Saya bisa memahami kondisi sedih dan patah hati banyak kawan-kawan yang pasrah tapi tidak rela dengan kekalahan tipis Pasangan Asyik dari Pasangan Rindu di Jawa Barat. Saya baca postingan dari para sahabat terutama kaum emak-emak banyak yang sangat kecewa jadi makan tidak enak dan malam ini bisa jadi tidur tidak akan nyenyak.
Benarkah kita pantas kecewa?
Menurut saya tidak, malah kita seharusnya pantas berbangga kalau tujuan kita bersama masih sama, yaitu #2019GantiPresiden.
Kekalahan tipis pasangan Asyik justru membuat terkejut banyak pengamat dan tokoh politik si seberang sana. Bayangkan seorang Jenderal Sudrajat yang hampir 90 persen orang Jawa Barat tidak kenal tapi berani dimajukan Pak Prabowo.
Sebelum Pilgub semua lembaga survey mengatakan kalau Pilgub Jawa Barat hanyalah pertandingan antara Pasangan Rindu dengan Dua Dedi.
Misalnya :
Saya pikir kekalahan tipis ini hanyalah masalah keberuntungan dan strategi saja. Maksud saya, andai saja dulu Demiz dan Ustadz Syaikhu tidak dipecah, Jawa Barat sudah ada digenggaman tangan. Jadi saya berharap kekalahan tipis ini kedepan akan menjadi bahan evaluasi bagi Pak Prabowo, Gerindra, PKS, PAN dan khususnya kita semua pendukung #2019GantiPresiden.
Kita membutuhkan suara kawan-kawan Demokrat, Suara PPP garis lurus dan ummat lainnya.
Ayo mulai sekarang kita mulai mencari persamaan, melupakan perbedaan dan menyatukan tujuan.
Jangan khawatir dan kecewa dengan kemenangan tipis Ridwan Kamil!
Walaupun yang bersangkutan mendukung Jokowi Dua Periode, tapi setengah dari pendukungnya belum tentu ikut Ridwan terutama yang memilih pasangan Rindu karena sosok Kang Uu Ruzhanul Ulum anak Kyai dan Ulama yang disegani.
Mereka memilih Rindu bukan memilih Jokowi, tapi semua yang memilih asyik karena menginginkan perubahan #2019GantiPresiden.
Terakhir sebagi pesan tambahan, saya berharap agar selesai Pilkada Serentak ini kita semua kembali fokus ke tujuan besar kita bersama, menyelamatkan Indonesia.
Kita (#2019GantiPresiden), pada dasarnya sudah memenangkan semua pertarungan kali ini kecuali di Bali dan Nusa Tenggara Timur. Khusus Jateng di Pilpres 2014 suara Prabowo hanya 33 persen, sekarang sudah 40 persen lebih. Ternyata tidak sia-sia Kang Dirman menggangu Kandang Banteng.
Jatim juga memberikan pelajaran berharga, Bu Khofifah yang sudah kalah dua kali akhirnya menang setelah mencoba yang ketiga kali. Padahal lawannya Petahana. Tanda-tanda alam, bukan?
Jadi ayo bergerak dan solidkan kembali barisan, masih ada sisa waktu setahun lagi.
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Pulau Jawa kecuali Jateng dan Jatim sudah kita kuasai, jadi kenapa masih sedih?
Satu-satunya yang pantas bersedih adalah Lae Kumis yang sekarang kebingungan akan menghadapi amarah si emak.
KTP baru jadi haruskah kembali berganti?
Gagal dua kali mau ke mana lagi dia harus mengadu?
Ah... andai saja kalian paham keperihan hatinya, hiks...hiks...hiks...
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews