Sejarah sudah mengajarkan kepada kita banyak pelajaran berharga. Antara lain, bahwa segala sesuatu ada masa keemasannya, namun ketika tiba waktunya akan sirna dan tenggelam.
Ada waktunya seseorang naik ke atas panggung sebagai pembicara dan mendapatkan standing applaus dari para hadirin. Tapi bila tiba waktunya, seharusnya tahu diri untuk secara sadar turun dari panggung. Daripada memaksa tetap naik panggung dan kemudian tidak mampu mengontrol diri sehingga dipaksa turun.
Tanpa perlu menyebutkan nama nama, sudah menjadi rahasia umum bahwa ternyata cukup banyak orang yang tidak mau memetik hikmah dari pelajaran hidup yang dipaparkan oleh sejarah. Walaupun sudah tahu bahwa kemampuan diri sudah tidak lagi memiliki potensi untuk naik panggung tapi masih tetap memaksa diri.
Seorang rohaniwan Perancis, Jacques Lacroix, 89 tahun, dinilai telah menodai gereja akibat lepas kontrol diri dengan cara menampar bayi yang akan dibaptis karena bayi tersebut terus menangis. Seumur hidup, baru kali ini mendengar berita memalukan ini.
Akibat perbuatan Lacroix, video tentang tindakannya yang menyimpang ini dalam sekejap menjadi viral di dunia. Apa yang dilakukannya di gereja Colegiate di Champeaux dalam sekejap sudah menjadi tontonan orang orang sedunia.
Uskup Meaux, menyelidiki kebenaran berita. Walaupun rohaniwan sepuh ini sudah minta maaf kepada kedua orang tua bayi tersebut dan sudah dimaafkan, namun Uskup tetap memerintahkan,agar pria sepuh ini mengundurkan diri.
Untuk jelasnya, inilah kutipan dari sumber berita: "Jean-Yves, the Bishop of Meaux, said he had 'taken measures so that the priest is suspended from all baptism and marriage celebrations".
Alangkah lebih terhormat bilamana usia sudah tidak lagi muda, kemampuan kontrol diri sudah mulai goyah, dengan rendah hati mengundurkan diri dan turun dari panggung. Ketimbang terjadinya gagap tindakan sehingga harus dipaksa turun.
Betapa menyakitkan rasanya bertugas selama puluhan tahun, dihormati dan dihargai orang banyak, namun pada saat saat menjelang akhir perjalanan hidup harus mempermalukan diri sendiri.
Betapa bijaknya bila sejak sedini mungkin kita sudah mempersiapkan diri bahwa suatu waktu kita harus mau dengan rela turun panggung dan menikmati hidup bersama keluarga.
Pelajaran hidup yang amat berharga, namun banyak orang mengangggapnya tidak penting, termasuk orang orang yang selama ini dikenal sebagai tokoh, politikus sekaligus cendekiawan.
***
Tjiptadinata Effendi
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews