Lebaran Idul Fitri 2018 seperti berkejaran dengan Piala Dunia 2018 Rusia. Harinya pun tiba, dua 'perhelatan' akbar itu berlangsung.
Tuan rumah Rusia menghadapi Arab Saudi yang pemainnya sedang menunaikan ibadah puasa terakhir. Usai berbuka puasa, mereka menjalani laga perdana penyisihan Grup A, Kamis 14 Juni 2018. Sekaligus membuka jadwal keseluruhan pertandingan Piala Dunia 2018 Rusia.
Hasilnya sudah kita ketahui bersama, tuan rumah mencukur Arab Saudi 5-0 tanpa balas.
Tim-tim yang pernah menjadi juara dunia, kembali menjadi favorit. Brasil lima kali juara dunia pada 1958, 1962, 1970, 1994, dan 2002. Jerman berada di peringkat kedua dengan empat gelar. Jerman menjadi juara pada 1954, 1974, 1990, 2014.
Di urutan berikutnya, ada Argentina dan Uruguay sama-sama dua kali juara dunia. Uruguay juara pada 1930 dan 1950. Sedangkan Argentina juara pada 1978 dan 1986.
Kemudian ada, Prancis, Inggris, dan Spanyol masing-masing sekali juara dunia. Prancis juara pada 1998, Inggris juara pada 1966, dan Spanyol juara pada 2010.
Namun,
piala dunia kali ini terasa hambar. Sebab Italia dan Belanda gagal lolos dalam kualifikasi. Padahal Italia bersama Jerman juara dunia empat kali. Italia menjadi kampiun pada 1934, 1938, 1982, 2006.
Sedangkan Belanda dikenal sebagai 'spesialis' runner up. Mereka diunggulkan menjadi juara dunia pada 1974, 1978, dan 2010, namun gagal memboyong piala ke Amsterdam.
Saya serius nonton Piala Dunia sejak 1978, saat kelas 5 SD. Menonton televisi dan membaca koran tentang berita Piala Dunia di Argentina. Belum lazim anak SD baca koran saat itu.
Piala Dunia selanjutnya yang saya ikuti habis dan semakin paham lagi, saat di SMP, Piala Dunia 1982 di Spanyol. Bagi saya, itulah salah satu kejutan besar dalam sejarah Piala Dunia.
Tim nasional Italia berangkat menuju Spanyol diterpa kasus suap yang melibatkan beberapa pemain intinya.
Gli Azzurri julukan timnas Italia justru menemukan permainan terbaiknya. Di penyisihan grup, Italia nyaris tersingkir. Dari tiga kali berlaga, hanya mampu membawa poin tiga, artinya bermain seri tiga kali.
Namun di putaran kedua, Italia menjadi monster. Juara bertahan Argentina dengan Maradona-nya dihajar 2-1. Favorit juara Brasil dengab Zico-nya dikalahkan 3-2.
Kunci sukses Italia ketika itu dari pertahanannya yang ampuh. Dikenal sebagai Catenaccio dengan pelatih Enzo Bearzot sebagai otaknya.
Selain itu Italia memiliki pemain belakang tangguh. Seorang kiper Dino Zoff (40 tahun) sekaligus sebagai kapten. Satu lagi, bek 'paling kejam' di dunia Claudio Gentile, pemain kelahiran Libya. Ia pun dapat jukukan Khadafi dari Italia.
Di lini depan mengandalkan Paolo Rossi. Striker yang baru selesai menjalani skorsing akibat dugaan suap.
Adalah bek Gentile yang membuat Maradona frustrasi. Dalam satu pertandingan, dia melanggar Maradona sebanyak 23 kali. Hanya mendapatkan ganjaran satu kartu kuning. Kartu yang sama untuk Maradona akibat protes terhadap wasit. Juara bertahan pun harus mudik di perempat final.
Zico anak ajaib dari Brasil pun tak bisa melewati Gentile dengan leluasa. Brasil tumbang di semifinal. Tim Azzurri membuat heboh sepakbola dengan taktik Catenaccio.
Stadion di Estadio Santiago Bernabeu menjadi saksi bagaimana penyerang Jernan, Pierre Littbarski juga tak mampu melewati hadangan Gentile. Piala Dunia 1982 seperti panggung untuk Gentile dalam mempertontonkan kemampuannya menjaga pemain lawan.
Plus lolosnya Rossi dari hadangan pemain Jerman. Mengalahkan Jerman 3-1 dan mengukuhkan Italia menjadi juara dunia tiga kali saat itu.
Itialia dengan Catenaccio dan Belanda dengan total football tak hadir di Rusia. Sungguh bagai makan kurang garam. Terasa hambar.
Tetapi itulah sepakbola. Selalu penuh drama dan penuh kejutan. Akan menjadi hiburan saat Lebaran kali ini. Selamat menikmati olahraga paling menarik di jagat planet Bumi.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews