Khofifah Bisa Menang Mutlak Jika Realisasi Survei Terwujud!

Selasa, 26 Juni 2018 | 14:08 WIB
0
599
Khofifah Bisa Menang Mutlak Jika Realisasi Survei Terwujud!

Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), merilis survei terbaru Pilkada Jatim 2018. Hasilnya, elektabilitas paslon Gubernur – Wakil Gubernur, Khofifah Indar Parawansa – Emil Elestianto melesat meninggalkan Saifullah Yusuf alias Gus Ipul – Puti Guntur Soekarno.

Melalui simulasi kertas suara, responden yang memilih Khofifah – Emil sebanyak 48,5%. Sementara Gus Ipul – Puti Guntur tertinggal dan hanya memperoleh 40,8%. Sedangkan yang tidak menjawab sebanyak 10,7%.

Survei yang dilakukan pada 21-29 Mei 2018 itu mengambil sample responden sebanyak 820 orang dengan metode multistage random sampling dengan jumlah proporsional. Sedangkan toleransi kesalahan (margin of error) survei diperkirakan plus minus 3,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen, asumsi simple random sampling.

Populasi survei ini adalah seluruh warga Jatim yang punya hak pilih dan responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka. Peneliti SMRC Sirajuddin Abbas mengatakan, elektabilitas Khofifah terus melesat dibandingkan hasil survei Februari 2018 lalu. Sedangkan Gus Ipul – Puti Guntur terus mengalami penurunan.

“Dukungan pada Khofifah naik dari 40 persen pada Februari menjadi 48 persen pada Mei. Sedangkan, dukungan terhadap Saifullah menurun menjadi hanya 40,8 persen pada Mei,” ujarnya dalam keterangan, Jumat (22/6/2018) .

Mengutip Pojoksatu.id, Sabtu (23/6/2018), pada waktu yang bersamaan Surabaya Survey Center (SSC) juga merilis hasil survei yang bertajuk ‘Menjemput Tanding Puputan’. Survei digelar digelar 4-13 Juni 2018.

Dalam survei dengan jumlah responden mencapai 1.070 orang tersebut, elektabilitas paslon Khofifah – Emil mencapai 47,2 persen. Jauh lebih tinggi dibandingkan Gus Ipul – Puti Guntur yang hanya mampu meraih suara sebanyak 42,1 persen.

Metodologi yang digunakan dalam survei tersebut melalui teknik pencuplikan secara rambang berjenjang (Stratified Multistage Random Sampling) dengan margin of error plus minus 3 persen dan pada tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.

Dalam survei tersebut juga dipaparkan bahwa elektabilitas Khofifah – Emil terus naik sejak Desember 2017 hingga Juni 2018 sebesar 6,1 persen. Jauh lebih tinggi dibandingkan Gus Ipul – Puti Guntur yang hanya 2,9 persen.

“Khofifah – Emil dinilai memiliki program kerja yang baik sehingga mampu menyelesaikan masalah kemiskinan, kesehatan, pendidikan, dan lainnya di Jatim. Khofifah juga dianggap menguasai masalah dan merupakan sosok pemimpin yang cerdas,” ungkap Direktur SSC Mochtar W. Oetomo.

Ketua tim sukses Khofifah – Emil, M. Roziqi mengaku sangat gembira dan bersyukur. Menurutnya, hasil survei tersebut bisa menjadi potret keinginan masyarakat akan pemimpin yang mereka idam-idamkan.

Ia mengungkapkan dirinya dan seluruh tim yakin jika Khofifah – Emil akan memenangkan pesta demokrasi lima tahunan tersebut. “Survei ini buktu masyarakat Jatim memang ingin figur yang bersih dan cerdas seperti Khofifah,” ujar Harun Al Rasjid, kepada Pepnews.com.

Sebelumnya, Populi Center juga merilis hasil survei Pilkada Jatim 2018. Hasilnya, Khofifah – Emil mengungguli Gus

Ipul – Puti Guntur juga. Elektabilitas paslon Khofifah – Emil 44%, sedangkan pasangan Gus Ipul – Puti Guntur 38,8%. Tidak tahu/tidak jawab 17,3%.

