Saya membaca tulisan wartawan "Al Jazeera INews," Farah Najjar pagi ini. Cerita mengharukan dari Kamp Pengungsian Palestina di Libanon, yang jika kita lihat di peta, wilayah ini berbatasan dengan Israel dan Palestina, juga dengan Suriah.
Sudah tentu cerita ini diungkap masih ada kaitan dengan 70 tahun bangsa Palestina terusir dari wilayahnya sendiri oleh kaum zionis Yahudi yang memerdekakan dirinya tahun 1948. Sebaliknya inilah yang dialami bangsa Palestina, "terusir," dari tanah airnya sendiri yang populer dengan istilah "Nakba."
Tujuh puluh tahun waktu itu telah berlalu. Terusirnya warga Palestina dari wilayahnya sejak tahun 1947-1949 sekitar 78 persen penduduk Palestina yang ada waktu itu.
Sekitar 530 rumah warga Palestina dihancurkan pasukan Israel. Waktu itu lebih dari 100.000 bangsa Palestina mengungsi ke berbagai negara tetangganya, termasuk ke Libanon, sebuah wilayah perbatasan yang cepat dijangkau.
Zahiya Dgheim, perempuan tua yang sekarang berusia 90 tahun itu, meski terlihat sehat dan kini memiliki anak cucu itu, bersama suaminya memilih Libanon sebagai tempat pengungsian.
Ia memilih satu di antara beberapa tempat pengungsian yang disediakan oleh pemerintah Lebanon, yaitu di Burj Barajneb, kamp pengungsi yang terletak di sebelah selatan ibukota Lebanon, Beirut.
Bahkan setelah Amerika Serikat (AS) menyatakan Jerusalem sebagai ibukota Israel, bangsa Palestina semakin tersisih dari tanah airnya. Sudah tentu termasuk nenek tua berusia 90 tahun bersama pengungsi Palestina lainnya, pun pengungsi Palestina di negara lain, selain Libanon.
Kini pengungsi Palestina itu tidak memiliki apa-apa lagi, selain menunggu ajal tiba. Diteruskan oleh generasi berikutnya, juga tetap berstatus sebagai pengungsi. Apakah di Libanon, mereka terganggu dengan pendidikan dan hiruk pikuk politik yang hanya memikirkan kekuasaan?
Tentu saja. Di tempat pengungsian itu terpasang bendera dari faksi-faksi di Libanon. Mulai dari Fatah, Hamas dan Fron Popular Pembebasan Palestina. Itu bendera pejuang Palestina yang berkibar-kibar di tempat pengungsian. Belum lagi bendera partai-partai yang ingin meraih kekuasaan di Libanon.
***
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews