Dalam politik, tuding-menuding begitu biasa. Tak jauh beda copet teriak copet untuk pengelabuan. Orang Demokrat bilang, sebagai incumbent Jokowi tak gentleman, karena belum mengumumkan cawapres. Padahal tunggu apalagi? Rating atau elektabilitas tinggi, petahana, nama cawapres sudah di kantong?
Penilaian sama dilempar pihak Gerindra; Jokowi galau, ngaku sudah ngantongi cawapres tapi nunggu Prabowo mengumumkan cawapres. Dalam istilah PKS? Setali tiga uang. Hanya PAN tak berani komentar, sampai mendapat posisi aman sebagai oportunis sejati.
Siapa yang sesungguhnya galau? Yang banyak nuding sana-sini tentu!
Dalam rangka mancing-mancing atau baper. Media, pura-pura nggak ngerti, atau memang nggak ngerti babar-blas. Cuma jualan informasi sekelas tukang gossip. Cuma ngutap-ngutip. Ngutap sini ngutip sana.
Dalam masyarakat gagap informasi, media tak pernah memberi ruang mediasi. Masyarakat yang belum genah-diri, makin tak genah. Apalagi ketika vibrasinya merasuk ke medsos, yang dikendalikan para pemilik gadget.
Jokowi tentu tak pernah bereaksi, atau bertanya balik. Tetapi masing-masing penuding Jokowi mengaku, jika mereka masih belum mengumumkan siapa cawapres (atau bahkan capresnya), lebih karena proses dalam diskusi antarmereka, yang tentu menunjuk betapa alotnya kepentingan mereka.
PKS bahkan erat mengunci Prabowo, dengan menyusun komposisi kabinet sekiranya menang Pilpres 2019. Janji-janji mereka untuk segera mengakhiri diskusi koalisi, setelah Pilkada Serentak 2018, belum dipenuhi.
Fakta sudah jelas, Gerindra dan PKS rontok di Jawa, bahkan di Jawa Barat yang Prabowo sesumbar; Asyik Gubernur Prabowo Presiden. Faktanya menjadi tak asyik, karena pasangan Gerindra-PKS kalah. Di Jawa Timur, bahkan Gerindra dan PKS (juga PAN), jadi faktor pecundang kemenangan Kofifah-Emil.
Jadi? Prabowo hopeless. Apalagi yang mau dipakai sebagai pedongkrak? Keuangan? Dukungan Amerika? Dukungan kelompok Islam jalur politik kekuasaan? Kita akan melihat, siapa saja partai yang mau konyol mengorbankan diri, untuk kejayaan Prabowo yang tak digdaya itu. Maukah Demokrat, PAN, atau PKB, seperti onta, eh, keledai ding, jatuh di kubangan sama?
Rakyat akan melihat, siapapun capres dan cawapresnya, lebih pada track-record-nya. Lepas dari upaya media memanipulasikannya. Persoalannya, bisa jadi, hanya lebih pada seberapa banyak yang masih mudah ditipu. Baik dengan ayat agama atau sejarah yang palsu.
Jika masih dan makin banyak yang bisa ditipu, kita bisa bayangkan bagaimana Jakarta berada di tangan Anies-Sandi. Menurut seorang ahli soiologi, persoalan social-disorder makin meningkat sepanjang kepemimpinan Anies, yang ke-GR-an disebut ‘gubernurnya Indonesia’. Dibanding Tuanku Guru Bajang di NTB, prestasi Anies tak ada apa-apanya.
Tak penting capres dan cawapres yang keren, sekiranya itu hanya hasil dari rakyat yang mudah ditipu dan diterpa isu. Rakyat kuat, kata Bung Karno, negara kuat!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews