Orang egois kerap kali dibenci oleh lingkungannya. Mereka adalah orang-orang yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Jika perlu, kepentingan orang lain pun dilanggar, supaya ia bisa memperoleh keuntungan. Semua ajaran moral dan filsafat, secara langsung maupun tidak, mengecam sikap egois.
Jika dilihat lebih dalam, semua orang pada dasarnya adalah mahluk egois. Mereka memikirkan kepentingan diri dan keluarganya terlebih dahulu, baru kepentingan orang lain. Ini terjadi, karena sikap egois merupakan unsur penting dari insting pelestarian diri (survival instinct). Tanpa insting ini, orang, bahkan spesies, akan lenyap ditelan hukum perubahan semesta.
Di sisi lain, tanpa sikap kritis dan akal sehat, sikap egois akan merusak hidup bersama. Konflik dan perang tak akan berhenti, karena orang hanya memikirkan kepentingannya sendiri-sendiri. Solidaritas antar mahluk menipis, bahkan hilang sama sekali. Inilah kiranya yang melanda banyak tempat di dunia sekarang ini.
Politik, Bisnis dan Pelestarian Diri
Di bidang politik, sikap egois menjelma menjadi korupsi. Uang dan jabatan digunakan untuk memperkaya diri dan keluarga. Berbagai program dan proyek dikerjakan tidak untuk kepentingan rakyat luas, tetapi untuk mencuri uang rakyat. Kata “pembangunan” pun menjadi cacat. Ia menjadi sekedar upaya untuk menipu dan mencuri uang rakyat dengan bersembunyi di balik slogan-slogan indah.
Sikap egois juga dengan mudah ditemukan di dalam dunia bisnis. Sejatinya, ekonomi dan bisnis hanya merupakan soal pemenuhan kebutuhan fisik manusia.
Namun, dewasa ini, keduanya seolah berubah menjadi unsur terpenting dalam hidup. Apalagi, di dalam sistem ekonomi kapitalis, perolehan untung sebesar mungkin menjadi unsur terpenting semua tindakan ekonomi dan bisnis, termasuk dengan mengorbankan kepentingan orang maupun mahluk hidup lainnya.
Mengapa orang bersikap egois? Pelestarian diri tentu menjadi alasan utama. Namun, dasar terdalam dari sikap egois adalah rasa takut. Orang merasa takut, jika ia terjebak ke dalam kemiskinan dan kegagalan. Maka, ia pun melakukan segala cara untuk terbesar dari keduanya, walaupun dengan merugikan orang ataupun mahluk hidup lainnya.
Ketakutan juga berakar pada kesalahpahaman tentang kehidupan. Jika orang mengira dirinya adalah seonggok daging dan darah yang kecil di hadapan semesta tak terbatas ini, maka ketakutan pasti tak terhindarkan. Sebaliknya, jika ia paham, siapa dia sebenarnya, maka ketakutan akan secara alami sirna. Disinilah paham tentang egois sejati kiranya penting untuk dipahami.
Egois Sejati
Seorang egois sejati sangat memikirkan keselamatan dirinya. Namun, ia juga sadar, bahwa ia tidak akan bisa selamat, jika orang-orang sekitarnya hidup dalam kemiskinan dan penderitaan. Ia amat sadar, bahwa keberadaan segala sesuatu itu saling bergantung sama lain. Jika orang ingin selamat, ia justru harus memikirkan kepentingan lingkungan sekitarnya.
Kepentingan masyarakat adalah kepentingan diriku juga. Jika masyarakat hancur, maka aku dan keluargaku juga hancur. Jika alam rusak, maka hidupku juga terancam. Inilah paham egois sejati.
Maka dari itu, jika anda adalah orang egois, jadilah seorang egois sejati. Yang justru berbahaya adalah orang egois yang setengah-setengah.
Mereka tak sadar, bahwa kepentingan lingkungan sebagai keseluruhan juga merupakan kepentingan mereka. Akibatnya, mereka pun secara buta merusak alam dan hidup orang lain. Inilah hal paling berbahaya di muka bumi sekarang ini.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews