Bekerja dalam Diam, tapi Diam-diam Berkarya

Jumat, 1 Juni 2018 | 11:29 WIB
0
730

 

 

Tak terasa Jokowi sudah masuk di ujung pemerintahan pertamanya. Kemenangan yang tak dikira oleh lawan politiknya membawa Indonesia keluar dari cengkaman srigala berbulu domba yang telah beranak pinak sejak orba. Retorika lawan dengan gaya kuda dan digagah-gagahkan ternyata hanya bisa memenangkan 10 wilayah provinsi dari 33 provinsi yang ada.

 

Jangan pernah berpaling dari Tuhan, Anda punya apa saja, tapi kehendakNya lebih kuasa dari apa dan siapa saja. Jokowi yang dicemooh, dikecilkan, difitnah, dan caci maki. Namun akhirnya dia adalah pilihan Ibu Pertiwi, hadiah dari Tuhan untuk mengabdi kepada negeri, bukan mengakali.

[irp posts="16366" name="Beda Menghina Imam Besar dengan Menghina Presiden RI"]

Sekarang kita sedang berada di penghujung priode pertama pemerintahannya. Telah banyak karya yang dibuatnya dari Aceh sampai Papua tanpa pernah merasa daerah itu pro dirinya atau saingannya, hanya dalam bathinnya kita semua Indonesia, berbeda dalam tunggal ika, bukan berbeda yang mau dipaksa sama.

Kita yang waras sangat bisa mengikuti bagaimana para srigala ingin terus berkuasa dengan jalan apa saja. Mereka mendesign banyak cara, demo berjilid dan rencana makar terselubung. Tekanan massa yang direkayasa tak membuatnya goyah dalam bekerja. Timnya diperkuat, Visi Nawacita dilaksanakan, inilah sebuah harapan Indonesia yang pernah dibuat berantakan oleh orang-orang bermuka dua, santun dalam penampilan sekaligus menjadi penyamun yang menjijikkan.

Ada dua statement beliau yang saya suka karena menggetarkan jiwa saya. Hal itulah yang membuat saya begitu yakin bahwa beliau pilihan Indonesia menuju sebuah kejayaan yang dicita-citakan. Dua statement itulah yang diperlukan dan dijalankan. "Saya tidak tegang dengan tekanan dalam pekerjaan. Saya tidak mudah ditekan."

Ini sebuah sikap dan akhlak yang diperlukan seorang pemimpin, karena tekanan politik dan intrik pastilah bak badai yang bisa menggoyahkan.

Jokowi bisa melawan itu dengan caranya, dengan diamnya, dengan keyakinannya bahwa dia punya cara menghalau gerombolan pengacau yang pura-pura negarawan, namun aslinya kampret beneran.

Statement kedua yang lebih menggetarkan adalah tentang sikapnya terhadap penghiatan kepada rakyat pasti dihabisi. Ini yang belum pernah terjadi sebelumnya, inilah yang membuat saya merasakan ada presiden untuk Indonesia, bukan pesinden rekaman dan poya-poya.

Banyak hal yang makin menguatkan kita lebih yakin dan percaya bahwa kita harus mempertahankannya. Serangan srigala sudah mulai terasa, kita harus selalu waspada dan pagar betis kita harus terus terjaga. Jangan lagi beri kesempatan manusia yang cuma pura-pura cinta Indonesia, karena prilakunya sudah kita baca bahwa mereka musuh kita, musuh Indonesia.

Kalau ada yang mengatakan bahwa diam tak mengubah apa-apa, tapi Jokowi dengan diam dia bekerja, dan menghabisi siapa saja.

***