Survei digelar dengan wawancara tatap muka di 80 kelurahan/desa di 38 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Timur pada 22-28 April 2018. Jumlah sampel 800 responden yang dipilih secara acak bertingkat. Margin of error plus-minus 3,39% pada tingkat kepercayaan 95%.

Centre for Strategic and International Studies (CSIS) juga telah merilis survei Pilkada Jatim 2018 pada Mei lalu. Hasilnya, elektabilitas pasangan calon nomor urut satu, Khofifah – Emil jauh meninggalkan rivalnya, Gus Ipul – Puti Guntur.

Dari survei yang dilaksanakan pada 16-30 April 2018, CSIS merilis Khofifah – Emil unggul 53,8 persen. Sementara Saifullah – Puti memperoleh 37,8 persen. Ada 8,7 persen suara yang belum menentukan pilihan.

“Faktor figur Khofifah memberi andil terhadap dominannya elektabilitas Khofifah-Emil ketimbang paslon nomor 2 di Pilkada Jatim 2018 ini,” kata Peneliti CSIS Arya Fernandez, seperti dilansir Pojoksatu.id, Sabtu (13/6/2018).

Sementara survei Pilkada Jatim yang dilakukan lembaga survei Alvara Research Centre juga tak jauh berbeda dengan hasil survei lembaga lain. Pada metode survei terbuka, paslon nomor urut 1 Khofifah – Emil memperoleh 48%.

Sedangkan paslon nomor urut 2 Gus Ipul – Puti Guntur 41,9 persen. “Hasil survei ini cukup mengejutkan. Karena pada survei sebelumnya, September 2017 lalu, elektabilitas Khofifah hanya 35,9 persen,” ungkap CEO Alvara Research Center, Hasanuddin Ali.

Lima hasil survei Pilgub Jatim yang dirilis pada Mei dan Juni 2018 tersebut membuat para pendukung Gus Ipul – Puti Guntur harus berjuang keras memenangkan jagoannya pada 27 Juni 2018.

Pasca Debat Publik III

Peneliti senior Surabaya Survey Center (SSC) Surochim Abdussalam memprediksi pengaruh debat publik pemilihan gubernur-wakil gubernur Jatim akan signifikan terhadap kenaikan elektabilitas paslon.

“Prediksi saya debat tadi malam karena pamungkas bisa berpengaruh hingga 3% sampai 4%,” kata Surochim Abdussalam kepada Bangsaonline.com, Minggu (24/6/2018). Artinya, paslon yang unggul dalam debat publik Pilkada Jatim pada 23 Juni 2018 yang disiarkan TVOne, BBSTV, dan JTV itu akan mendapat tambahan 3% sampai 4% suara.

”Dalam situasi undecided voters 10,7% , angka kontribusi debat itu sangat signifikan,” tambah Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Universitas Trunojoyo Madura (UTM) ini. Undecided voters adalah responden yang belum menentukan pilihan.

Tampaknya paslon Khofifah – Emil bakal meraih kemenangan. Apalagi dalam dua kali debat publik sebelumnya Khofifah - Emil juga unggul atas Gus Ipul - Puti Guntur. Begitu juga dalam debat publik III.

“Debat publik III benar-benar menjadi panggungnya mas Emil. Kolaborasi yang ciamik antara generasi X dan Y,” kata Surochim. Ia menggambarkan Khofifah sebagai generasi X. Generasi X adalah generasi yang lahir di tahun 1965-1980 (usia 34 tahun ke atas).

Sedang Emil digambarkan sebagai generasi Y. Generasi Y ialah kelompok generasi yang berusia 34 tahun ke bawah atau sebut saja yang lahir pada tahun 80-90-an. Generasi yang sudah sangat akrab dengan internet dan media sosial ini tidak takut dengan perubahan.

