Pak Jokowi, Apakah BPIP Sudah Turun ke Kalimantan Barat?

Rabu, 4 Juli 2018 | 08:22 WIB
0
692
Pak Jokowi, Apakah BPIP Sudah Turun ke Kalimantan Barat?

Di antara 17 Provinsi di Pilkada Serentak beberapa hari yang lalu, saya mencatat Pilgub Kalimantan Barat yang paling mencekam pasca penghitungan suara walaupun hanya bisa saya ikuti lewat media sosial dan laporan kawan-kawan.

Mungkin karena mata hampir seluruh rakyat Indonesia tertuju ke Provinsi Sumatera Utara dan Jawa Barat, bahkan sampai Kementerian Dalam Negeri merasa perlu mengangkat Pejabat Gubernur dari Petinggi Kepolisian (akhirnya hanya di Jabar dan kenyataannya pelaksanaan Pilkada di dua tempat itu berlangsung dengan damai).

Satu-satunya peristiwa kecil yang merusak suasana dan menjadi catatan kita bersama adalah kesusu-nya Ridwan Kamil melakukan Konferensi Pers menyatakan kemenangannya.

Mengingat perbedaan suara dari rata-rata lembaga Team Survey dengan Pasangan Asyik tidak sampai 3 persen, saya berharap seharusnya orang ini bisa lebih bersabar sedikit.

Saya jadi teringat di Pilpres 2014 yang lalu, perhitungan Quick Count belum selesai ada juga yang buru-buru mengadakan Konferensi Pers menyatakan kemenangannya. Ke depan khususnya di Pilpres 2019 nanti, saya harap agar para calon yang perbedaan suaranya di bawah 5 persen agar tidak ada yang mengadakan konferesi pers apapun.

Ingat seakurat-akuratnya Quick Count tetap saja bisa berbeda 3 persen dengan hasil Real Count. Dengan selisih yang begitu tipis rentan digunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk menjustifikasi tujuan tertentu.

Kembali ke pasca Pilgub Kalbar berdasarkan info dari kawan-kawan, ternyata pendukung pasangan tertentu yang didukung PDIP sempat meluapkan kekesalan dan kekecewaan mereka dengan berbuat anarkis. Mulai dari menyembelih hewan di tempat umum, merusak dagangan masyarakat pendatang sampai intimidasi-intimidasi yang sama-sama kita sesalkan.

Saya tidak menyalahkan saudara-saudara kita di sana karena saya yakin mereka berbuat anarkis karena kurangnya pemahaman mereka terhadap Pancasila.

Justru yang saya sesalkan kenapa Ibu Mega sebagai Ketua Dewan Pengarah BPIP tidak langsung bergerak dan turun ke Kalimantan Barat.

Pertama, ini adalah kesempatan terbaik bagi beliau dan Prof. Mahfud beserta senior-senior yang lain yang digaji pakai uang negara untuk menunjukkan fungsi dan kegunaan lembaga luar biasa mereka.

Kedua, entah kebetulan atau tidak, saudara-saudara kita yang anarkis adalah pendukung Calon Gubernur yang diusung PDIP. Partai yang ketuanya adalah Bu Mega sendiri.

Kedua alasan ini saya pikir sudah sangat tepat dan menjadi dasar bagi Pak Jokowi untuk "memerintahkan" Bu Mega dan team-nya untuk menunjukkan kegunaan gaji dan insentif seratusan juta perbulan mereka.

Saya berharap peristiwa ini juga menjadi catatan bagi kita semua, tidak selamanya mereka yang paling kencang berteriak Saya Indonesia Saya Pancasila lebih memahami Pancasila dibandingkan Kelompok lain misal 212 yang selama ini dicap Radikal.

Ke NKRI-an kita teruji pada sikap dan dukungan kita misalnya di OPM, jangan mengaku paling NKRI tapi selama ini justru diam atau diam-diam malah mendukung gerakan separatisme.

Ke Pancasilaisan kita terbukti kalau kita bisa menghargai pilihan orang lain apakah mau memilih berdasarkan iman dan ajaran agamanya sesuai Pancasila sila pertama atau memilih berdasarkan kesamaan-kesamaan yang lain asalkan tetap Bhinneka Tunggal Ika.

Terakhir karena Victor Laiskodat (VL) kemungkinan besar akan memenangkan Pilgub NTT, saya ucapkan selamat kepada Bang Paloh. Seingat saya hanya VL satu-satunya kader asli Nasdem yang memenangkan Pilgub serentak 2018 kemarin, sisanya hanyalah nebeng motor bersama.

Jadi tolong media khususnya Metrotv berhenti ber-euforia dan membodoh-bodohi diri sendiri dengan menganggap Nasdem paling sukses di Pilkada Serentak tahun ini.

Sekaligus himbauan saya kepada Para pembesar BPIP setelah dari Kalbar tolong singgah ke NTT dan pastikan si VL sudah benar-benar memahami Pancasila dan tidak akan menimbulkan ujaran kebencian khususnya kepada umat agama lainnya.

Kalau dulu dia hanya seorang anggota Dewan sekarang dia sudah memegang kekuasaan. Dengan pemahamannya yang salah akan sangat berbahaya bagi orang yang berbeda agama dengannya.

Saya aja jujur mikir-mikir rencana Liburan ke Labuan Bajo, padahal ada janjian sama Hajjah Kumis.

***