Pembunuhan-pembunuhan itu asalnya kita tidak tahu kecuali orang-orang sekitar. Menjadi teror ketika disebarkan media menjadi berita. Apalagi pembunuhannya yang sadis, kejam dan korbannya bnyak.
Masyarakat jauh menjadi tahu, yang tadinya tenang menjadi tegang, yang tadinya teduh menjadi gaduh, yang tadinya diam menjadi ribut, yang tadinya damai menjadi bertengkar, yang tadinya akur menjadi konflik.
Yang tidak terpengaruh alias biasa-biasa (karena kejahatan sudah jadi pemandangan sehari-hari) dituduh tidak empati dan mati rasa kemanusiaannya, yang merasa kasian seolah jadi pahlawan dan menjadi manusia yang lebih baik dan beradab dari yang lainnya. Berita turut membentuk orang-orang bermental negatif.
Akankah sebuah titik peristiwa di padang pasir luasnya negeri menjadi heboh dan seakan mencekam bila media tidak menyebarkannya? Apalagi media itu bukan hanya menyuguhkan berita tapi membuat framing, menyelipkan misi dan opini. Siapa yang sesungguhnya menteror?
Secara grand teori, media adalah penyedia informasi tapi juga pembuat gaduh kehidupan. Bahasa "agama sederhana"-nya tukang ghibah karena segala cerita diberitakan. Padahal, cerita-cerita itu tidak semuanya maslahat diketahui umum.
Secara individual, tentu tidak semua apa yang kita lihat dan saksikan, maslahat diceritakan kepada semua orang. Ada orang perlu tahu, ada orang tidak perlu tahu. Ini dalam hal apapun.
Tapi masalahnya, di era modern, media sudah jadi industri, bahkan industri ghibah dan fitnah yang kehidupan kini sedikit banyaknya menjadi kacau.
Saya jadi ingat, almarhum kakek saya, seorang ajengan di kampung, dulu tidak merestui anak gadisnya disunting oleh yang pekerjaannya diantara tiga ini: polisi, hakim dan wartawan. Pikirannya sederhana: Polisi tukang bikin susah orang, hakim banyak yang tidak adil dan dzalim, wartawan tukang ghibah, tukang mengorek-ngorek dan memberitakan keburukan, kekurangan dan kesalahan orang. "Rizkinya tidak akan barokah," katanya.
Media sekarang bukan lagi "tukang ghibah dan fitnah" tapi juga "tukang adu domba."
Saya merenungi, jangan-jangan kakek saya adalah seorang penghayat kearifan lokal sejak dulu karena pendirianya sekarang banyak buktinya.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews