Orang yang sedang kasmaran pasti mengalami perasaan "sehari serasa sepekan" tatkala harus menunggu untuk jumpa si dia. Sebaliknya tatkala harus berpisah, "sepekan pun serasa sekejap". Tau-tau lepas pelukan kemudian "say good bye", dadah-dadahan. Menyedihkan.
Sesungguhnya perasaan sejumlah bakal calon wapresnya Presiden Jokowi itu tak ubahnya seperti orang kasmaran. Mereka berharap Jokowi segera menentukan pilihan. Inginnya terus bertemu setiap waktu, berdekat-dekat sambil sesekali merapat, berharap kedekatan berbuah kesepakatan, apalagi sampai pada putusan.
Jokowi saat ini suka tidak suka boleh diibaratkan pemuda tampan dan para balon wapres itu para gadis yang bersolek secantik mungkin agar tetap dilirik. Berbagai cara dan manuver dilakukan, dari yang halus sampai yang terang-terangan. Ndilalah... Jokowi juga ternyata suka bikin gelisah orang. Boleh dibilang memberi harapan. Dan yang diberi harapan kali ini adalah Muhaimin Iskandar alias Cak Imin.
Coba simak peristiwa yang tidak bisa dikatakan "biasa" tetapi beraroma politik ini. Saat menghadiri Hari Lahir ke-20 Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Minggu 22 Juli 2018, ia bercerita tentang peristiwa yang dialaminya, yaitu mendayung bersama Cak Imin di Palembang.
Presiden mengungkapkan, saat meninjau persiapan sejumlah venue Asian Games, dia dan Cak Imin mencoba sejumlah cabang olahraga yang akan dipertandingkan, salah satunya adalah mendayung.
"Banyak yang mengartikan bahwa berdayung berdua itu adalah, ya memang namanya mendayung, memang harus bekerja sama. Kalau yang satu mendayung ke sini, yang satu ke sana, ya karam perahunya," kata Presiden di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta.
Dalam kaitannya dengan bekerja sama, Jokowi menggarisbawahi bahwa yang namanya bekerja sama itu memerlukan keseriusan. Saat berada di Palembang, Cak Imin sendiri telah menunjukkan keseriusannya bekerja sama menyukseskan program pembangunan pemerintah.
"Jelas bahwa kita telah bekerja sama. Dalam dunia usaha yang namanya bekerja sama itu ya JOIN. Ya memang itu, yang namanya bekerja sama ya JOIN," ucapnya dengan nada bercanda dan disambut riuh tepuk tangan.
JOIN adalah akronim yang dibuat oleh Muhaimin Iskandar, yaitu singkatan dari Jokowi-Muhaimin. Cak Imin tidak menyebutnya KOCAK alias Jokowi-Cak Imin.
Presiden Jokowi kemudian mengakui, hingga saat ini belum ada satu nama definitif sebagai bakal calon wakil yang akan mendampinginya dalam Pilpres mendatang. Menurutnya, masih ada kesempatan jika ingin bersaing.
"Seperti disampaikan Pak Muhaimin Iskandar, 'janur melengkungnya belum'. Jadi, masih ada kesempatan. Seminggu dua minggu ini kita putuskan. Kalau ingin bersaing, masih ada waktu. Silakan bersaing dalam waktu seminggu dua minggu ini," kata Presiden Jokowi.
Pernyataan Jokowi inilah yang membuat sejumlah balon wapres yang digadang-gadang mendampingi Jokowi galau, patah hati, yang bisa-bisa membuat patah semangat. Cak Imin, misalnya, tentu saja tak ingin ada pernyataan yang bikin galau hatinya itu, mengombang-ambing perasaannya. Maunya ya diputuskan saja, pilih dirinya, begitu...
Uniknya, Jokowi seperti belum mau berhenti memainkan perasaan balon wapres. Di penghujung sambutan, misalnya, Jokowi kembali berkelakar dengan metoda utak-atik gathuk. Kali ini, Kepala Negara menyinggung soal tiga tim yang menjadi juara pada Piala Dunia lalu.
"Coba lihat saja final Piala Dunia minggu lalu. Pemenangnya adalah Perancis, Kroasia, dan Belgia. PKB itu sama dengan Perancis, Kroasia, Belgia. Artinya....? Ya diartikan sendiri," katanya.
Muhaimin dalam sambutannya di acara yang sma coba mengobati kegalauannya dengan mengatakan alasan para kyai dan ulama yang mendorongnya menjadi cawapres. Muhaimin mengungkapkan, saat ini sejumlah warga masyarakat dari kalangan Nahdlatul Ulama pindah haluan dan menganut paham radikal.
"Saya menyebutnya silent hope, harapan diam, aspirasi yang secara ikhlas tidak pernah tersalurkan. Dengan maju JOIN, ini jalan untuk mengakses," kata Cak Imin sebagaimana dikutip Harian Kompas.
KOCAK juga, ya!?
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews