Goban sama dengan lima puluh ribu. Kalau berupa recehan logam cepean (ratusan) kita kantongin dijamin sengkle (terkilir ) saking banyaknya. Jadi bisa dibayangin kalau goban itu jumlah kepala manusia, lengkap dengan tubuh tentu saja.
Ngumpulin orang lima puluh ribuan buat dijemur di Monas cuma bisa dilakukan oleh ormas yang punya jaringan luas. Kalau ormas besar seperti NU atau Muhammadiyah ngumpilan lima pulih ribu orang mah perkara mudah semudah membalik telapak tangan.
PA 212 ngundang angka segitu cukup bergumam di group WA, kontan tersedia. Gabungan parpol ngumpulin jumlah orang segitu dijamin ngos-ngosan. Contoh, aksi 412 dulu. Itupun numpang sama orang yang jalan santai di CFD dan sejumlah kementerian yang bikin acara gerak jalan.
Kalau ada orang atau kelompok yang nggak punya jaringan luas, pengikutnya di medsos cuma seuprit, berkoar-koar akan mengumpulkan goban orang buat mendemo pembubaran PKS. Hitung-hitungannya kaya apa? Tolong dibantu hitung, ya…prok prok prok… Jadi apa?
Hitungan berdasarkan isu yang diusung. Isu pembubaran PKS isu yang paling nggak demokratis. Cuma bisa diramein di medsos, temanya juga kaya bunglon.
Sewaktu rame pembubaran HTI, PKS dituduh parpol yang mengusung khilafah, menggali lagi isu hubungan dengan IM, isu yang sudah lama terkubur. Sewaktu rame kasus teror, PKS dituduh proteroris, sarang teroris. Belakangan ada isu yang paling nggak masuk akal, PKS disingkat Partai Komunis Setan.
Bayangin, dari isu khilafah sampai komunis. Nyambunginnya gimana? Belakangan, ada guru SDIT yang dipecat, PKS yang disalahin. PKS dituduh partai otoriter. Jangan-jangan kalau ada kader PKS naik motor, nyenggol motor hater PKS, PKS bisa kenan tuduh parpol setan jalanan.
Hitungan turun ke jalan, cara menghitungnya beda lagi. PKS adalah parpol resmi yang diakui pemerintah. Bukan parpol baru. Dimulai dari Partai Keadilan, gagal mencapai ambang batas, kemudian ganti nama yang memuluskan jalan ke senayan. Sekarang sudah dapet nomer buat ikutan Pileg dan pilpres mendatang.
Buat memenuhi kuota goban untuk mendemo PKS dari kader parpol lain kayanya mustahil. Dijamin elit parpol nggak bakal merestui. Masa bersaing dalam ajang demokrasi main kayu?
Bukan cuma bakal kena semprot tapi juga bakal kena semprit. Bisa saja kader parpol yang bencinya kepada PKS sudah sampai ubun-ubun bergerak sendiri tanpa membawa nama parpol. Perrtinyiinnyi, buat ongkos plus makan plus ngopi apa mau ngeluarin dari kantong sendiri. Kader parpol kan sudah terbiasa dimobilisasi dengan dana parpol.
Katakanlah, diam-diam parpol ikut mendanai kadernya yang mau demo. Wah, resikonya berat tuh. Pasti ketahuan lah. Mau membantah pake cara apa?
Hitung-hitungan jaringan di medsos. Medsos memang habitatnya para pembenci dan pembela PKS. Tapi mengkurs jumlah followers dengan jumlah kepala di alam nyata, bakal kecele. Katakanlah para selebritas medsos yang benci PKS kalau jumlah pengikutnya digabung jadi satu ngitungnya dari pagi sampai ketemu pagi lagi nggak bakal kelar.
[irp posts="16865" name="Gerakan Pembubaran Lucu-lucuan, Gerakan Pembubaran PKS"]
Tapi kalau di alam nyata, jumlah pengikut itu cuma omong kosong. Kalau nggak percaya tanya saja sama Denny Siregar, Abu Janda, Mbeb Ni Luh, Ade Armando dan kawan-kawan yang beberapa kali bikin acara bareng, yang datang cuma seuprit.
Nggak tahu deh kalau panitia demo pembubaran PKS punya hitung-hitungan yang bisa malampui Al Khawarizmi, Leonhard Euler, Pythagoras, Isaac Newton, Archimedes, digabung jadi satu.
Lihat saja nanti. Ada dua kemungkinan. Bisa bikin melongo kalau beneran yang datang demo jumlahnya pas goban atau lebih. Bisa jadi bahan tertawaan kalau yang datang cuma seceng (seribuan) itu pun dengan catatan yang gope ngaub (berteduh) dibawah pohon sambil tiduran main hape.
Kalau kemungkinan kedua ini yang terjadi, panitianya yang sudah terlanjur koar-koar rasanya seperti menampar bolak-balik muka sendiri seperti ritual kaum Syiah.
***
02072018
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews