Barusan CNN Indonesia mewawancarai Maria Catarina Sumarsih, Ibu dari Benardinus Realino Norma Irawan mahasiswa Universitas Atma Jaya yang tewas saat Tragedi Semanggi I. Ibu yang rambutnya sudah beruban ini adalah salah satu peserta aksi kamisan yang sudah 11 tahun menggelar aksi depan istana menuntut pemerintah menuntaskan pelanggaran HAM masa lalu.
Pada Kamis kemarin perwakilan aksi kamisan diterima oleh Presiden Joko Widodo di Istana. Dalam wawancara itu, Ibu Sumarsih menceritakan suasana pertemuan. Dia mengatakan menyerahkan sejumlah berkas kepada Presiden sambil mengatakan, “Dalam berkas ini ada nama Wiranto".
Menurut Ibu Sumarsih, mendengar nama Wiranto disebut, Presiden terperangah.
Seperti apa terperangahnya tidak dicontohkan oleh Ibu Sumarsih. Silakan bayangkan saja seperti apa Presiden terperangah.
Hasil pertemuan itu, Presiden berjanji akan menuntaskan kasus-kasus HAM masa lalu. Tentu saja sama dengan membayar janji dengan janji. Karena misi visi Presiden seperti salah satunya adalah menuntaskan kasus HAM berat masa lalu.
Terperangah? Nggak juga.
Hasil pertemuan itu, Johan Budi sebagaimana diberitakan Republika mengatakan, "Jadi, mendengar dulu, kemudian harapan atau tuntutan yang disampaikan ke Bapak Presiden, dan Bapak Presiden berjanji akan segera memanggil Jaksa Agung dan Menko Polhukam (Menteri Koodinator Bidang Politik, Hukum, dan HAM) untuk membicarakan (permintaan) perwakilan korban beberapa kasus HAM masa lalu."
Nama Wiranto disebut dalam berkas itu, tapi yang nanti akan menangani kasus ini –mau tidak mau— di bawah koordinasi Menkopoulhukam Wiranto.
Jangan terperangah dulu, pada Kamis 31 Mei 2018 siang Wiranto berada di Istana untuk mengikuti pelantikan Yahya Cholil Staquf sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden. Namun jelang pertemuan Presiden dengan perwakilan aksi kamisan Pak WIranto bergegas meninggalkan Istana karena ada acara lain.
Soal Jaksa Agung, Bu Sumarsih walaupun terus memelihara harapan selama 11 tahun, tapi dia punya 8 catatan keanehan Jaksa Agung dalam menangani kasus HAM masa lalu. Bu Sumarsih memang tidak menyebutkan secara rinci karena keterbatasan durasi wawancara atawa acara talkshow itu.
Nah, sekarang boleh terperangah. Bagi yang mau terteperangah, silakan ekspresikan terperangahmu.
Tentu saja kasus pelanggaran HAM masa lalu bukan hanya kasus Semanggi saja. Tapi karena yang diwawancarai adalah Bu Sumiarsih, ya cuma membahas seputar itu. Kalau ada yang mau menambahkan dengan kasus lain, tentu saja sulit menjawabnya karena memang kasus seperti itu berada dalam lorong gelap di luar jangkauan kita.
Kalau nanti ada yang menambahkan dalam kolom komentar ya saya tidak akan terperangah. 'Kan biasanya memang muncul jelang pilpres. Setelah pilpres ya nyelem lagi.
***
01062018
Welcome Citizen Polite!
Setelah melalui perjalanan cukup panjang sebagai website warga menulis politik yang ekslusif, kini PepNews terbuka untuk publik.
Para penulis warga yang memiliki minat dan fokus pada dunia politik mutakhir Tanah Air, dapat membuat akun dan mulai menuangan ide, pandangan, gagasan, opini, analisa maupun riset dalam bentuk narasi politik yang bernas, tajam, namun tetap sopan dalam penyampaian.
Wajah berganti, tampilan lebih “friendly”, nafas tetaplah sama. Perubahan ini bukan hanya pada wajah dan rupa tampilan, tetapi berikut jeroannya.
Apa makna dan konsekuensi “terbuka untuk publik”?
Maknanya, PepNews akan menjadi web portal warga yang tertarik menulis politik secara ringan, disampaikan secara bertutur, sebagaimana warga bercerita tentang peristiwa politik mutakhir yang mereka alami, lihat dan rasakan.
Konsekuensinya, akan ada serangkaian aturan adimistratif dan etis bagi warga yang bergabung di PepNews. Aturan paling mendasar adalah setiap penulis wajib menggunakan identitas asli sesuai kartu keterangan penduduk. Demikian juga foto profil yang digunakan.
Kewajiban menggunakan identitas asli berikut foto profil semata-mata keterbukaan itu sendiri, terlebih untuk menghindari fitnah serta upaya melawan hoax.
Terkait etis penulisan, setiap penulis bertanggung jawab terhadap apa yang ditulisnya dan terhadap gagasan yang dipikirkannya.
Penulis lainnya yang tergabung di PepNews dan bahkan pembaca umumnya, terbuka memberi tanggapan berupa dukungan maupun bantahan terhadap apa yang ditulisnya. Interaktivitas antarpenulis dan antara pembaca dengan penulis akan terbangun secara wajar.
Agar setiap tulisan layak baca, maka dilakukan “filtering” atau penyaringan tulisan berikut keterangan yang menyertainya seperti foto, video dan grafis sebelum ditayangkan.
Proses penyaringan oleh administrator atau editor dilakukan secepat mungkin, sehingga diupayakan dalam waktu paling lambat 1x24 jam sebuah tulisan warga sudah bisa ditayangkan.
Dengan mulai akan mengudaranya v2 (versi 2) PepNews ini, maka tagline pun berubah dari yang semula “Ga Penting Tapi Perlu” menjadi CITIZEN POLITE: “Write It Right!”
Mari Bergabung di PepNews dan mulailah menulis politik!
Pepih Nugraha,
CEO PepNews