Pilkada serentak telah usai dilakukan dan hasil versi hitung cepat sudah bisa diketahui siapa pemenangnya.
Seperti dalam perhelatan piala dunia, ada negara-negara yang diunggulkan tetapi harus angkat kaki atau kalah. Begitu juga dalam pilkada serentak ini ada pasangan pilkada yang awalnya diprediksi menang tetapi ternyata kalah. Ini adalah hal yang biasa dalam pilkada.
Bagi pasangan yang menang dalam versi hitung cepat tentu akan bersuka cita menyambut kemenangan ini, ada yang bersujud syukur dan mengucap alhamdulilah. Tapi bagi pasangan yang kalah pasti akan membawa rasa kecewa dan sedih. Tentu ini hal yang wajar. Tapi juga jangan berlarut-larut, karena harus siap kalah dan menang.
Ada yang tidak bisa menerima kekalahan dalam versi hitung cepat dan menunggu hasil resmi keputusan KPU.
Perlu diketahui pasangan-pasangan yang maju dalam pilkada ini hampir mayoritas didukung oleh banyak partai atau lebih dari satu partai. Ada yang dua partai, tiga partai bahkan ada yang tujuh partai. Ketika pasangan yang didukung menang, maka akan diklaim ramai-ramai oleh banyak partai yang mendukung pasangan itu. Kecuali di Bali, hanya satu partai yang mengusung dan menang.
Dan banyak juga lembaga survei yang jauh-jauh hari merilis hasil elektabilitas para kandidat dalam pilkada, harus "kecele" dengan hasil surveinya.B anyak hasil survei yang meleset jauh ada yang meleset tidak jauh, tetapi intinya "kecele atau meleset."
Hasil pilkada versi hitung cepat untuk pulau Jawa.
Jawa Timur
Menurut versi hasil hitung cepat, pasangan Khofifah-Emil memenangkan pemilihan gubernur Jawa Timur, mengalahkan pasangan Gus Ipul-Puti.
Versi hitung cepat Litbang Kompas Khofifah-Emil 53,36% dan Gus Ipul-Puti 46,64% .
Versi hitung cepat Charta Politika,Khofifah-Emil 54,55% dan Gus Ipul-Puti 45,45%.
Versi hitung cepat SMRC,Khofifah-Emil 52,28% dan Gus Ipul-Puti 47,72%.
Dari ketiga lembaga survei versi hitung cepat pasangan Khofifah-Emil yang menang.
Jauh-jauh hari sebelum pencoblosan banyak lembaga survei yang mengeluarkan hasil elektabilitas tiap pasangan dan pasangan Khofifah-Emil mempunyai tingkat elektabilitas yang lebih tinggi dari pasangan Gus Ipul-Puti.
Bahkan satu hari menjelang pencoblosan ada perang urat syaraf atau saling klaim antara Ahmad Basarah DPP PDIP yang menjadi komandan lapangan untuk pemenangan Gus Ipul-Puti dengan ketua umum Golkar Airlangga Hartarto dan ketua Hanura Oman Sapta. Airlangga dan Oman Sapta mengatakan bahwa pasangan Khofifah-Emil mendapat dukungan dari Presiden Jokowi. Pernyataan Airlangga ini ditanggapi oleh Ahmad Basarah yang mengatakan jangan memecah belah antara Ibu Megawati dengan Presiden Jokowi.
Rupanya pilkada Jawa Timur rebutan dukungan dari Presiden Jokowi. Yang menang siapapun yang untung tetep Jokowi untuk pilkada Jawa Timur.
Dan kemenangan Khofifah ini adalah kemenangan pertama kali dari tiga kali ikut pilkada di Jawa Timur.J adi wajar berkat kerja kerasnya Khofifah menang.
Jawa Tengah
Pasangan Ganjar Pranowo-Gus Yasin menurut hitung cepat versi Litbang Kompas memenangkan pilgub Jawa Tengah dengan perolehan 58,34% sedangkan pasangan Sudirman Said-Ida Fauziah 41,66%.
Sekalipun jauh jauh hari banyak lembaga survei yang berani memprediksi bahwa pasangan Ganjar-Gus Yasin akan memenangkan pilgub Jateng. Bahkan banyak lembaga survei yang memprediksi dengan perolehan suara di atas 70%. Tetapi kenyataannya prediksi itu meleset, pasangan Sudirman Said-Ida Fauziah bisa mendapatkan suara di atas 40%.
Artinya pasangan ini bisa mengejar ketertinggalan elektabilitasnya. Apalagi Ganjar Pranowo adalah petahana. Artinya Ganjar tidak bisa meningkatkan persentase suaranya dibanding pada pertama kali Ganjar Pranowo mencalonkan sebagai gubernur melawan Bibit Waluyo. Pada waktu itu Ganjar memperoleh suara 58% sekian.
Mungkin ada pengaruh seringnya Ganjar dipanggil oleh lembaga anti rasuah yaitu KPK.
Ini adalah termasuk kejutan di mana pasangan yang sebelumnya tidak diperhitungkan, bisa melakukan perlawanan di kandang Banteng.
Jawa Barat
Pasangan Ridwan Kami-Uu Ruzhanul menurut versi hitung cepat Litbang Kompas memperoleh 32,54% dan memenangkan pilgub Jabar.
Pasangan Deddy Mizwar-Dedi M dan TB Hasanudin-Anton Charliyan sudah mengucapkan atas kemenangan pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul. Mereka dengan jiwa besar dan lapang dada menerima kekalahan dalam pilgub.
Tetapi pasangan Sudrajat-Ahmad Syaiku belum bisa menerima kekalahan dan masih menunggu hasil resmi dari KPU.
Selama ini lembaga survei selalu mengunggulkan pasangan Ridwan Kamil dan pasangan Demiz. Bahkan dua pasangan lainnya seakan tidak masuk dalam hitungan. Rupanya pasangan Sudrajat-Ahmad Syaiku (29,53%) bisa mengalahkan pasangan Demiz (25,72%) versi hitung cepat Litbang Kompas. Bahkan hanya selisih kurang lebih 3% dengan pasangan Ridwan Kamil.
Karena perbedaan perolehan suaranya yang sangat tipis, yakni 2-3 persen, tidak tertutup kemungkinan, hasil akhir oleh KPU akan berbeda dengan hitung cepat yang dilakukan sejumlah lembaga survei untuk kemenangan pasangan Sudrajat-Syaikhu. Jika ini terjadi, maka kemenangan Ridwan-Uu yang sudah seperti berada di genggaman tangan akan terlepas secara tragis.
Tentu ini juga mengejutkan banyak lembaga survei, yang sebelumnya tidak diperhitungkan ternyata sempat bikin dag-dig-dug pasangan Ridwan Kamil.
Pilgub Jabar seperti dejavu, di mana pada tahun 2013 pasangan Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar memperoleh suara 33% sekian. Dan pasangan Rieke-Teten Masduki yang pada waktu itu juga tidak diperhitungkan malah menempati urutan kedua dengan perolehan suara 30% sekian.
Inilah pilkada yang penuh kejutan, penuh intrik dan strategi.
Mudah-mudahan pilkada ini bisa membawa perbaikan di daerahnya masing-masing,bisa membawa perubahan dan perbaikan yang yang dijanjikan waktu kampanye.
Yang senang jangan jingkrak-jingkrak, yang kalah jangan menekuk kepada.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews