Dari sekian banyak lembaga survei yang merilis hasil surveinya untuk pilgub Jawa Tengah, semua hasil lembaga survei tersebut memenangkan pasangan Ganjar Pranowo-Gus Yasin dengan tingkat elektabilatasnya sangat tinggi, yaitu di atas 70%. Sedangkan pasangan Sudirman Said-Ida Fauziah tertinggal jauh, yaitu tingkat elektabilatasnya di bawah 20%.
Tidak ada satu pun lembaga survei yang memenangkan pasangan Sudirmasn Said-Ida Fauziah. Sekalipun Sudirman Said pernah berkomentar bahwa menurut survei internal mereka elektabiltasnya sudah mulai mendekati pasangan Ganjar Pranowo-Gus Yasin. Tentu pendapat ini yang merupakan bagian dari strategi dan untuk menutupi kekuarangan atau kelemahan dirinya.
Bahkan dari pilkada di pulau Jawa, lembaga survei sudah berani menyatakan, Pilkada untuk Jawa Tengah yang akan memenangkan adalah pasangan Ganjar Pranowo-Gus Yasin. Ini bukan berarti ingin mendahului hasil pilkada yang akan dilaksanakan pada tanggal 27 Juni sekarang. Untuk Jawa Timur dan Jawa Barat yang hasilnya selalu berbeda dan saling salib, tidak ada lembaga survei yang berani menyatakan bahwa pasangan si-A atau si-B yang akan menang.
Tetapi banyaknya hasil dari lembaga survei yang yang memenangkan pasangan Ganjar Pranowo-Gus Yasin tidak menciutkan nyali pasangan Sudirman Said-Ida Fauziah. Mereka tetap yakin atau percaya diri bisa mengalahkan pasangan petahana (Ganjar-Gus Yasin). Rasa optimis atau percaya diri mengalahkan akan sehatnya dan mengalahkan hasil lembaga survei.
Sudirman Said mengatakan: "Hanya kecurangan yang bisa mengalahkan dirinya." Ini jelas mendahului, fait accompli, namanya. Orang sekaliber Sudirman pasti tahu itu.
Jadi menurut Sudirman Said,kalau sampai kalah dalam pilgub di Jawa Tengah,berarti ada kecurangan dan kecurangan dilakukan oleh petahana.
Tetapi masyarakat awan juga bisa membaca; inilah lagunya atau mental orang-orang yang tau akan kalah sebelum pencoblosan dilakukan. Terus mereka membangun opini bahwa hanya kecurangan yang bisa mengalahkan dirinya. Sepertinya usaha ini lebih hina-dina dari sekadar playing victim.
Sudirman Said orang yang dulunya orang non partai dan dari profesional sekarang mulai terjangkit virus partai pengusungnya. Ternyata virus semacam ini menular dan bisa menjangkiti orang-orang yang dulunya sehat dan waras.
Opini "hanya kecurangan yang bisa mengalahkan dirinya" sengaja dibangun dan dikampanyekan sebagai bagian strategi untuk menutupi kelemahannya dan kekurangannya. Dan menuduh pihak petahana bahwa kemenangannya diraih dengan kecurangan.
Inilah fungsi rilis lembaga survei untuk memprediksi atau mengatahui siapa yang kemungkinan akan menang dalam pilkada. Dengan hasil survei yang di rilis masyarakat bisa mendapatakan informasi tingkat elektabilitas setiap pasangan, sehingga bisa menjadi data untuk mengantisipasi pihak-pihak yang tidak terima dalam kekalahan pilkada.
[irp posts="17056" name="Perang Kartu antara Ganjar dengan Sudirman di Pilkada Jateng"]
Seperti Sudirman Said ini, belum apa-apa sudah membuat pernyataan bahwa kecurangan yang bisa mengalahkan dirinya. Padahal dari semua lembaga survei yang mengeluarkan hasil surveinya, tidak ada yang memenangkan dirinya.
Mudah-mudahan habis pilkada rumah sakit jiwa tidak bertambah pasiennya, termasuk dari pasangan pilkada yang kalah dalam perebutan kekausaan.
Kalau kalah jangan ngamuk dan mencari kesalahan pihak lawan yang menang jangan umuk (sombong).
Harus siap kalah-siap menang, Boss!
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews