminta para pengusaha untuk membuat Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL).

Bagaimana dengan target Sungai Citarum bersih pada tahun 2025? "Insya Allah tercapai sebelum 2025. Belum setahun proyek ini berjalan sudah banyak kemajuan yang kami capai. Jika Singapura dan Cina butuh waktu sepuluh tahun membersihkan sungai-sungai di negara masing-masing, saya yakin Sungai Citarum bisa selesai dalam lima tahun," ungkap Sjafri yang dijuluki "Deputi Sampah" gara-gara mengurusi restorasi Sungai Ciliwung.

Menurut Sjafri, selain Sungai Citarum, dua sungai lainnya yaitu Sungai Cisadane dan Sungai Ciliwung juga akan segera direstorasi. Biaya restorasi sungai di Indonesia relatif masih kecil. "Untuk Sungai Citarum anggarannya sekitar USD 1 miliar. Bandingkan dengan Pemerintah Cina yang menganggarkan USD 100 miliar per tahun untuk menjaga dan merawat sungai-sungai di sana," papar Sjafri.

***