Arus Industry 4.0 Tak Terbendung, Kita Harus Siapkan Apa Saja? (3)

Jumat, 8 Juni 2018 | 10:33 WIB
0
708
Arus Industry 4.0 Tak Terbendung, Kita Harus Siapkan Apa Saja? (3)

Industry 4.0 adalah tempatnya orang-orang yang mampu mengakali keterbatasan resource menjadi sebuah peluang. Mereka menyadari bahwa justru karena sulitnya membangun infrastruktur di pedalaman, maka ide Google Loon bisa jadi populer.

Jika pengusaha kita sibuk merengek-rengek bahwa membangun infastruktur Internet di pedalaman mahal, maka siap-siaplah tergilas anak muda yang berani sediakan cara untuk menjangkau puluhan kilometer area hutan yang sepi dengan alat kecil saja. Industri telekomunikasi enggan berubah dan berinovasi? Bisa jadi anak-anak yang hari ini kita tertawakan sebagai alay, yang suatu saat akan kerjakan…

Kedua, pemerintah pun harus mengubah cara untuk mengedukasi tenaga kerja. Tak mungkin industri baru terbentuk tanpa adanya dukungan tenaga kerja yang sesuai. Di Jepang misalnya, profesi tukang las sudah punah, tergantikan robot. Semua produk dibuat massal dengan kualitas no 1.

Tapi, apakah seniman dan pengrajin tersingkir pula oleh robot? Tentu tidak, mereka mengisi ceruk barang-barang seni premium dengan sentuhan tangan maksimal. Sebuah piring tanah liat yang dibuat dengan tangan mungkin sudah tidak lagi digunakan untuk keperluan makan sehari-hari. Namun bisa terjual ribuan dollar untuk menghiasi meja makan para milyuner.

Adakah contohnya di Indonesia seperti itu? Ada, namanya Radio Magno yang digalangi Singgih S. Kartono. Ia mengubah mindset pengrajin itu mesti miskin dan hidup serba tradisional. Maka radio kayu diubah menjadi sebuah tren vintage dengan orientasi ekspor agar memiliki nilai keekonomisan jauh lebih besar daripada sekedar membuat lemari murah yang dengan cepat tergilas buatan pabrik besar.

Untuk memupuk kepercayaan pembeli dari luar negeri yang cerewet soal isu lingkungan, setiap radio yang diproduksi harus disisihkan kembali untuk menanam ratusan pohon di sekitar tempat produksinya. Dari awalnya produk kayu murah yang ditolak pabrik dalam negeri, sekarang Radio Magno diincar pembeli Jepang dengan harga jutaan rupiah.

Berapa kayu yang mesti ditebang Singgih? Cukup dua pohon per tahun saja! Tapi tentu tak cukup dengan menjadi ramah lingkungan saja. Pembelinya perlu tahu itikad baik ini. Maka Singgih menggunakan media internet untuk mengkomunikasikan produk “jadul”nya.

Ia mungkin akan kesulitan bersaing dengan merk mahal dan mendunia seperti Apple, Bosch, Sony dan lainnya, tapi ia bisa mengejar ceruk yang tak akan mungkin diisi oleh iPod, iPhone, Bavaria, atau Microsoft sekalipun.

Maka itulah rahasia yang ketiga untuk kita bisa menunggangi arus Industry 4.0. Mampu menghilangkan kebiasaan memproduksi dan mendistibusikan barang KW alias bajakan. Be original, create your own brand, build your own movement.

Untuk bisa menjadi pemimpin, kita harus bisa mengenali potensi diri sendiri. Tak perlu berangan-angan ingin membuat Facebook versi Indonesia, karena sudah ada yang bikin produk seperti itu, namanya Mark Zuckerberg. Tak perlu menjadi Bill Gates kedua, karena Windows sudah diadaptasi nyaris seluruh laptop dan PC sedunia, tidak ada lagi tempat untuk OS tiruan ala Indonesia yang dimirip-miripkan. Tidak perlu meniru gaya berpakaian Steve Jobs sekedar untuk dibilang technopreneur juga seperti sang almarhum.

Bakat-bakat Indonesia harus dipupuk untuk merawat idenya masing-masing. Dibiarkan memelihara mimpinya sendiri-sendiri, bukan diarahkan untuk membuat versi lain inovasi dunia menjadi ala Indonesia. Justru kitalah yang harus memunculkan inovasi akar rumput menjadi pemenuhan kebutuhan lokal yang kemudian diterima oleh dunia.

Itulah semangat Gojek yang mesti dipahami. Saat dunia ribut soal aplikasi sharing taksi online, Gojek melihat potensi Ojek, bukan kendaraan roda empat. Konsepnya sama-sama sharing economy, tapi potensinya akan berbeda bila digarap dengan memperhatikan kearifan lokal.

Jadi, selamat menyambut air bah Industry 4.0!

Persiapkan diri kita untuk menunggangi, atau persiapkan diri Anda untuk pensiun karena sudah ketinggalan!

***

Kartika Djoemadi

Tulisan sebelumnya:

http://pepnews.com/2018/06/06/arus-industry-4-0-tak-terbendung-kita-harus-siapkan-apa-saja-2/