Jika Sudah Uzur, Jangan Terlalu Memaksa Diri untuk Tampil

Jumat, 6 Juli 2018 | 09:24 WIB
0
630
Jika Sudah Uzur, Jangan Terlalu Memaksa Diri untuk Tampil

Sejarah sudah mengajarkan kepada kita banyak pelajaran berharga. Antara lain, bahwa segala sesuatu ada masa keemasannya, namun ketika tiba waktunya akan sirna dan tenggelam.

Ada waktunya seseorang naik ke atas panggung sebagai pembicara dan mendapatkan standing applaus dari para hadirin. Tapi bila tiba waktunya, seharusnya tahu diri untuk secara sadar turun dari panggung. Daripada memaksa tetap naik panggung dan kemudian tidak mampu mengontrol diri sehingga dipaksa turun.

Tanpa perlu menyebutkan nama nama, sudah menjadi rahasia umum bahwa ternyata cukup banyak orang yang tidak mau memetik hikmah dari pelajaran hidup yang dipaparkan oleh sejarah. Walaupun sudah tahu bahwa kemampuan diri sudah tidak lagi memiliki potensi untuk naik panggung tapi masih tetap memaksa diri.

Seorang rohaniwan Perancis, Jacques Lacroix, 89 tahun, dinilai telah menodai gereja akibat lepas kontrol diri dengan cara menampar bayi yang akan dibaptis karena bayi tersebut terus menangis. Seumur hidup, baru kali ini mendengar berita memalukan ini.

Akibat perbuatan Lacroix, video tentang tindakannya yang menyimpang ini dalam sekejap menjadi viral di dunia. Apa yang dilakukannya di gereja Colegiate di Champeaux dalam sekejap sudah menjadi tontonan orang orang sedunia.

Uskup Meaux, menyelidiki kebenaran berita. Walaupun rohaniwan sepuh ini sudah minta maaf kepada kedua orang tua bayi tersebut dan sudah  dimaafkan, namun Uskup tetap memerintahkan,agar pria sepuh ini mengundurkan diri.

Untuk jelasnya, inilah kutipan dari sumber berita: "Jean-Yves, the Bishop of Meaux, said he had 'taken measures so that the priest  is suspended from all baptism and marriage celebrations".

Alangkah lebih terhormat bilamana usia sudah tidak lagi muda, kemampuan kontrol diri sudah mulai goyah, dengan rendah hati mengundurkan diri dan turun dari panggung. Ketimbang  terjadinya gagap tindakan sehingga harus dipaksa turun.

Betapa menyakitkan rasanya bertugas selama puluhan tahun, dihormati dan dihargai orang banyak, namun pada saat saat menjelang akhir perjalanan hidup harus mempermalukan diri sendiri.

Betapa bijaknya bila sejak sedini mungkin kita sudah mempersiapkan diri bahwa suatu waktu kita harus mau dengan rela turun panggung dan menikmati hidup bersama keluarga.

Pelajaran hidup yang amat berharga, namun banyak orang mengangggapnya tidak penting, termasuk orang orang yang selama ini dikenal sebagai tokoh, politikus sekaligus cendekiawan.

***

Tjiptadinata Effendi