Menurut Surochim, penampilan Emil dalam debat pamungkas itu menunjukkan progres sangat signifikan. “Progres yang sangat signifikan terlihat pada Mas Emil. Selain terlihat taktis cerdas dan menguasai teknis, Mas Emil juga nampak wisdom (bijak-red) dan humble (rendah hati-red). Kalau Mbak Puti masih terlihat sama dengan penampilan sebelumnya. Masih normatif dan makro,” kata Surochim.

Surochim menegaskan, paslon Khofifah – Emil diuntungkan oleh kapasitas, kompetensi, dan daya saing serta impresi dari Emil yang bisa mewakili pikiran ideal pemilih milenial zaman now. “Sehingga paslon nomor 1 terlihat unggul,” kata pria asal Lamongan ini.

Menurutnya, pada closing statement paslon 1 tetap menunjukkan optimisme dan keyakinan. ”Sementara paslon 2 berusaha menunjukkan respek kepada lawan. Hanya tambahan terkait transfer device Mbak Puti berusaha mengeksplorasi Bung Karno,” katanya.

“Saya pikir tidak efektif kendati saya memahami itu dilakukan untuk tujuan menguatkan dukungan kaum nasionalis,” lanjut Surochim, seperti dilansir Bangsaonline.com, Senin (25/6/ 2018).

Dalam Debat Publik III Pilkada yang digelar KPU Jatim berlangsung seru, Sabtu (23/6/2018). Kedua paslon saling menawarkan program unggulan mereka terkait tema yang diusung KPU Jatim.

Pada sesi pertama dalam menjawab tema tata kelala pemerintah dan layanan publik tersebut, paslon Khofifah – Emil mengandalkan program Jatim Amanah yang ada dalam sembilan program prioritas nawa Bhakti Satya.

“Pada bhakti kami yang ke delapan ada Jatim amanah. Kami berdua ingin menghadirkan Jatim yang efektif yang mampu mensinergikan program pusat sampai di tingkat pemerintah desa,” kata Khofifah, seperti dikutip Tribunnews.com, Minggu (24/6/2018).

Menurutnya, pemerintah tingkat kabupaten/kota semua harus berseiring memaksimalkan kebijakan yang akan dilakukan. Baik yang sifatnya top down maupun yang bottom up.

“Kami pastikan lewat Jatim Amanah, kami tak akan ada jual-beli jabatan. Sistem meritokrasi akan kami jalankan dan akan menjadi bagian penting dan signifikan kompetensi ASN untuk menduduki posisi strategis,” tegasnya.

Ketua Umum PP Muslimat NU ini memastikan bahwa kelak ia dan Emil ingin menyiapkan sistem yang efektif untuk melakukan ikhtiar atau upaya preventif agar tidak ada tindakan korupsi di Jatim.

“Dan tentunya kami berkomitmen membuat layanan publik yang tidak ada diskriminasi,” tandasnya. Tak mau kalah, Gus Ipul juga berkomitmen untuk menghadirkan pemerintahan yaang bersih dan modern. Hal itu menurut Gus Ipul bukan barang baru di Jatim.

Dua priode bersama Pakde Karwo, “Saya ikut membuat prestasi dari bidang pemerintahan. Ada sebangak 90 penghargaan yang sudah kami dapatkan dari pusat,” katanya. Sebanyak 7 kali Pemprov Jatim meraih opini wajar tanpa pengecualian (WTP) dari BPK.

Lalu juga mendapatkan 7 kali penghargaan dari Kemendagri sebagai pemerintah dengan kinerja terbaik. “Tapi kami sadar masyarakat juga tidak mau berpuas diri. Mereka ingin layanan yang cepat dan memuaskan,” ujar Gus Ipul.

“Maka perlu pemerintah menghadirkan kolaborasi. Kolaborasi dan rasa, artinya kerja sama juga yang menggunakan hati dan rasa,” lanjut Gus Ipul, seperti dikutip Tribunnews.com, Minggu (24/6/2018).

***