Lalu Mencipta Panggung dan Cermin bagi Karakter serta Watak Orang

Selasa, 17 Juli 2018 | 06:18 WIB
0
687
Lalu Mencipta Panggung dan Cermin bagi Karakter serta Watak Orang

Soal Lalu ini, sebenarnya soal siapa? Soal kitakah? Iya! Dia masih hidup miskin, Lalu tidak juga menyoalkannya. Kitalah yang menjadikannya persoalan. Menjadikannya komoditi emosi. Positif ataupun negatif.

Dia menang lari, soal kitakah? Iya. Kitalah yang menjadikannya persoalan. Seolah tidak mungkin orang Indonesia bisa jadi juara dunia lari, meski baru pada level junior sekalipun. Kita tak percaya ada orang kita bisa mengalahkan bangsa asing.

Dia menang tak segera mengibarkan bendera, soal kitakah? Iya. Kitalah yang mengaduk-aduknya jadi persoalan. Padahal belum juga kita tahu duduk soal sesungguhnya mengapa ia telat dapat bendera. Kita cenderung cepat jadi hakim buat orang lain, tapi ogah memeriksa ke diri masing masing kita. Kita? Iya! Saya, Anda, mereka juga!

Dia bilang tak mau jadi sombong meski sudah juara, soal kitakah? Iya. Kitalah yang menyoalkannya dengan berbagai kacamata dan analisis. Mungkin juga dengan batin yang sedikit sinis. Kadarnya sudah pasti tergantung dari cara kita terbiasa menilai orang. Kita? Iya, aku, kamu, dan mereka yang angkat bicara.

Dengan demikian, soal Lalu ini sesungguhnya adalah soal rupa-rupa manusia dengan aneka motif dan tujuannya. Soal manusia yang rupa-rupa karakter dan wataknya. Motif dan tujuan itu lalu ditumpangkan pada Lalu Zohri, yang namanya tengah terbang tinggi. Watak dan karakter itu kemudian tanpa sadar muncul ke permukaan dan dapat dikenali dengan mudah.

Yang suka memfitnah orang dan pihak lain, bertubi-tubi bikin fitnah tanpa mau memeriksa sebab musabab dan kejadian sesungguhnya urusan Lalu juara lari ini. Yang penting, subjek yang difitnah kemudian terkapar dan mereka puas tersenyum lebar.

Yang suka mendompleng ketenaran, bikin nama dan gambar Lalu dan menempelkannya pada diri mereka. Kadang dibungkus dengan kata-kata mulia, tapi motifnya untuk memegahkan diri sendiri. Kata-katanya indah, bukan untuk memuji perjuangan Lalu melainkan menerbangkan nama diri atau identitas organisasi. Ada pula yang mengumbar janji ini itu, atau ingin menyambut Lalu dengan pesta dan kalung bunga.

Yang suka bergunjing, menggunjingkan pihak ini keliru, pihak itu yang salah ketika mencium ada yang kurang. Saat Lalu tak kunjung mengibarkan bendera Merah Putih, mereka menuding pihak ini dan itu lupa atau sengaja.

Saat tahu bahwa Lalu ini begitu miskin hidupnya, mereka menuding pihak ini dan itu tak peduli pada hidup Lalu. Untuk memperjuangkan supaya Lalu diperhatikankah? Bukan! Sekadar untuk melepas emosi dekil dan hobi menggunjing atau menyalahkan orang.

Mereka yang terbiasa melihat dari yang positif dan optimis, umumnya bereaksi positif pula. Ada yang menjelaskan duduk perkara sesungguhnya atas fitnah dan gunjing dan fitnah yang lalu-lalang.

Ada yang melepaskan emosi bangga dan haru atas apa yang diraih Lalu. Ada yang menangis sesenggukan sembari menonton video kemenangan sang juara berulang-ulang, untuk memotivasi dan meyakinkan diri mereka, bahwa memang ada yang harus selalu diperjuangkan dalam hidup. Sama seperti Lalu sudah berjuang dan menjadi pemenang.

Ada yang bergerak cepat membantu Lalu dengan ini dan itu. Menggalang dana untuk perbaikan rumahnya, meneruskan pendidikannya, memikirkan masa depannya.

Ada yang tertampar dengan kontras hidup yang dilalui Lalu. Ada yang tersentuh hatinya ketika anak muda ini mampu mengharumkan nama bangsanya, sementara mereka masih berjuang dan berkubang untuk mengangkat namanya.

Ada yang kesal dan marah karena gara-gara Lalu, beterbanganlah perkara fitnah. Ada yang tergerak batinnya untuk berjuang mengejar sesuatu dengan bercermin pada hidup Lalu.

Ada pula manusia yang tak mau tahu atau bahkan tak tahu siapa Lalu. Mereka tetap lurus dengan apa yang mereka pikirkan dan jalani. Tak mau menengok kanan dan kiri, tak mau mendengar hiduk pikuk.

Lalu telah menciptakan panggung. Lalu menciptakan cermin. Dari panggung dan cermin itu, bermunculanlah segala rupa karakter dan watak orang, sikap batin dan kebiasan orang. Karakter dan watak kita masing-masing. Kita? Iya, kita. Gue, elo, mereka!

Lalu mungkin segera berlalu, berganti dengan topik atau subjek lain. Dari situ, setiap orang menabung atau mengambil. Menabung pengalaman dan pelajaran hidup. Tapi bisa juga menabung memperbesar kebiasan fitnah dan bergunjing.

Dari Lalu, mereka mengambil. Mengambil apa? Mengambil pelajaran hidup, atau mengambil kebiasan-kebiasaan buruk lama dan mengubahnya dengan kebiasaan baru.

Soal Lalu, memang adalah soal kita masing-masing.

***