Lebih satu tahun yang lalu Novel Baswedan diserang orang tak dikenal pada April 2017. Novel disiram menggunakan air keras seusai salat subuh di Masjid Al-Ihsan. Namun, hingga kini, polisi belum juga menangkap pelaku penyerangan tersebut.
Belum ada tanda-tanda adanya upaya serius dar pihak kepolisian untuk mengungkapkan siapa pelaku penyerangan terhadap Novel Baswedan. Banyak yang berharap Presiden Jokowi membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF), untuk menyelesaikan kasus ini. Alangkah baiknya jika sebelum Pilpres berlangsung kasus ini sudah bisa diselesaikan, karena ketidakberesan pengungkapan kasus ini akan berimplikasi buruk bagi kredibilitas dan elektabilitas Jokowi sebagai Petahana.
Sebuah Spanduk yang bertuliskan, "Tuan Presiden, Janjinya Mana?" terpampang di Gedung KPK saat menyambut kedatangan Novel Baswedan untuk kembali bekerja di KPK (27/7/18). Spanduk ini mengisyaratkan kekecewaan terhadap Janji Presiden Jokowi yang sampai saat ini belum membentuk TGPF untuk menuntaskan kasus tersebut.
Spanduk tersebut terpampang di pintu keluar gedung KPK, lengkap dengan foto Novel dan tulisan “16 bulan kasus Novel Gelap Gulita”. Selain itu, poster bertulisan “Novel Kembali Presiden ke Mana” juga dipasang di gedung Merah Putih KPK di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.
Jangan sampai ada kesan Presiden Jokowi tersandera oleh kepolisian, dan kepolisian pun seharusnya bisa professional dan proporsinal dalam menanani kasus ini.
Masyarakat sangat tahu, tidak ada kasus yang tidak bisa diungkap oleh kepolisian dibawah Kepemimpinan Tito Karnavian, tapi kenapa untuk kasus penyerangan terhadap Novel Baswedan ini kepolisian terkesan "Mati Akal".
Sebagai institusi yang bertanggung jawab terhadap pengungkapan kasus Novel ini, Kepolisian harus bisa membuktikan kepada masyarakat, bahwa wibawa kepolisian terhadap penegakan hukum tidak terkontaminasi oleh kepentingan apapun. Efek ketidakberdayaan kepolisian dalam menyelesaikan kasus novel Baswedan, akan merusak wibawa pemerintah, juga nama baik Presiden Jokowi.
Novel Baswedan mengatakan lebih dari satu tahun, ia belum pernah diberitahu polisi soal perkembangan kasus penyerangan yang menimpanya, seperti yang dikatakannya pada media,
"Jadi kalau ditanya bagaimana perkembangan kasus penyerangan terhadap saya, saya bingung jawabnya gimana," kata Novel seusai acara diskusi publik "Mencari Capres Anti Korupsi" yang diadakan oleh Madrasah Anti Korupsi di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jakarta Pusat, Selasa, 17 Juli 2018.
Novel Baswedan juga akan terus mendesak Presiden Jokowi mengungkap kasusnya tersebut. Dia tetap berkeyakinan kepolisian tidak bisa mengungkap penyiraman air keras itu. "Karena itu, saya tetap mendesak Presiden sebagai atasan Polri," katanya.
Ada apa dengan kepolisian sehingga Novel berkeyakinan kalau kepolisian tidak bisa mengungkapkan kasus penyiraman air keras yang menimpanya. Apakah ada riwayat ketidakharmonisan hubungan antara Novel dan Kepolisian.? Padahal Novel sendiri adalah Komisaris Kepolisian yang bertugas sebagai penyidik KPK, tentunya sangat faham jeroannya Kepolisian.
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews