Pidato Kehendak Berkoalisi yang Datar-datar Saja

Senin, 30 Juli 2018 | 07:42 WIB
0
537

Saya perlu menggali data lebih dalam mengenai kebenaran atau validitas tentang apa yang disampaikan oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pasca bertemu dengan Prabowo Subianto, 24 Juli 2018 silam. Dalam konferensi Pers terlihat jelas bagaimana dominasi SBY terhadap Prabowo.  Jadi materi yang dibacakan adalah konsep dan data dari sisi SBY, Prabowo hanya meng-iya-kan, "Pak Presiden".

Mari kita telaah satu demi satu, pertama adalah soal ekonomi.  SBY berkuasa selama 10 tahun, berapa banyak subsidi yang dibakar, dan berhutang.  Jumlahnya tri-li-li lho, yang buat rakyat 40% seperti dalam pidatonya agak susah paham jumlah angka nolnya bisa sampai 15 digit.

Terlalu normatif semua yang disebutkan, hanya sepakat ini itu tidak ada solusi yang ditawarkan. Misalnya nih, PLN jangan pakai batubara lagi, pakai LNG.  Ngak ada itu, ya nanti jadi proyek mangkrak lagi deh.  Jangan lupa, Pak, kasus BLBI nggak tuntas sampai sekarang, Century gantung terus lho.

Yang kedua, kalau Islamphobia disebut, ini 'kan masalah yang sudah dikerjakan juga, bukankah kelompok tertentu yang sekarang merasa gagah perkasa dulu dibentuk di jaman pak SBY.

Kita tentu tidak bisa lepas dari bagaiman rezim memperlakukan imam besar HRS, ditahan, dipenjara. Politik identitas kita juga setuju semua untuk dibubarkan walaupun ada perlawanan. Coba sebut saja contohnya, HTI 'kan lebih enak kita melihat pandangannya.  Yang lebih mengagetkan adalah membahas komunisme. Apa iya aliran ini ada?  Kalau negara agama kita semua  sudah tahu apa yang dikerjakan pemerintah sekarang.

Yang berikutnya, ketiga, apa benar pada waktu itu TNI Netral?  Siapa yang mengganti Pangkostrad dengan adik iparnya menjelang pemilu? hehehe dijawab sendiri saja.

Kurs Dollar dan perang dagang, tidak terlepas dari kebijakan yang diambil oleh Trump, bukan kebijakan parsial yang terjadi di Indonesia saja.  Setelah sepakat lima tahun ke depan mau buat apa, apa benar paham persoalan dan solusi.  Siapa yang berbagi pekerjaan dalam koalisi?

Syarat koalisi tersedia, koalisi yang kokoh berangkat dari niat baik, mutual respect, saling percaya (mutual trust), jalan terbuka. Tapi apakah partai yang lain setuju?

Ingat kekuasaan artinya, keinginan berkuasa. Bagaimana dengan PKS, PAN, kita tahu bagaimana capres 9 nama yang digadang-gadangkan PKS apa tidak diakomodir?

Semoga bidak catur SBY tidak melompat ke sana-sini dan meninggalkan Gerindra yang tengah berbunga-bunga.

Bukankah SBY tengah mempersiapkan AHY sebagai pengganti tongkat kepemimpinan?

Kalau PAN sudah wajib sehati, tinggal selangkah lagi untuk mencari kawan kepentingan.

Sebagai penutup, Prabowo berpesan, kalau bertanya jangan yang susah-susah.

Iyalah, susah nanti jawabnya.

***