Belajar Menjadi Pemula, Pentingnya Memiliki "Beginner's Mind"

Minggu, 8 Juli 2018 | 09:57 WIB
0
935
Belajar Menjadi Pemula, Pentingnya Memiliki "Beginner's Mind"

Kita pasti sudah sadar, bahwa hidup penuh dengan tantangan. Niat baik dan usaha keras tidak menjadi jaminan, bahwa orang akan berhasil dalam hidup. Musuh yang iri siap menanti untuk menjegal. Kegagalan pun terjadi, walaupun tanpa sebab yang adil.

Namun, jalan keluar dari semua itu sebenarnya cukup sederhana. Kita hanya perlu memiliki pikiran seorang pemula (beginner’s mind). Kita melihat dunia,beserta segala keberhasilan maupun kegagalannya, dengan kaca mata seorang pemula. Inilah inti utama dari jalan hidup Zen.

Pikiran Pemula

Ide ini dikembangkan oleh seorang Zen Master Jepang yang bernama Shunryu Suzuki. Ide ini mengusir segala ilusi tentang Zen dan jalan meditasi pada umumnya. Tidak ada kesaktian yang perlu diraih. Tidak ada batin yang perlu dibersihkan. Kita hanya perlu untuk melihat kehidupan ini sebagai seorang pemula dari saat ke saat.

Lawan dari pikiran pemula adalah pikiran ahli. Pikiran ahli melihat segala sesuatu dengan teori. Analisis soal baik buruk serta untung rugi terus dilakukan. Ini membuat pikiran ahli penuh dengan kegelisahan dan penderitaan.

Sebaliknya, pikiran seorang pemula selalu bersih dari analisis. Semua dilihat apa adanya. Tidak ada yang ditambahkan. Tidak ada yang dikurangi. Ini bisa dilakukan dari saat ke saat di dalam hidup.

Pikiran pemula melihat dunia dengan mata yang segar. Di dalamnya terdapat rasa ingin tahu, rasa syukur dan bahkan kekaguman. Bayangkan anda pertama kali melihat sebuah telur. Dengan pikiran pemula, anda akan terkagum-kagum, bagaimana telur ayam bisa menjadi makanan, atau dari mana asal dan bagaimana proses pembentukan telur tersebut.

Pikiran pemula juga akan membangkitkan kesadaran (awareness). Di dalam berbagai tradisi meditasi, kesadaran adalah unsur utama yang perlu dikembangkan. Melihat dunia dengan pikiran pemula berarti melihat dengan kesadaran. Jika hidup dilihat dengan mata kesadaran dari saat ke saat, maka penderitaan dan segala bentuk kegelisahan akan bisa dikelola dengan sehat.

Dampak Pikiran Seorang Pemula

Seorang pemula melihat dunia dengan jernih. Segala sesuatu pun dialami dengan apa adanya (as it is). Tidak ada prasangka. Tidak ada dugaan ataupun kecurigaan. Ketika ini semua lenyap, penderitaan dan kegelisahan pun lenyap.

Kita pun jadi tidak gampang menilai orang lain. Ketika orang berbicara, kita bisa mendengarkannya dengan jernih. Dengan ini, kita lalu bisa menolong orang lain, sesuai dengan apa yang ia butuhkan, dan bukan apa yang kita inginkan. Hubungan kita dengan orang sekitar kita pun jadi lebih baik.

Pikiran pemula juga akan membuat kita bekerja lebih baik. Kita tidak gelisah mengerjakan kewajiban kita sehari-hari, karena kegelisahan muncul dari penolakan.

Sementara, penolakan berakar pada penilaian soal baik buruk, ataupun untung rugi. Pikiran pemula akan membantu kita menjalankan berbagai kewajiban yang ada dengan hati yang ringan, penuh rasa ingin tahu dan jernih.

Secara keseluruhan, pikiran pemula bisa membebaskan kita dari segala bentuk kecemasan dan ketakutan akan masa depan. Padahal, masa depan tidak ada yang tahu. Daripada sibuk dengan kecemasan dan ketakutan yang tanpa dasar, pikiran pemula mengajak kita untuk tetap “tidak tahu”, serta terbuka pada berbagai kemungkinan yang ada. Pikiran pemula mengajak kita untuk bertekun di dalam proses, tanpa obsesi pada hasil.

Pikiran pemula adalah keadaan alami kita sebagai manusia. Kita semua mempunyainya. Di dalam Zen, pikiran pemula disebut juga sebagai “jati diri asli” (true self). Dengan menyadari dan menggunakannya, pikiran pemula bisa mengubah hidup kita ke arah kejernihan dan kedamaian.

Jadi, tunggu apa lagi? Mari belajar menjadi seorang pemula.

***

Reza A.A. Wattimena